NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Tonari no Seki no Yankee Shimizu-san ga Kami o Kuroku Somete Kita - Volume 1 - Chapter 2.2 [IND]

 


Translator: Qirin.

Editor: Rion


Chapter 2 - Kelas Memasak Dengan Shimizu-san (part 2)




Aku melihat ke arah Shimizu-san, yang tiba-tiba mengetuk ponselnya dengan cepat. Aku ingin tahu apakah dia sebang memainkan semacam rhythm game?


“Daiki, kau sedang melihat kemana?”

“Ah, maaf. Teruslah bicara.”

“Ya, baiklah. Tapi apa yang baru saja kau katakan terdengar lebih seperti sesuatu yang ingin kau lakukan bersama dari pada sesuatau yang gadis itu lakukan untukmu, yang sedikit berbeda dari apa yang aku tanyakan. Jadi, apa ada hal lainnya?”

 “Apa lagi yang aku ingin dia lakukan? Hmm…..itu sangat sulit.”

Aku mencoba memikirkan apa yang ingin Teruno lakukan untukku, tapi tak ada yang cocok dengan situasi ini.


“Jika Daiki tak bisa memikirkan apapun, mungkin aku harus memikirkan sebuah situasi, benar, untuk menghubungkan dengan apa yang kita bicarakan sebelumnya. Bagaimana kalau dia memasak untukmu?”

“Jika itu masalahnya, aku juga akan membantunya juga.”

“Yah, kau pasti akan melakukan itu……?”

Toshiya memejamkan matanya dan mulai menggerutu. Setelah beberapa puluh detik, dia membuka matanya dengan penuh semangat.


“Tidak, tunggu. Bagaimana kalau bento (kotak makan siang/bekal) buatan sendiri?”

“Bento buatan sendiri?”

“Ya, itu benar. Daiki selalu membeli roti dari toko makan siang, kan?”

“Itu benar.”

Kami sekeluarga adalah orang yang suka begadang dan sangat lemah di pagi hari, jadi biasanya kami tidak punya waktu untuk membuat bekal makan siang. Itu sebabnya aku selalu membeli roti dari toko untuk makan siang.


“Kalau begitu, Daiki kau pasti akan tertarik dengan bento buatan gadis yang kau sukai, bukan?”

“Ya, Itu mungkin benar…..”

Aku biasanya makan roti karena aku tidak pilih-pilih makanan apa yang aku makan sendiri, tapi terkadang aku iri dengan bekal makan siang orang lain. Aku pikir aku akan senang jika mendapat bento dari seseorang yang aku sukai.


”Benar! Kau mendapatkan bento buatan sendiri dari gadis yang kau suka, pasti menyenangkan bukan?”

“Uh-huh.”

Ketegangan Toshiya terlihat menighkat.


“Bento buatan Seto-san, jika ada makanan kesukaanku di dalamnya, membayangkannya saja sudah berbahaya untukku, hehe…..”

Toshiya sangat bersemangat sampai-sampai dia setengah tenggelam dalam hayalannya. Dia mungkin sama sekali tidak menyadarinya, tapi dia dengan santai menyebut nama Seto-san. Untungnya, orang-orang di sekitar kami sepertinya tidak mendengarkan percakapan kami.


“Bento seperti apa yang menjadi kesukaanmu Daiki?”

“Kurasa daging babi jahe”

“Kedengarannya enak. Fantasi kita terus berkembang. Aku suka Seto-san terlepasdari dia bisa memasak atau tidak, tapi aku akan menangis bahagia jika dia memberiku bento buatannya sendiri.”

Rupannya, cinta Toshio pada Seto-san sangat dalam. Aku tak punya pengalaman menyukai seseorang sebesar itu, jadi aku mengagumi dan menghormatinya. Namun, aku tidak akan memberitaunya, karena dia mungkin akan terbawa suasana.


“Betapa senangnya jika dia bisa membuatkanku bekal makan siang.”

“Ya, itu adalah salah satu mimpi yang ingin aku wujudkan.”

Toshiya selalu serius saat membahas mimpinya, jadi aku kira dia berniat untuk mewujutkan mimpinya sebisa mungkin. Ketika aku berpikir seperti ini, bel berbunyi tanda lima menit sebelum pulang sekolah.


“Hei, apa sudah selarut itu?”

“Kurasa kita sudah kehabisan waktu.”

“Sayang sekali, karena banyak yang harus dibicarakan. Aku rasa aku lebih baik kembali.”

Toshiya dengan enggan berjalan ke tempat duduknya. Aku melihat sekeliling dan melihat Shimizu-san mengetuk-ngetuk ponselnya dengan penuh semangat. Apa dia masih bermain game rhythm? 

Sudah hampir jam pulang sekolah, jadi bukankah sebaiknya dia meletakkan ponselnya?

Saat aku bertanya-tanya apakah aku harus mengingatkan Shimizu-san atau Tidak, Toshiya kembali ketempat dudukku.


“Aku baru ingat kalu keinginan Daiki untuk memasak bersama seseorang akan terwujud besok!”

“Eh, apa yang terjadi besok? Oh…..”

Awalnya, aku tak mengerti apa yang dia maksud, tapi kemudian aku melihat jadwal dan teringat,


“Benar. Itu kelas memasak!”

Dia benar. Besok ada kelas memasak. Salah satu dari beberapa kali aku bisa memasak dengan teman sekelasku


*****


“Sial. Aku bisa saja mencicipi masakan buatan Seto-san jika aku satu kelompok dengannya.”

“Tugas memasak dibagi di antara anggota kelompok, jadi aku tidak tahu apakah kau bisa menyebutnya sebagai masakan buatan Seto-san. Atau lebih tepatnya, Toshiya, kenapa kau tak pergi ke kelompokmu sendiri?”

Pada hari kelas memasak, Toshiya sedang duduk di sebelahku, memakai celemek dan meratapi kemalangannya. Dia terlihat sangat kecewa.


“Daiki, tidakkah kau sedikit dingin? Temanmu sedang berduka, jadi tolong hiburlah dia.”

Aku bisa dengan mudah merusak kondisi mental Toshiya jika aku tidak memilih kata-kataku dengan hati-hati.

Aku memakai celmek dan membiarkan otakku berkerja sampai batasnya.


“Toshiya, kau ingin Seto-san memasak untukmu, bukan? Jika itu masalahnya, maka makanan di kelas memasak ini akan sedikit berbeda dari impian awalmu. Meskipun kau tetap tidak bisa memakannya sekarang, aku rasa makanan yang dibuatnya sendiri nanti akan lebih berarti bagimu, Toshiya.”


“Da-Daiki!”

Wajah Toshiya berseri-seri


“Kau benar! Lebih bermakna jika dia memasaknya sendiri untukku! Aku merasa lebih baik! Terimakasih Daiki!”

Tepat ketika aku berpikir masalahnya sudah selesai, pintu kelas memasak terbuka dengan keras. Ternyata itu adalah Shimizu-san.


“Apa yang akan Shimizu-san lakukan disini?”

“Dasar bodah, Shimizu-san akan mendengarmu!”

Teman-teman sekelas gempar.

Kenapa mereka bisa begitu terkejut? Itu karena Shimizu-san jarang sekali memasuki kelas memasak.

Ia hampir tak pernah terlihat di kelas yang mengharuskannya berkerja sama dengan orang lain, khususnya kelas memasak. Bahkan diantara orang-orang yang tau, tampaknya ada perbedaan pendapat kenapa Shimizu-san bisa naik ke kelas berikutnya dengan kondisi itu.


“Daiki, aku akan kembali ke kelompokku.”

Ketika aku menoleh ke samping, Toshiya sudah pergi, dan Shimizu-san berdiri di dekatku. Sama seperti teman sekelasku yang lain, kurasa Toshiya juga takut pada Shimizu-san, jadi di pergi kabur ke kelompoknya sendiri.

Posisi tempat duduk di kelas memasak sesuai dengan yang ada di ruang kelas. Oleh karena itu, aku dan Shimizu-san adalah anggota kelompok yang sama, tetapi aku sudah melupaknnya karena Shimizu-san tidak pernah datang ke kelas memasak sampai sekarang.

Aku menatap Shimizu-san, yang berdiri di sampingku.


“Shimizu-san.”

“K-kenapa?”

Shimizu-san, yang telah selesai memakai celemeknya, menoleh kearahku dan menatapku.


“Kita berada dalam kelompok yang sama, jadi mari kita bekerja bersama hari ini. Juga, celemek itu sangat bagus untuk mu.”

“Ugghhh.”

Aku sedikit terkejut melihat Shimizu-san, tapi itu adalah Shimizu-san yang biasa.

Saat aku merasa lega, Sensei masuk kedalam kelas memasak. Dia terlihat terkejut dengan kehadiran Shimizu-san sejenak, tetapi ekspresinya segera kembali normal


“Baiklah, saya melihat semua orang sudah berpakaian dan menunggu. Hari ini, seperti yang sudah sensei katakan sebelumnya. Kalian akan memasak tumis daging dan sayuran. Tolong bagi peran untuk masing-masing anggota kelompok dan masaklah dengan aman,”

「「 Baik--- 」」suara-suara bergema di dapur. Kami pun mengikuti instruksi Sensei dan mulai mempersiapkan diri untuk memasak.





 


 




0

Post a Comment