Translator: Qirin.
Editor: Rion
Chapter 2 - Kelas Memasak Dengan Shimizu-san (part 3)
Sudah beberapa saat sejak mulainya kelas memasak, dan kelompok kami sudah sampai pada tahap memotong bahan makana.
“Siapa yang bertugas memotong bahan makana?”
“Hanya aku.”
Aku menjawab pertannyaan Kon`no, yang duduk di depanku saat di dalam kelas.
“Uhh, bukakah seharusnya ada dua orang yang bertugas memotong bahannya?”
“Anggota kelompok kita tidak banyak, jadi hanya aku yang memotong bahan makanannya.”
“Ah, kalau dipikir-pikir, benar juga.”
Tepatnya, jumlah orang dalam kelompok kami sama dengan kelompok lainnya. Hanya saja, kami selalu menganggapnya kekurangan satu orang karena Shimizu-san biasanya tidak hadir.
“Oy.”
“Sh-Shimizu-san, apa ada masalah?”
Ucapan Shimizu-san yang tiba-tiba itu membuat kon`on terkejut dan panik.
“A-apa yang salah?”
“Aku akan melakukannya juga.”
“Ya…..?”
Kon`no terlihat seperti baru saja mendengar sesuatu yang tak bisa dipercaya
“Aku bilang aku akan memotong bahannya juga. Jika itu adalah pekerjaan dua orang, kenapa tidak aku saja yang melakukannya? Lagipula, kalau aku tak melakukan apapun, aku hanya akan dianggap pemalas…..”
Dia berbicara agak cepat, tapi kurasa dia bermaksud membantuku memotong bahannya. Namun, ada hal yang ku khawatirkan.
“Aku senang jika kau mau membantuku, tapi apa kau pernah menggunakan pisau, Shimizu-san?”
“…..Tak masalah.”
Ada apa dengan jeda sebelum jawaban itu? Aku merasakan kegelisaan yang tidak bisa diungkapkan.
“Aku bertanya sekali lagi, Shimizu-san, bisakah kau munggunakan pisau dapur dengan benar?”
“Tenang saja…..itu tidak masalah.”
Aku bertanya sekali lagi, tapi jeda sebelum jawabannya tak kunjung hilang. Aku mencoba melakukan kontak mata dengan Shimizu-san, tetapi dia memalingkan wajahnya dariku. Hal itu membuatku gugup, tetapi aku ingin menghormati keinginannya untuk melakukan apa yang ingin dia lakukan.
“Baiklah, apa itu tidak masalah untuk kalian?”
Aku menanyakan kepada anggota kelompok yang lain, dan mereka semua menganggukan kepala tanda setuju. Beberapa dari mereka tampak lega. Mungkin mereka tidak ingin melakukan pekerjan yang sama dengan Shimizu-san.
“Kalau begitu sudah diputuskan. Mari kita lakukan bersama, Shimizu-san.”
“Y-ya.”
Jadi, Shimizu-san membantuku dengan tugas memotong bahan makanan, yang mana hanya aku yang melakukannya sebelumnya.
“Shimizu-san, pertama-tama, bisakah kau potong kubis menjadi ukuran yang sesuai?”
”Oke.”
Ada empat jenis bahan yang harus dipotong kali ini: kubis, bawang bombay, wortel, dan iga babi. Aku sedikit kesulitan memutuskan yang mana yang akan kuminta Shimizu-san untuk memotongnya terlebih dahulu, tetapi aku memutuskan untuk membuatnya memotong kubis terlebih dahulu.
Apa yang harus kupotong pertama kali?
Baiklah, aku akan memotong bagian iga babi dan melanjutkan dari wortel, yang keras dan sulit dipotong. Memikirkan hal ini, aku menoleh kearah Shimizu-san, yang sedang menatap kubis dengan pisau ditangannya.
“Shimizu-san? Bisakah kau meletakkan pisaunya sejenak?”
“Uh? Baiklah.”
Shimizu-san mengikuti instruksiku dengan tanda tanya di kapalanya. Aku melihat sekeliling. Untungnya, teman-teman sekelas kami tampaknya terlalu asik dengan pekerjaan atau percakapan mereka sendiri untuk menatap kami Itu berbahanya, jika seseorang melihat bagaimana Shimizu-san memegang pisau, mereka mungkin akan berteriak.
“Aku ingin bertannya padamu Shimizu-san, apa yang kau coba lakukan tadi?”
“Bukannya kau menyuruhku untuk memotong kubisnya?”
Shimizu-san menatapku dengan aneh.
“Aku memang mengatakan itu, tapi kenapa kau memegang pisaunya seperti itu?
“Caraku memegangnya?”
“Ya, ketika kau memotong kubis atau apapun, pada dasarnya kau harus memegangnya seperti ini.”
Aku memegang pisau secara normal dan menunjukkannya kepada Shimizu-san. Shimizu-san menatap caraku memegang pisau,dan pada saat yang sama, wajahnya memerah dengan cepat.
“A-aku gugup. Aku biasanya juga memegangnya seperti itu....”
“Yah, memang benar bahwa memasak di depan orang lain bisa membuatmu merasa gugup.”
Aku meletakkan kembali pisau di atas meja. Aku belum pernah melihat orang memegang pisau secara terbalik karena gugup, tapi sekarang aku tahu ada juga orang seperti itu di dunia.
“Ah, aku hanya sedikit gugup. Sekarang aku tahu cara memegangnya, bisakah aku melanjutkan memotong?”
“Ya, Jika kamu punya pertanyaan, tanyakan saja padaku.”
“Baiklah.”
Shimizu-san memegang pisau dengan normal kali ini dan mengambil kubis dengan tangan yang lain. Kemudian dia mendekatkan mata pisau ke tepi kubis.
“Shimizu-san berhenti! Tunggu sebentar!”
“Apa lagi sekarang?”
Shimizu-san meletakkan pisaunya lagi dengan ekspresi kebingungan di wajahnya.
“Aku ingin mengatakan banyak hal, tapi pertama-tama, bagaimana kau akan memotongnya?”
“Kubis biasanya diiris halus, kan?”
Matanya jernih, dan aku langsung tahu bahwa dia tidak bercanda.
“Anggapan itu tak salah, tapi kali ini kita tak mengirisnya dengan halus karena akan digunakan untuk tumis daging dan sayuran.”
“Begitukah?”
Kalau aku tak melihat Shimizu-san, kelompokku pasti berakhir dengan [Tumis daging dan sayuran dengan irisan kubis].
“Lalu seberapa besar aku harus memotongnya?”
“Aku akan memotong dan menunjukkan seberapa besar ukurannya. Sekarang, aku akan memberitahumu cara memotong kubis. Pertama, potonglah menjadi dua karena jika kamu memotongnya seperti ini, kubis akan menjadi bulat, tidak setabil, dan berbahaya.”
“Aku mengerti.”
Kurasa dia juga tidak tahu, aku senang menyadarinya sebelum dia terluka.
“Aku tahu cara memotongnya. Boleh aku memotong kubisnya sekarang?”
“Ya, hati-hati saat memotongnya.”
Shimizu-san memegang pisau lagi untuk ketiga kalinya. Aku semakin gugup saat melihatnya. Shimizu-san memegang kubis dengan kuat dengan tangan kirinya, meletakkan pisau ditengah-tengah kubis, dan memotongnya menjadi dua bagian tanpa kesulitan.
“Apakah ini tidak apa-apa?”
Shimizu-san terlihat agak gelisah. Mungkin karena aku menunjukkan kesalahannya dua kali.
“Ya. Tidak apa-apa. Itu adalah potongan yang baik.”
“Begitu…. baguslah.”
Shimizu-san terlihat lega. Kurasa wajahnya terlihat sedikit kemerahan.
“Baiklah. Ayo kita lanjutkan seperti ini.”
“O-oke.”
Aku memberinya
beberapa saran lagi, dan kemudian Shimizu-san berhasil menyelesaikan tugasnya memotong kubis.
Post a Comment