NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Darenimo Natsukanai Soro Gyaru ga Mainichi O Tomari Shita Gatte Kuru - Volume 1 - Chapter 5 [IND]

 


Translator: Rion.

Editor: Rion.


Chapter 5 - Waktu Makan Siang Untuk Remaja





 "Ngomong-ngomong, Iori. Bagaimana perasaanmu tentang hidup bersama’teman-mu’ itu?" 


10 hari sejak aku mulai tinggal bersama sahabat online-ku, Mitsuya Matsuoka bertanya padaku di ruang kelas saat waktu makan siang. 

Sebelumnya, aku telah memberitahunya bahwa aku akan tinggal dengan seorang teman online, tapi aku belum mengungkapkan identitasnya sebagai Suzuhara. 

Aku dan Suzuhara telah sepakat untuk tidak memberitahu siapapun bahwa kami tinggal bersama karena khawatir akan adanya kesalahpahaman yang aneh. 

Tentu saja, kami terus berpura-pura menjadi orang asing di sekolah. 


"Sangat menyenangkan." 

"Tidak ada masalah yang muncul?" 

"Tentu saja tidak.” 

Itu bohong. 

Masalah muncul beberapa kali.

Salah satu yang spesifik, adalah saat keesokan harinya setelah aku sakit, Suzuhara tampaknya tidak menyadari kesalahanku dalam memberi rasa pada sup miso. 

Dan lagi soal 'Kalau kamu bukan sesama jenis, pasti kita akan menjadi sepasang kekasih. Aku selalu mencintaimu seperti itu.' 


TL/N: buat memperjelas aja, sbenernya maksud Iori tuh:


‘Kalau kamu bukan sesama jenis, pastilah kita akan menjadi sepasang kekasih.

(ini merujuk ke perkataan Suzuhara pas mereka belom ketemu)

Aku (juga) selalu mencintaimu sama seperti (perkataan mu waktu) itu. 

(maksudnya sepadan sama perasaan Suzuhara yg suka Iori--sebagai temen--sampe ngmong kaya gitu)’




Saat aku menyadarinya, itu sudah terlambat hingga aku sulit tidur malam itu. 

Bahkan esok paginya, aku hampir merah padam hanya dengan melihat wajah Suzuhara, tapi aku berhasil menyembunyikannya dengan senyuman. 

(Itu membuatku seperti remaja yang baru memasuki masa pubertas, pikirku.)


Aku merasa begitu terganggu hanya karena memiliki sedikit perasaan tertarik pada lawan jenis. 

Tentu saja, aku menyadarinya. Ini bukan berarti aku jatuh cinta pada Ayana Suzuhara. 

Lebih seperti perasaan yang lebih ‘liar’ daripada perasaan yang lebih manusiawi. 

Hanya dorongan naluri reproduksi yang sedang aktif karena masa muda. 

Mungkin lebih baik mulai sekarang, kata ‘suka sekali’ atau semacamnya atau semacamnya akan aku penjarakan di dalam lubuk hatiku selamanya.


"Tentu jasa. Tak heran sih, Karena Iori itu monster dengan kemampuan sosial yang mengerikan. Jika itu aku yang harus berbagi apartemen denganmu, aku yakin pasti akan senang tinggal bersammu."

"Senang sekali bisa mendengar itu darimu."

"Benarkah?"

“Bahkan seorang ‘Yarikin’ pun punya sisi manusiawi untuk ingin berteman dengan selain gadis-gadis.”

“Ada sesuatu yang aneh dengan perasaan senangmu, dasar otaku aneh!”


Mitsuya, dengan rambut pirangnya, terlihat seolah ingin melemparkan sandwich yang dipegangnya ke arahku.

By the way, "Yarikin" adalah singkatan dari ‘Yarichin King’. 

Itu adalah julukan bagi seorang yang sepertinya dapat memecahkan masalah serius mengenai rendahnya tingkat kelahiran. Cocok dengan reputasi Mitsuya yang tidak pernah kehabisan rumor tentang hubungan dengan wanita.


(Namun)

Tidak diragukan lagi bahwa Mitsuya adalah pria yang menarik karena kemampuannya memikat wanita. 

Dia memiliki keberanian yang tinggi dan menguasai peringkat teratas dalam hal prestasi akademik. 

Tingginya hampir sama denganku, tetapi rambut pirang yang di-bleach membuat wajahnya semakin terlihat menarik seperti seorang model. 

Dia memiliki kepribadian yang humoris yang selalu penuh dengan lelucon.


Dia adalah penggerak suasana di kelas 1-A. 

Dia adalah seorang pangeran yang penuh dengan pesona alami, bukan sepertiku yang terkesan dibuat-buat.


(Itulah mengapa dia pantas menjadi pemimpin kelompok kami.)


Kelompok Matsuoka terdiri dari lima orang termasuk Mitsuya. 

Ada Nanashiro Daigo, seorang power forward di tim basket. Dengan tinggi sekitar 186 cm. Punya perawakan gagah, tapi sebenarnya dia memiliki hati yang lembut.

Kemudian ada Nishino Moeka, seorang gadis dengan lebih dari 10.000 pengikut di Instagram, dari penampilannya terlihat jelas bahwa dia gadis gaul.

Ada juga Machikawa Iori, yang dikenal sebagai ‘Otaku Ekstrovert’. 

Dan juga...


"Cukup, Mitsuya-kun. Jangan main-main dengan makanan.” kata gadis kecil itu seperti seorang ibu, yang tersenyum dengan polos.

Saat dia berbicara, suasana di sekitar berubah. Keseharian yang riuh di kelas 1-A semakin terang bersinar. Karena ada keindahan di dalamnya.

Ada istilah seperti itu tentangnya, tapi tak bisa dipungkiri bahwa senyumnya yang penuh dengan daya tarik mengandung aura yang dapat membuat ruangan dan orang-orang di dalamnya tersenyum bahagia. 

(Meskipun tidak memiliki kecantikan yang diakui oleh semua orang seperti Suzuhara-san, tapi jika berbicara tentang keanggunan dengan kesan polos yang menggemaskan, dia tidak akan kalah) 

Rambut cokelat kastanye yang lembut dan bergelombang dengan panjang sedang itu terlihat begitu ringan.


Tingginya cukup pendek, sekitar 157 cm.

Lekuk dadanya yang membesar menonjolkan suasana maternal yang lebih kuat.

Selain itu, dia adalah seorang jenius dengan kemampuan atletik yang mencuri posisi reguler di klub tenis sebagai siswa kelas satu, dan menduduki peringkat kelima di kelasnya.

Meskipun memiliki spesifikasi yang luar biasa, dia tak pernah menyombongkan dirinya. 

Dia memiliki kepribadian yang lembut dan ramah kepada semua orang, dari yang introvert hingga seorang ekstrovert sekalipun.


Jika dilihat dari luar, tidak ada kekurangan yang terlihat pada gadis ini. 

Dia adalah seorang gadis yang sempurna dan alami. 

Nama lengkapnya adalah Horiuchi Kotori, meskipun nama belakangnya berbeda, dia adalah saudara kembar dari Machikawa Iori.


"Kamu juga harus berhati-hatilah, Iori."

"Tak apa Kotori, setidaknya bermain-main dengan roti lebih baik daripada bermain kasar dengan seorang gadis yang rapuh, bukan?"

"Ah, sekarang aku mengerti."

"Jangan bermesraan dengan membuatku sebagai bahan leluconmu, kalian sepasang idiot."

"Kotori dan Machikawa masih begitu kompak seperti biasanya. Ya...."

"Ah, benar-benar. Kotori, aku iri padamu. Aku juga ingin punya pacar seperti Iori."



Machikawa Iori dan Horiuchi Kotori menjalin hubungan. Kabar itu beredar luas di SMA Ayasaka. 

Atau lebih tepatnya, kabar itu sengaja disebarluaskan. 

Semuanya dimulai ketika Kotori mendengar cerita bahwa Iori mendapati tamparan dari seorang gadis yang ia tolak setelah menyatakan perasaan.


‘Hey, gimana kalau kita sebar rumor bahwa kita sedang berpacaran, untuk menghindari masalah?’

‘Aku dan Kotori?’

‘Aku juga punya masalah yang mirip dengan Iori. Bukan bermaksud sombong, tapi aku sering mendapati pernyataan dari seseorang. Jadi...’

‘Aku mengerti. Jika rumor tentang kita menjadi pacar menyebar, mereka tidak akan mendekati kita untuk mengungkapkan perasaan mereka.’

‘Hebat, Iori! Kamu benar-benar mengerti dan sangat membantu! Yah, kita hanya dengan menyebarkan rumornya. Kita tak perlu melakukan hal-hal seperti pelukan atau ciuman di sekolah!’



Tidak ada orang yang tahu bahwa kita adalah saudara di sekolah. 

Jadi jika kita makan siang bersama, belajar di perpustakaan, atau berbicara di kelas setelah sekolah, mereka akan salah paham sendiri. 

Tidak perlu melakukan pelukan atau ciuman, mereka akan mengakui bahwa Machikawa Iori dan Horiuchi Kotori adalah sepasang kekasih dengan sendirinya.

Setelah orangtua kami bercerai, kami masih sering bertemu setelah pindah ke tempat tinggal yang baru. Sekolah menengah kami juga sama, bahkan setelah mengganti nama belakang kami. 

Jadi, bertingkah dekat di sekolah bukan masalah besar bagi kami. 


"Oh, Ngomong-ngomong tentang hal lain!" 

Tiba-tiba, Nishino-san dengan senyum cerah penuh semangat berkata, 

"Hey, Iori-kun! Bisa beri tahu aku manga yang akan menjadi tren berikutnya?" 

"Tentu saja, tak masalah." 

"Yeay! Dengan ini, aku bisa menyombongkan diri dengan mengatakan, 'Aku sudah membacanya sebelum itu menjadi populer!', dan terlihat keren~"

"Siapa yang minta rekomendasi, Moeka?" 

"Teman di Instagram! Aku juga suka nonton anime! Seperti Kimetsu no Yaiba, Jujutsu Kaisen, Chainsaw Man!" 


Fakta bahwa Nishino-san hanya menyebutkan karya-karya populer memang sangat khas padanya.

Menurut ibuku, pada awal 2000-an, para otaku menjaga hobi mereka secara rahasia di sekolah atau tempat kerja, seperti seorang penganut tersembunyi yang beriman dengan khidmat. 

Tapi sekarang, itu hanya menjadi masa lalu yang jauh. 

Bahkan, lagu pembuka anime larut malam menjadi nomor satu di tangga lagu Oricon bukanlah hal yang langka lagi. 

Pekerjaan seperti ‘mangaka,’ ‘seiyuu,’ dan ‘penyanyi’ bahkan masuk ke peringkat teratas dalam daftar impian masa depan siswa SD dan SMP.

Di kelas sebelum kelas pagi, percakapan tentang drama streaming dan idol bercampur dengan percakapan tentang lagu-lagu Vocaloid yang viral di TikTok maupun pembahan video game yang yang sedang trend. 

Di dunia seperti itu, mengumumkan bahwa kamu suka anime dan game tidak akan membuatmu terlihat aneh. 


(Tapi tentu saja, kamu perlu mengetahui keseimbangan yang tepat.) 

Percakapan tentang topik eroge yang umumnya dianggap aman saat dengan Sabatora-san tetap saja tidak diperbolehkan.

Seperti yang terlihat saat Nishino-san dengan senang hati menganggukkan kepala atas permintaannya, penting untuk membaca ekspresi orang di sekitar dan bertindak sesuai dengan itu.

Itulah seni bertahan hidup seorang otaku SMA di era Reiwa. 

Itulah keseharian Machikawa Iori.


"Rekomendasi karya Iori semuanya selalu keren dan seru." 

"Selain itu, dia juga pandai memberi ulasan tentang karya-karya tersebut."

"Benar-benar deh! Bagaimana kamu yang seorang otaku bisa mengasah keterampilan sosialmu begitu baik?" 

Itu semua karena aku mengalami bullying yang mengerikan di sekolah dasar. 


“Aku tahu~. Itu karena kamu membantu pekerjaan ibumu sebagai seorang mangaka saat SMP, kan Iori?" 

Kotori tersenyum manis seperti malaikat. 

(Tidak heran dia begitu populer.) 

Dia dengan luar biasa memahami perasaanku dan memberikan respon yang tepat. 

Sekarang saatnya menjalankan serangan duo kembar ini. 


"Aku mengasah keterampilan sosialku melalui pekerjaanku. Aku belajar banyak hal." 

"Belajar?" 

"──Di dunia ini, ada banyak rekan bisnis yang bisa mengabaikan email selama berbulan-bulan atau dengan santai melanggar janji. Untuk bekerja dengan mereka, kamu perlu memiliki keterampilan sosial yang cukup." 

"Hiyaa!? Iori-kun kamu terlihat seperti ikan mati!" 

"Seperti itulah kamu jika melihat sisi gelap industri..." 

"Ayo-ayo. Kamu sudah berusaha keras. Ini ada sosis untukmu, jadi semangat, oke?" 

Setelah Kotori memberiku sosis berbentuk gurita dengan garpu, aku menyantapnya dengan senang. Aku menyampaikan rasa terima kasihku melalui kontak mata. 

Adik kembarku berkata dengan mata yang tajam, “Tidak apa-apa.”

Dia memiliki bakat alami yang luar biasa dalam keterampilan sosial. 

Mungkin dia adalah yang paling populer di kelas jika berbicara tentang jumlah teman.


(Sejujurnya, sulit untuk mempercayai bahwa dia adalah adik kandungku.)

Akan lebih baik jika dia mengaku sebagai adik tiriku, maka itu pasti terasa lebih meyakinkan bagiku.


“Oh ya, ngomong-ngomong Iori...”

Mengubah topik pembicaraan, Kotori mengibaskan rambut cokelat kastanyenya dan mulai menggerakkan bibir kecilnya.

“Apa ada yang terjadi antara kamu dan Suzuhara-

san belakangan ini?”

“Hm? K-kenapa tiba-tiba kamu menanyakannya?”

Meskipun dalam hati terkejut, aku membuat senyum palsu untuk menyamarkan perasaanku.


“Selama pelajaran olahraga di jam kedua hari ini, sepertinya Suzuhara-san terus memandang ke arahmu beberapa kali...”

“Wah wah.... Apa ini. Kotori, Kamu.. mulai cemburu ya~ ...kan?”

"B-bukan... Tapi Suzuhara-san jarang akrab dengan siapa pun, kan?" 

"Iya. Aku juga beberapa kali mencoba mengobrol dengannya tapi diabaikan begitu saja." 

"Iori juga pernah dibilang tidak disukai secara langsung olehnya, kan?" 

"Benar. Jadi kurasa ini hanya kesalahpahamanmu Kotori." 

"Mungkin benar juga." 

Kotori tampak tidak terlalu yakin. 


(Gawat, hampir saja.)

Dia adalah seorang jenius yang pernah masuk peringkat atas dalam ujian nasional, jadi dia sangat tajam.


"Ah, jika bicara tentang rumor..." 

Ketika Kotori mengucapkan itu dengan suara pelan, pandangannya tertuju pada Suzuhara-san yang masuk ke dalam kelas. 

Mungkin dia baru saja kembali setelah makan siang di kantin. 

Pada satu momen, matanya bertemu denganku, tapi dia langsung berpaling.

Setelah duduk di tempatnya, dia mengenakan headphone dan mengabaikan kebisingan di kelas. 


"Apakah dia barusan memalingkan matanya dari Iori?" 

"Mungkin Iori memang tidak disukai, ya?" 

"Apa yang salah dengannya! Dia berlagak begitu cuek dan dipanggil 'solo gal' seperti itu! Meskipun dia cantik, dia sama sekali tidak menggemaskan! Juga bersikap sedingin itu pada Iori-kun...!"

"Tenang saja. Aku tak mempermasalahkannya," kataku untuk menenangkan Nishino-san yang marah. 

Meskipun mereka tidak sadar, aku bisa melihat pipi putih mulus Suzuhara-san sedikit memerah.

Penyebabnya adalah kemarin─


*


[Hey, hey, IORI! Kapan kamu pulang?]

"Hm?" 


Minggu sore.

Saat aku kembali ke kamarku setelah meminjam berbagai buku tentang perlunya pengakuan dan penegasan diri dari perpustakaan setempat, aku menerima DM dari Suzuhara-san.

(Mungkinkah dia tidak sadar aku sudah pulang?)

Aku sejenak merasa penasaran.


"Uhh, aku ingin dia pulang lebih cepat~" 

Terdengar suara manja seperti anak kucing yang menunggu pemiliknya pulang dari ruang sebelahku, itu membuatku terdiam.

(Barusan itu, apa dia bicara pada diri sendiri sekarang?)

Artinya─


[Aku akan pulang sekitar satu jam lagi]

[Yay, aku akan menunggu! Ngomong-ngomong, apa makan malam hari ini?]

[Itu adalah hamburger dengan daging yang direbus. Kamu bilang suka daging cincang, kan?]

Tiba-tiba terdengar sorakan kegirangan dari kamar sebelah, "Yay!"


Teman dekatku yang begitu bersemangat dengan hamburger benar-benar lucu. 

[Oh, ngomong-ngomong, Sabatora-san, apa yang sedang kamu lakukan sekarang?]

[Aku sedang membunuh musuh di game FPS!] 


Aku mengerti situasinya sekarang. 

Karena dia teman baikku, aku tahu.

Sabatora-san menggunakan headphone saat bermain game untuk meningkatkan pengalaman keseruannya. 

Mungkin karena itu dia tidak sadar bahwa aku sudah pulang.


(Aku benar-benar mendengarnya bicara sendiri huh...).

Aku merasa bersalah, karena berbohong dan mengatakan bahwa aku masih belum pulang.


"Hanbaaagu~♪"


Hanya dalam 2 detik.

Aku mengutuk keputusanku sendiri dari lubuk hatiku.


"Haanbaaaguuu~♪ Daging babi! Daging sapi! Campur aduk! Hanbaaagu~♪"


Dari kamar sebelah terdengar suara nyanyian yang agak aneh, tapi terdengar sangat ceria. 

Uhhgg.. Aku seharusnya tidak berbohong.

Sekarang sudah terlambat untuk mengaku bahwa aku sudah pulang.

Aku tak bisa mengungkapkannya sekarang setelah mendengar dia bernyanyi seperti itu.


(Kalau begitu, aku akan berusaha menghilangkan kehadiranku dan pergi keluar.)

Ya, aku akan keluar kemudian, pulang lagi dengan wajah polos, dan memberi salam pada Suzuhara-san seolah-olah tidak ada yang terjadi. 

Sejujurnya, aku masih ingin melihat sisi lain dari gadis penyendiri yang biasanya tidak menunjukkan sikap ramah kepada siapa pun ini. Tapi, lebih dari apapun sekarang yang penting adalah agar aku tidak ketahuan.


[Oh ya, Iori. Boleh aku masuk ke kamarmu?]


!!??


[Novel yang kamu rekomendasikan kemarin, ‘Kurasu de 30-banme ni kawaii kanojo’ baru saja selesai kubaca! Aku ingin segera membaca volume kedua nya!]


TL/N: Judul Indonesia nya - Dia gadis tercantik ke-30 di kelas


..........


[Sebagai teman baik, kamu benar-benar mengerti seleraku! Cerita komedi romantis yang penuh dengan semangat muda itu sangat menyenangkan! Bukankah volume berikutnya ada di kamarmu, IORI? Aku ingin membacanya, ingin membacanya, ingin membacanya~! Lalu, aku ingin berdiskusi tentang kesan-kesanku denganmu malam ini!]


Aku ragu, tapi akhirnya aku mengirim DM yang berkata, [Tentu saja, boleh] 

Jika aku menolak dengan terampil, dia mungkin akan mencurigai bahwa aku ada didalam kamar.


(Sementara itu, aku harus bersembunyi.)

Dengan berhati-hati agar tidak membuat suara, aku bersembunyi di sudut lemari dengan tubuh dan tasku. 

Hanya dalam waktu 30 detik, aku mendengar suara pintu terbuka. 

Melalui celah kecil yang terbuka di lemari, aku memeriksa situasinya─


"Uh..."

Segera setelah itu, aku memaksa suara yang hampir keluar kembali ke tenggorokanku.


"...Permisi."

Suzuhara-san, mengenakan pakaian santai, masuk dengan sedikit tegang.

Dia hanya mengenakan tanktop dan celana pendek.


(Suzuhara-san, kupikir kamu suka kombinasi dengan hoodie, tapi...)

Jujur saja, dia terlalu lengah hingga aku kesulitan memandang ke mana seharusnya. 

Mengomentari bahwa gadis remaja sebaiknya tidak mengenakan pakaian yang terlalu terbuka terdengar seperti ibu-ibu, dan aku tidak bisa mengatakan hal itu. 

(Aku tidak ingin mencampuri selera berpakaian orang lain.) 

Oleh karena itu, aku selalu menyembunyikan rasa malu dengan senyuman. 

Namun, saat ini dia sedang sendirian dan tidak mengenakan jaket hoodie, serta tali bahu tanktop-nya tergelincir di satu sisi. 

Akibatnya, lekuk dadanya terbuka cukup dalam dengan begitu menggoda...


"Mmm..."


Dia meraih novel yang dia incar yang berada di rak buku teratas dan, dengan terlihat sangat menggemaskan seperti seekor kucing yang mengasah kukunya, dia meregangkan tubuhnya dengan senyum lebar.

Aku memobilisasi segala daya pikiranku untuk mengalihkan pandangan.

Namun, bokong yang terbungkus dalam celana pendek yang tipis dan ketat itu tidak bisa menghilang dalam retinaku.


"Baiklah."


Suzuhara-san menggenggam novel yang diambilnya dengan senang, berencana untuk keluar dari ruangan.

Namun, matanya tertuju pada satu buku yang diletakkan di atas tempat tidur.

Aku membacanya kemarin, sebuah buku akademis tentang rasa harga diri yang kutemukan dari kamar ibuku.


"...Apakah ini untukku?"


Setelah menaruh novel di samping tempat tidur.

Suzuhara-san mengambil buku itu, dia duduk di atas tempat tidurku.


"Kamu benar-benar membaca buku yang sulit seperti ini..." 

Dia terlihat kagum, sambil mengelus halaman buku.

"Wah, luar biasa. Selain itu, kamar ini begitu rapi. Padahal kupikir kamar pria akan berantakan dan punya bau khas."

Entah apa yang ada di pikirannya, dia melepaskan buku akademik dan mengambil bantal yang ada di tempat tidur.


"Ini memiliki aroma yang sama seperti saat kita berpelukan."

Dia tetap duduk di atas tempat tidur sambil merangkul bantal dengan erat.

Seperti anak kecil yang tidur sambil memeluk boneka beruang kesayangannya.


(---Ini masalah besar)

Apa ini, makhluk yang begitu menggemaskan?

Aku tak bisa percaya dia dikatakan tidak dekat dengan siapa pun di sekolah.

Tindakannya sangat polos dan menggemaskan hingga aku ingin mengelus kepalanya tanpa sadar.


"Kuu~"


...Hei-hei tunggu, dia tidur?!

Tubuh rampingnya yang memeluk bantal tiba-tiba terjatuh ke tempat tidur tanpa tanda-tanda akan terbangun.


Eh, tunggu, ini tak mungkin, kan?

Tak peduli betapa santainya dia di kamar seorang pria, apa dia benar-benar tertidur lelap?


(Tunggu sebentar)

Aku ingat kemarin kita berbicara tentang anime musim ini di ruang tamu sampai larut malam, lebih dari jam 2 pagi.

Bukan dalam DM, aku senang bisa berbicara tentang anime di dunia nyata juga. Mungkin Suzuhara-san juga merasakan hal yang sama.

Itulah sebabnya kami terlalu asik dalam percakapan hingga larut malam, dan mungkinkah itu yang membuatnya terserang kantuk tiba-tiba?

Tapi...


‘Ketika berada di rumah orang lain, aku harus merasa benar-benar nyaman untuk bisa tidur.’

Itulah yang dia katakan di DM pada hari pertama kita bertemu di dunia nyata. Ketika aku melihat Suzuhara-san tidur dengan bahagia memeluk bantalku, ada perasaan hangat di dalam hatiku.


(Baiklah, ini kesempatan bagus)

Aku mencoba mengendap-endap keluar dari lemari, berusaha meninggalkan kamarnya saat ini.


"!"


Tiba-tiba ada panggilan masuk, terdengar dari ponsel Suzuhara-san yang diletakkan di atas tempat tidur.

Panggilan masuk itu membuat sang putri tidur terbangun tepat sebelum aku meninggalkan kamar.


"Nnggh... eh?"


Suzuhara-san yang masih setengah terlelap memandangku dengan mata mengantuk, lalu melihat dirinya sendiri berpakaian minim tidur di tempat tidur teman seatapnya.

Dan lebih dari itu, dia memeluk bantalku.

Setelah dia menyadari kenyataan tersebut, gadis penyendiri yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya dengan penampilan dingin dan cantiknya di sekolah itu, mengeluarkan teriakan polos yang tidak terduga.


*


Jadi, Putri Tidur yang bernama Suzuhara-san sekarang terus-terusan mengalihkan pandangannya dariku. 

Oh ya, kemarin aku berbohong pada Suzuhara-san yang sangat panik di atas tempat tidur, dengan berkata, 

‘Aku pulang....’


(Karena jika kita memikirkan perasaan Suzuhara-san, aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, bukan?)

Aku mendengarmu bicara sendiri, mendengar nyanyianmu, dan menyaksikanmu memeluk bantalku.

‘Selamat datang... eh, tidak, maaf! Aku tertidur sendiri di kasurmu tanpa izin... dan tiba-tiba aku merasa tenang saat memeluk bantal Machikawa-kun...!’

Suzuhara-san sangat panik meminta maaf, tapi tentu saja aku memaafkannya. 

Aku tidak bisa marah setelah melihat ekspresi lucu seperti itu.



(Orang-orang di sekolah pasti tidak pernah membayangkan hal seperti ini.) 

Suzuhara-san yang biasanya dingin kepada orang lain, tiba-tiba menjadi begitu manis. 

Rasanya senang karena aku satu-satunya yang tahu sisi lain dari dirinya.


"Oh ya, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan kepada semuanya."

Karena itulah aku ingin membantu meningkatkan rasa percaya diri Suzuhara-san. 

Aku telah membaca berbagai buku untuk itu, tetapi akan lebih baik jika aku mendengar pendapat dari mereka yang berada di puncak hierarki sekolah.


"Menurut kalian, bagaimana cara mendapatkan ‘kepercayaan diri’?"

"Apa ini? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Apa kamu menerima konsultasi masalah seseorang lagi?"

"Yah... semacam itulah."

Seperti yang dikatakan Kotori, aku sering dipilih sebagai teman curhat oleh teman sekelas.


"Iori-kun, kamu sangat serius mendengarkan keluhan apa pun, bahkan yang sepele sekalipun."

"Kamu benar-benar cocok menjadi teman curhat."

"Kepercayaan diri, ya..? Hmm, Bagaimana pendapatmu Moeka?"


"Mudah! Unggah selfie di Instagram! Orang-orang pasti akan memujimu!"

Mencari pengakuan di internet.

Seperti itulah pendapat Nishino-san, seorang gadis yang hidup di garis depan tren terbaru di media sosial.


"Bagiku, itu adalah latihan. Ketika hasil dari latihan tersebut menghasilkan kemenangan dalam pertandingan, aku merasa apa yang telah aku lakukan tidak sia-sia."

Jadi, itu tentang usaha.

Ini adalah pernyataan yang khas dari Daigo, yang dipilih sebagai perwakilan Kanagawa saat SMP dan berhasil menjadi pemain reguler di Ayasaka, sebuah sekolah yang terkenal dengan tim basket kuat.


"Kepercayaan diri, ya?"

Kotori tersenyum seperti malaikat sambil merapikan rambutnya yang bergelombang.

"Mungkin kamu bisa mencoba memperluas lingkaran pertemanan yang baik? Jika kamu memiliki banyak orang yang mengakui dan mendukungmu, secara alami rasa percaya dirimu juga akan meningkat."

Memperluas hubungan pertemanan.

Tidak heran Kotori memberikan pendapat yang tepat dan padat.


"Hmm, kepercayaan diri? Aku belum pernah berpikir untuk mengembangkannya, jadi aku tak begitu mengerti."

"Wah, memang... kamu playboy sejati!"

"Yah, memang Matsuoka pastilah selalu tampak percaya diri sejak bayi."

"Hey hey, aku hanya Raja Pemikat, Mitsuya-sama!"

Meskipun tersenyum pahit, Mitsuya mengucapkan dalam bisikan, 


"Nah, jika dipaksa mengatakannya..."

"Capai tujuan yang sebelumnya kamu anggap tak mungkin bisa kamu capai. Jika kamu berhasil melakukannya, setidaknya kamu akan sedikit lebih percaya diri, bukan?"

"Memang yah, Mitsuya adalah orang yang baik."

Dia memberikan saran yang tegas namun terarah dengan gaya kasarnya.


"Terima kasih, semuanya! Ini sangat membantu!"

"Tak apa, ini hal kecil! Sebelumnya akulah yang selalu dibantu oleh Iori-kun!"

"Aku akan senang jika kamu bisa mengajariku lagi suatu saat nanti."

"Nah. Belajar terus itu membosankan. Bagaimana jika kita pergi bermain di akhir pekan? Dengan Iori di sini, apapun seperti karaoke atau bowling akan seru!"

"Aduh, Mitsuya-kun, jangan membuat Iori terlalu lelah ya? Dia masih dalam masa pemulihan!"

Sambil mendengarkan percakapan yang ramai di dalam kelas, aku memikirkan sesuatu.


‘Jika aku berbicara dengan kelompok Matsuoka, aku bahkan tidak akan bisa berkata sepatah kata pun.’

Beberapa hari yang lalu, Suzuhara-san terlihat tidak percaya diri saat mengatakan itu. 

Ya, bagi Suzuhara-san, yang mana seorang ‘solo gal’, anggota kelompok Matsuoka yang merupakan sarang orang yang berjiwa ceria adalah seperti karakter pembunuh dalam film horor yang menakutkan. 


(Itulah sebabnya, itu mungkin bisa menjadi tujuan yang ‘tidak mungkin dicapai’ nya.)

Membangun hubungan pertemanan dengan salah satu anggota Matsuoka.

Ini adalah solusi yang sempurna untuk meningkatkan rasa percaya diri Suzuhara-san.

Tentu saja, sebagai teman pertamanya selain aku, pilihanku jatuh pada...



0

Post a Comment