NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Darenimo Natsukanai Soro Gyaru ga Mainichi O Tomari Shita Gatte Kuru - Volume 1 - Chapter 4 [IND]

 


Translator: Rion.

Editor: Rion.

Chapter 4 - Ucapan Selamat Pagi




 "Selamat pagi, Suzuhara-san." 


Di pagi hari, setelah memeriksa penampilanku berulang kali, aku masuk ke ruang tamu mengenakan seragam, dan disambut oleh Machikawa-kun yang memakai pakaian santai dan celemeknya.


"Selamat pagi."

Aku mengucapkan salam yang kusimulasikan berulang kali didalam kepalaku sejak tadi semalam.


"Kamu memutuskan keluar.... kamar?"

"Tidak ada alasan lagi bagiku untuk tetap di dalam."

"Aku senang mendengarnya."


Senyuman segar ala Machikawa.

--- Aku tidak akan terpesona oleh senyuman seperti itu.

Aku bersumpah pada bulan Juni bahwa aku tidak akan bereaksi terhadapnya. Tapi sekarang, hanya dengan berbicara saja sudah membuatku malu.


"Suhu tubuhmu sudah turun?"

"Sudah sepenuhnya turun!"

"Kau punya stamina yang luar biasa. Menyembuhkan penyakit dalam sehari."

"Terima kasih, itu berkatmu yang mau merawatku! Aku masih belum sepenuhnya pulih, jadi aku masih akan absen sekolah hari ini, tapi biarkan aku membuatkan sarapan sebagai bagian dari rasa terima kasihku."

"Terima kasih banyak."


Aku baik-baik saja. Aku seharusnya bisa berbicara dengan alami.

Aku meyakinkan diriku sendiri dengan putus asa, tapi aku tidak bisa tetap tenang.


‘Andai kita bukan sesama jenis, kita pasti menjadi sepasang kekasih.’


Sejujurnya, aku tak bisa tidur dengan nyenyak semalam.

Lalu kata-katanya kemarin begitu mengejutkan.


‘Aku selalu mencintaimu.’


Tentu saja, aku mengerti.

Itu bukanlah ‘cinta’ dalam arti romantis, melainkan perasaan sayang sebagai teman.

Bagi diriku yang nyata, itu adalah sesuatu yang tak bisa aku lakukan, tetapi bagi dia yang ekstrovert, mengucapkannya adalah hal biasa.

Tapi...

(...Hei hei, apa ini. Apa aku seorang gadis yang baru masuk masa pubertas?)

Hanya dengan sedikit perhatian dari lawan jenis, aku merasa begitu sadar.

Aku merasa malu karena aku terlalu naif, karena ini adalah kali pertamaku merasakan hal ini. Dan ini membuat wajahku terasa panas


(Tapi, ini juga akibat dari perkataan Machikawa-kun yang bisa membuat orang salah paham)

Kemarin, ada juga beberapa peristiwa yang berkesan bagiku.

Itu adalah pertama kalinya aku melihat Machikawa-kun dengan pakaian santai.

Yang membuatku menyadari dengan kuat bahwa ini bukanlah sekolah, melainkan rumahnya.

Bahkan saat dia demam tinggi, dia masih mengucapkan kata-kata yang baik dan lembut padaku.


(Sulit dipercaya, bahkan sampai sekarang)

Aku, yang mana seorang introvert, tinggal bersama laki-laki ekstrovert yang populer di kelas.


"Apa kau baik-baik saja?"

Tiba-tiba, Machikawa-kun meletakkan tangannya di dahiku.

"A-apa yang kau lakukan?"

"Karena wajahmu terlihat merah, aku takut kamu juga ikut demam. Maaf, mungkin aku menularkan flu kepadamu. Dan lagi, suaramu juga sedikit serak."

"Itu mungkin karena kemarin aku berbicara cukup banyak setelah sekian lama! Aku dalam kondisi yang baik sekarang!"

"Baiklah. Oh, untuk sarapan pagi ini aku akan membuat telur ham, bagaimana aku harus memasakkan bagianmu?"

"Eh, uh, itu, jika bisa setengah matang."

"Baiklah!"


Dia menganggukkan kepalanya dan dengan mahir memecahkan telur ke dalam penggorengan menggunakan satu tangan, memanggang telur mata sapi.

Sial.


Ternyata aku memang tidak terbiasa dengan orang ekstrovert sepertinya.

(Apa maksud dari perhatiannya yang terasa alami tadi?)


Ganteng dan baik hati seperti tokoh utama manga shoujo, ya? 

Jika kamu begitu memperhatikan diriku, apakah kamu juga memperhatikan dirimu sendiri? Ataukah kamu acuh tak acuh dengan keadaanmu?

Dan lagi, apa maksud ‘pakaian santai dengan celemek’ nya itu? 

Kenapa dia tampil dengan ‘kostum SSR’ sejak pagi-pagi begini?

Arrrg, bukan hanya telur mata sapi, bahkan kepalaku menjadi setengah matang hari ini huff!


Sambil diam-diam mengelus dahiku yang sedikit dingin, aku membuang perasaan yang tak bisa kuungkapkan dalam pikiranku.


"Sudah jadi."

Dengan cekatan, dia menyusun sarapan untuk dua orang diatas meja.

Nasi yang baru dimasak.

Telur setengah matang.

Rumput laut panggang.

Sup Miso dengan tahu dan jamur enoki.

Aroma yang begitu menggugah selera membuatku terpesona.

Ini adalah sarapan yang tak bercelah, sungguh menggiurkan.


(Mungkinkah dia mengingatnya?)

Saat kami berbicara lewat DM dulu, kami berbincang-bincang tentang ‘apa yang kamu suka sebagai isian dalam sup miso?’ 

Dan sekarang dia memberikan sup miso dengan isian yang dulu pernah kusebutkan.

Jika dia benar-benar mengingatnya, itu sungguh membuatku merasa sangat bahagia.


"Aku senang."

"Eh?"

"Sudah lama aku menantikan momen seperti ini, duduk bersama denganmu di meja makan. Bahkan sejak sebelum kita tinggal bersama... hiks!"

"Tolong jangan terlalu berlebihan menyeka air mata. Apa kau ibu-ibu yang akhirnya bertemu dengan anaknya yang menjadi hikikomori setelah bertahun-tahun?"

“Jujur, aku benar-benar ingin menangis karena kebahagiaan ini, tahu!”

“Ya, aku tahu kamu adalah otaku yang jujur. Itu adalah pujian sosial yang luar biasa bagiku.”



Kami duduk bersama seperti keluarga di meja makan teman sekelasku ini.

Ini adalah pengalaman yang baru bagiku, dan fakta bahwa aku bisa menjawab dengan candaan, itu semakin membuktikan kalau dia adalah sahabatku.


Aku tak bisa nyaman berbicara dengan orang asing.

Tapi, Machikawa-kun istimewa. Dia teman online ku, IORI.


(Dia... Tidak, dia memang selalu saja mendukungku)

Ketika aku merasa bingung, dia menjadi rekan yang selalu memberikanku saran dengan tegas, tepat, dan lembut sehingga mudah bagiku untuk menerimanya.

Dan sekarang, kedepannya...


"Machikawa-kun. Jadi... kemarin kamu bilang kamu ingin membantuku mengubah diri, kan? Apa itu artinya kamu ingin memperbaiki sifat introvertku ini?" 

"Tidak perlu memaksa untuk mengubah sifatmu, menurutku."

"Eh, beneran? Padahal itu plot yang sering terjadi dalam light novel dan manga, lho."

"Memang benar. Tapi aku tak masalah jika kamu tetap menjadi introvert. Karena aku juga seorang introvert, tahu."

"Sungguh meragukan mendengarmu, berbicara dengan penuh semangat."

"Aku serius. Memang terlihat seperti seorang extrovert, tapi pada dasarnya aku adalah introvert. Dulu aku sering ditindas dan karena tak punya pengalaman dengan wanita, itu juga menjadi kompleksitas bagiku."

"........"

"Tapi, walaupun begitu, aku sekarang bisa hidup dengan baik di dunia nyata. Karena aku percaya diri, diatas semua itu."

"Percaya diri..."

"Yang ingin aku lakukan adalah membantu Suzuhara-san agar bisa memiliki kepercayaan diri seperti itu. 'Aku seorang introvert tapi aku bisa hidup cukup baik di dunia nyata!' Begitulah kira-kira. Yang penting adalah bisa sedikit demi sedikit mengakui dirimu sendiri di dunia nyata."


Mengakui diri sendiri.

Dengan kata lain, mencintai diri sendiri di dunia nyata.

Aku bahkan tidak bisa membayangkannya.

Meskipun punya banyak pengikut di internet, bagaimana dengan sosok asli ‘Suzuhara Ayana’ di dunia nyata...?


"Kamu akan baik-baik saja."

Seolah-olah memahami pemikiranku, Machikawa-kun berbicara dengan suara yang dewasa dan tegas.

"Saat tadi aku bilang 'selamat pagi', lalu kamu bisa menjawab salamku, kan?"

"Itu benar."

"Percakapan sehari-hari adalah salah satu dasar untuk merubah dirimu. Seperti saling melempar bola dengan lawan, membalasnya, lalu terus melanjutkan permainan. Untuk permulaannya, selama kamu bisa menjawab salam dengan baik, semuanya pasti akan baik-baik saja.

"Alasan kenapa aku bisa menjawabnya, karena kamu adalah teman yang aku percayai. Jika itu adalah teman sekelas lain... apalagi salah satu anggota kelompok Matsuoka, aku yakin tak akan bisa berbicara sepatah kata pun."

"Apakah begitu? Jika argumenmu adalah bahwa kamu bisa berbicara dengan lancar karena aku adalah temanmu, maka kurasa jika kamu menjadikan orang lain sebagai temanmu juga, kamu pasti juga bisa berbicara baik dengan mereka."


Setelah itu, dia memberi jeda sejenak.

"Mungkin tidak langsung dengan Kelompok Matsuoka, tapi jika ada orang lain yang memberi salam, cobalah untuk menjawab dengan baik, oke? Itu adalah langkah pertama untuk menjadi akrab dengan seseorang."

"Oh, begitu..."


Memang benar, dalam kehidupan nyata, ketika ada yang memberi salam kepadaku di kelas, aku sering mengabaikannya.

Karena aku menganggap hubungan antar manusia sebagai sesuatu yang merepotkan.

Kehidupan nyata adalah dunia yang sangat tidak nyaman dan sulit bagiku.


(Orang dengan kepribadian introvert sepertiku mengenakan pakaian yang mencolok seperti ini)

Aku mengikuti gayanya agar bisa merasa lebih ringan.

Namun, fakta ini adalah sesuatu yang tidak bisa aku beritahukan pada teman baikku, Machikawa-kun.

Tidak diragukan lagi, aku takut hubungan pertemanan kami akan hancur jika aku mengatakannya.


"Jangan khawatir. Aku yakin kamu bisa membuat teman lain selain dariku.”

Machikawa-kun melanjutkan dengan nada suara yang tenang.

"Saat kamu merespon salamku tadi, aku merasa sangat senang. Alasannya, itu karena kamu yang sebelumnya bahkan tidak akan pernah membalasnya, tapi kali ini kamu melakukannya. Aku yakin semua orang akan merasakan hal yang sama sepertiku."

"Merasa senang... Hanya karena itu?"

"Seseorang yang selama ini tidak pernah berbicara denganku, tiba-tiba mau bicara padaku! Rasanya seperti momen yang sangat istimewa dan itu pasti membuatku senang, kan?"

"Memang benar."

"Malahan, itu menjadi lebih efektif karena Suzuhara-san sebelumnya adalah seorang introvert. Saat ini posisimu menjadi senjata ideal dalam membuat pertemanan!"

"Wah...!"


Aku tidak bisa menolak untuk setuju.

Aku tidak pernah berpikir aku akan mendengar kata-kata seperti ‘Baguslah kamu adalah seorang introvert.’


"Ayo, mari kita makan sekarang sebelum dingin."

"Baik, selamat makan." 


Machikawa-kun benar-benar baik hati.

Dia memberiku kata-kata yang hangat lagi hari ini, seperti yang dia lakukan kemarin.

Dia tidak menyangkal atau menolak kepribadianku, dia mengakuinya.


(Jika dia adalah karakter dalam sebuah cerita, dia akan terlalu sempurna sehingga pembaca tidak akan dapat berempati padanya)

Dia benar-benar sempurna, dengan pemahaman yang seperti itu.

Dan kemarin, dia dengan santai mengatakan bahwa dia ‘suka padaku’.


(Tidak hanya penampilannya, tapi kepribadiannya juga sempurna)

Dia lembut, cerdas, dan pandai berbicara, dan lagi punya hobi yang sesuai denganku karena dia sama-sama seorang otaku.

Meskipun dia punya kelemahan dalam menggambar, tidak ada kekurangan lain yang bisa kulihat pada dirinya.


"Hm?"

Aku menyadarinya setelah aku mengucapkan ‘selamat makan’ dan memasukkan sedikit sup miso kedalam mulutku.

Aku sudah mencoba beberapa kali sup miso yang dia buat selama lima hari ini.

Aku terpesona bahwa ada seorang anak laki-laki yang bisa melakukan pekerjaan rumah seperti ini di dunia nyata, dan rasanya sangat sempurna, tapi...


(Mungkin ini sedikit terlalu asin?)

Apa dia membuat kesalahan saat memasaknya?

Seseorang sesempurnanya Machikawa-kun? Membuat kesalahan?


(Tidak mengherankan sih. Dia baru saja sakit kemarin, jadi wajar jika indra pengecapnya belum pulih sepenuhnya.)

Setelah memahaminya, aku memutuskan untuk fokus pada makanan dan beberapa percakapan dengan sahabatku.

Ini adalah poin kedua dalam daftar hal yang ingin kulakukan dengan IORI.


Ini sarapan pertama kali aku melakukannya dengan Machikawa-kun.

Aku benar-benar senang karena sekarang aku, Suzuhara Ayana telah memiliki teman di dunia nyata.

Perasaanku terasa seperti makanan yang ada di depanku, hangat dan nyaman.






Post a Comment

Post a Comment