NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Tonari no Seki no Yankee Shimizu-san ga Kami o Kuroku Somete Kita - Volume 1 - Chapter 3.2 [IND]

 


Translator: Qirin

Editor: Rion

Chapter 3 - Bento Shimizu-san (part 2)



  Aku menghela nafas dalam hati dan mulai menjelaskan pada Ai.


“Jadi, maksudmu Kei ingin memamerkan kemampuan memasaknya kepada anak laki-laki yang menolongmu? Dan untuk, itu kau ingin membuat bento dan memberikannya padanya.”

“Singkatnya, itu saja sih.”

Setelah beberapa menit menjelaskan, aku berhasil menyampaikan tujuanku sambil menyembunyikan nama Hondo dan beberapa kejadian di masa lalu.


“Jika hanya itu tak apa, bukan? Kenapa kau tidak langsung saja?”

“Bukannya kau sudah bilang ‘kenapa tiba-tiba’ tadi?”

“Kau bilang itu karena kau tiba-tiba mendapat bento dari anak laki-laki, kan? Itu akan memiliki arti yang sangat berbeda jika Kei mengatakan sesuatu yang seperti ini sebelumnya.”

“Apa bedanya?”

“Bento buatan tangan dari seorang gadis adalah impian dari semua anak laki-laki! Itu adalah hal yang ingin mereka dapatakan dengan cara apa pun!”

“Benarkah begitu?”

Kurasa Matsuoka mengatakan sesuatu seperti itu sebelumnya, tetapi aku tidak tau mengapa.


“Ya, itu benar. Dan akan sia-sia jika Kei ingin melakukannya, tapi tak mau mencobanya! Mari kita jalani acara remaja sekali seumur hidup dengan kemampuan maksimal!”

“Err, ya…..”

Aku tidak bisa menyembunyikan kebingunganku pada semangat Ai.

Aku tidak tau mengapa Ai lebih termotivasi dari pada diriku sendiri, tetapi aku senang mendengar sikap positifnya. Namun, aku masih memiliki beberapa kekhawatiran.


“Bahkan jika aku berhasil, bukankah akan sulit untuk memberikannya tanpa alasan?”

“Kamu bisa mengatakan, bahwa ini adalah ucapan terimakasih karena telah membantumu di kelas memasak sebulumnya.”

Oh, benar. Itu ide yang tak terpikirkan olehku.


“Jadi, apakah kau sudah tau apa yang ingin kau masak?”

“Tidak, aku belum memutuskanya.”

Aku ingin memasak daging babi jahe, yang menurut Hondo akan sangat menyenangkan untuk disajikan menjadi bento, tetepi hidangan pelengkap lainnya masih belum bisa kuputuskan.


“Kalau begiu, kita harus memulai dari sana. Aku mulai menantikannya.”

“Apa itu?”

“Eh? Tentu saja aku akan membantu Kei dalam membuat bentonya.”

Ai menatapku seolah-olah ingin menyatakan bahwa itu sudah jelas.


“Aku bisa membuat bento itu sendiri.”

“Hei-hei, apa kau lupa cerita tentang bagaimana kau harus bergantung pada anak laki-laki itu salama kelas memasak?”

“Ughhh…..”

Hal ini membawa kembali kenangan saat Hondo mengajariku menggunakan pisau berkali-kali selama kelas memasak.


“Hanya aku yang bisa membantumu di pagi hasi karena mungkin ibu sibuk. Biasanya bantuanku tidak lah gratis, tetapi untuk kali ini, onee-chan mu ini akan menawakkan layanan khusus!”

“Jangan bicara seperti tukang sales.”

“Maaf, aku tidak bisa menahan diri. Bagaimanapun, aku pikir tingkat keberhasilanmu akan sangat berbeda dengan atau tanpa dukunganku, bukankah begitu, Kei? Dan, lagi karena aku sering membuat kue di waktu luangku, aku yakin aku bisa membantumu.” 

Ai mungkin bercanda, tapi dia memiliki lebih banyak pengalaman memasak dari padaku. Jika aku ingin memberikan bento berkualitas ringgi untuk Hondo, kurasa aku tidak punya pilihan lain selain mengandalkannya.


“…..bisakah kau bangun pagi-pagi sekali?” 

“Itu bukan masalah besar untuk Onee-chan seperti Ai. Jika Kei mengatakan ‘Onegai onee-chan’, aku bahkan akan membantumu berhari-hari.”

“Siapa juga yang akan mengatakan itu!”

Aku tak akan pernah mengatakan hal itu salama hidupku.


“Ehh~. Satu kata saja, hanya satu kata! Kumohon!”

Ai menggosok kedua tangannya. Mungkin dia tidak akan berhenti sampai aku mengatakannya.


“ini dia….. Onegai,, Onee-chan….. Ugghh.” 

“Manis sekali~! Baiklah, Onee-chan mu akan melakukan yang terbaik untukmu!”

Rasanya aku ingin menghilang. Aku ingin pergi dari sini secepetnya…..


Kemudian meskipun motivasiku sudah sangat berkurang sejak awal, aku mulai mempersiapkan diri untuk mambuat bento dengan Ai.


*


“Hei, bukankah suasana hati Shimizu-san cukup buruk hari ini?”

“Kau juga berpikir begitu? Aku mendengar dia berkelahi dengan seseorang dari sekolah lain dan tangannya terluka.”

“Ah, mungkin kau benar. Shimuzu-san mulai mewarna hitam rambutnya dan tidak pernah membolos sekarang, jadi kupikir dia mulai serius bersekolah, tapi ternyata dia masih sama seperti sebelumnya.”

Teman-teman sekelasku berbisik-bisik tentangku, tapi aku tidak punya energi untuk melihat mereka. Itu semua karena bento buatanku.



‘ini adalah yang terburuk’

Saat bento sudah jadi. Ai, yang membantuku, kehilangan senyum khasnya, tetapi itu sudah terlanjur sudah selesai. Dan masalahnya adalah kualitasnya.


Telur dadarnya malah diwarnai dengan warna kehitaman yang misterius, seakan tidak dapat dijelaskan oleh apapun, entah itu karena kecap atau gosong. Dan lagi, daging jahe kesukaan Hondo ternyata juga ikut berwarna kehitaman.

Kali ini terlepas dari dukungan Ai, aku melukai jari-jariku beberapa kali dengan pisau, meskipun lukanya dangkal, aku membuat Ai sangat menghawatirkanku.

Tapi, bento yang sudah jadi ini bukanlah sesuatu yang bisa aku berikan pada orang lain.

Pada awalnya, aku ingin memakan bento buatanku sendiri, tetapi Ai, yang merasa bertanggung jawab terhadapku, menyarankan agar kami membaginya menjadi dua. 

Berkat sarannya aku bisa menghabiskan bento tersebut, tetapi perutku menjadi sedikit mual sekarang.


‘Sejujurnya kemampuan memasak Kei lebih dari yang aku duga.’

--Walaupun Ai memujiku, tapi dia mengatakannya dengan tatapan mati yang mengerikan


“Selamat pagi Shimizu-san.”

“Pagi.”

Saat aku mengingat kejadian tadi pagi hari, Hondo duduk disampingku tanpa aku sadari.

Aku tau Hondo tidak bersalah, tapi aku merasa alisku berkerut tanpaku sadari karena mengingat kegagalanku membuat bento pagi ini.


“Um, Shimizu-san. Apa aku melakukan sesuatu yang salah?”

Mungkin melihat wajahku, Hondo tersenyum gelisah padaku.


“Kamu tak melakukan sesuatu yang salah.”

Yah itu benar, Hondo memang tidak melakukan apa pun yang membuatku marah, aku marah karena masalahku sendiri.


“Jika itu masalahnya, apakah kamu punya masalah? Jika kamu tidak keberatan, aku bisa mendengarkanmu?”

“…..tidak ada masalah.”

Tentu saja aku tidak bisa mengatakan padanya bahwa aku depresi karena aku gagal membuat bento untuknya.


“Baiklah….. Hm? Shimizu-san, tanganmu terluka, apa tanganmu baik-baik saja?”

Aku segera menyembunyikan tanganku, tapi sudah terlambat. 

Aku benar-benar ceroboh.

Aku berusaha mencari-cari sebuah alasan…..


“…..Aku melalui banyak hal. Ini bukan luka yang dalam, jadi jangan khawatir.”

“Aku mengerti. Tapi tolong jaga dirimu baik-baik.”

Itu adalah alasan yang buruk, tetapi Hondo tampaknya menerimanya. Aku merasa lega, tetapi kemudian, aku merasa mengantuk, mungkin sebagai reaksi karena bangun lebih awal dari biasanya.


“Aku akan tidur sekarang, jadi jangan bangunkan aku.”

“Ya, aku akan membangunkanmu ketika Sensei hampir datang.”

“Sudah kubilang, kau tak perlu membangunkanku…..”

Biasanya, kami akan berdebat tentang perlu tidaknya membangunkanku, tapi aku kira aku kelelahan secara mental setelah membuat bento sejak pagi, dan aku tertidur lebih awal hari ini.



Post a Comment

Post a Comment