NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Higehiro : Airi Gotou - Volume 2 - Chapter 1 [IND]

 



Translator : Konotede

Editor : Konotede


Chapter 1 : Reuni

"Gimana? Apa kamu kaget?"

Dalam perjalanan pulang ke rumah, aku bertemu kembali dengan Sayu di bawah tiang telepon, seperti "Waktu Itu". Dan ketika aku pulang ke rumah sambil berbicara dengannya, Asami Yuki, yang telah memainkan peran utama dalam reuni itu menyambutku dengan wajah terbaiknya.

"Yah, aku kaget banget malah."

Aku menjawab dengan jujur ​​sambil melepas sepatuku dan Asami yang mengangguk berulang kali, terlihat sangat puas.

"Ini sangat layak untuk disiapkan . Dalam perjalanan pulang seperti biasa, terjadi reuni dramatis di tengah jalan! Apakah kamu tidak sedikit bersemangat?"

"Aku nggak tahu."

"Malah malu, mou~"

Kupikir akan lebih tepat untuk mengatakan bahwa itu terjadi secara perlahan daripada secara tiba-tiba, tapi Asami sepertinya menganggapnya sebagai sebuah kenyamanan.

Saat aku tiba-tiba berbalik, Sayu sedang berdiri di pintu masuk sambil menatapku dan Asami secara bergantian.

"Kamu kenapa?"

Saat aku memanggilnya, dia mulai melepas sepatunya dengan kaget.

"Ah, tidak. Aku cuma ingin tahu saja. Btw, sudah lama sekali aku tidak berkunjung ke rumah Yoshida-san."

Sayu mulai melepas sepatunya dan merapikannya sambil menatapku.

"Entah bagaimana, meski aku tidak ada disini, aku merasa kalian berdua sering menghabiskan waktu bersama di sini, ya."

Saat Sayu mengatakan itu, wajah Asami terlihat kering.

"Ah, tidak! Tidak ada hal aneh yang terjadi kok, jadi tidak apa-apa, kan? Lihat, rumah ini adalah tempat pengungsianku! Aku hanya ada disini sebentar saat orang tuaku bertengkar atau saat aku ingin berkonsentrasi belajar saja!"

Sayu dan aku tertawa terbahak-bahak saat Asami membela dirinya dengan volume dan kecepatan yang mengejutkan.

"Aku sih tidak masalah, aku juga tidak menyalahkanmu. Lagi pula, sejak awal aku tidak punya hak tentang itu."

Sayu menggelengkan kepalanya sambil tertawa.

"Aku hanya berpikir kalau aku merasa sedikit cemburu."

"Maafin, lah~"

Asami memeluk Sayu sambil sedikit menangis.

Aku sedikit terkejut ketika melihat kedua teman itu sedang berpelukan.

Sayu yang kuingat sepertinya bukan tipe orang yang menggunakan kata-kata langsung seperti "Aku Sedikit Cemburu." Asami yang berteman dengan Sayu bahkan setelah dia meninggalkan Tokyo, sepertinya menerimanya tanpa rasa tidak nyaman, tapi entah kenapa aku langsung terkejut.

Ah begitu. Sayu sudah mulai menjalani hidupnya sendiri. Mungkin ada banyak sisi Sayu yang belum kuketahui.

Saat rasa terkejutku mereda, aku merasa sedikit bahagia.

"Gimana kehidupan kuliahmu?"

Aku ingin tahu.

Seperti apa kehidupan kuliah Sayu ketika dia 'memulai kembali' dirinya.

"Santai-santai, tidak perlu terburu-buru! Waktu kita juga banyak. Ah iya, apa Sayu-chan mau minum teh dulu?"

Tentu saja, Asami membuka kulkasku dan mulai menuangkan teh oolong yang kubeli ke dalam cangkir.

Sambil melihat ke arah Sayu yang sedang duduk di depan meja, aku mengeluarkan pakaian santaiku dari lemari dan langsung menuju ke ruang ganti.

Aku segera berganti pakaian yang lebih nyaman dan aku ingin mendengarkan cerita tentang Sayu.


"Jadi gimana? Apa kamu membuat kemajuan dengan anak itu?"

Asami bertanya dengan bersemangat sambil mencondongkan tubuhnya ke depan meja.

"Hmm, entahlah. Aku cuma bisa bilang iya atau enggak saja."

Sayu menjawab dengan tawa yang sedikit kesal. Kemudian, dia melirik ke arahku. Aku langsung membuang muka.

Awalnya kami hanya ingin tahu bagaimana Sayu menghabiskan waktunya ketika dia kuliah. Begitulah awalnya, tapi ketertarikan Asami sepertinya lebih terfokus pada topik cinta dan romansa, seperti yang diharapkan dari gadis seusianya. Saat ini, dia sedang bersemangat membicarakan Siapa yang duduk disebelahmu saat ajaran baru?.

Asami ingin tahu tentang kehidupan cintanya di universitas, dan Sayu menunjukkan sedikit keengganan, tapi Asami bersikeras sambil berkata dengan lantang "Gimana ya? Sayu-chan pasti populer, kan?" .

Aku juga setuju dengan pendapat itu. Dia memiliki wajah yang cantik, agak dewasa, dan juga baik hati. Dan meskipun aku tidak pernah mengatakannya dengan lantang, menurutku untuk anak seusianya, gaya Sayu yang baik mungkin cukup kejam. Singkatnya, dari sudut pandang laki-laki, Sayu tidak memiliki apa pun yang membuatnya tidak populer.

"Eh, perasaan apa-apaan itu! Tolong jelasin lebih detail dong~"

Asami anehnya sangat bersemangat. Apakah ini hanya imajinasiku saja kalau dia sengaja?

Sayu dipaksa oleh Asami untuk terus berbicara. Aku merasakan perasaan aneh ketika aku mendengarkan mereka berdua bersemangat tentang pembicaraan gadis mereka.

Tentu saja, kupikir begitu Sayu kembali ke kehidupan kuliahnya, akan ada beberapa cerita menarik. Aku berharap itu terjadi, dan aku ingin dia tumbuh menjadi dewasa setelah mengalami beberapa kisah cinta itu.

Namun, "perasaan aneh" seperti tulang kecil yang menancap di tenggorokanku pada akhirnya berujung pada satu pertanyaan.

Seandainya kisah cinta itu terpenuhi di universitas nya, bukankah Sayu akan muncul di hadapanku lagi seperti ini? Itulah yang ingin kutanyakan.

"Nee, Sayu."

Sedari tadi aku hanya diam, tetapi sekarang aku mencoba mengatakan sesuatu.

"Kenapa kamu kembali ke Tokyo?"

Ketika aku bertanya, ruangan itu seketika menjadi sunyi. Sayu menatapku seolah menahan napas, dan Asami menatapku dengan penasaran.

"Itu...."

Sayu mengedipkan pandangannya lalu mengatakan.

"Tentu saja, karena aku mendaftar di sebuah universitas di Tokyo."

Kali ini giliranku yang kehilangan kata-kata menanggapi jawaban Sayu.

Mendaftar di sebuah universitas.

Mendengar kata-kata itu dari mulut Sayu membuatku merasakan kegembiraan yang tak terlukiskan.

"Ah, begitu ya? Universitas ya?"

Tentu saja dia tahu bahwa dia harus memulai semuanya dari awal lagi, tetapi dia tidak pernah berpikir jernih tentang apa yang akan dia lakukan setelah itu. Dia hampir saja pensiun dari sekolah SMA, tetapi dia memulai lagi dari awal dan berhasil masuk ke universitas. Dia mulai menaiki tangga menuju kedewasaannya sendiri.

"Selamat, ya!"

Kata-kata dari hatiku nampaknya bocor keluar.

"Makasih~"

Sayu juga tertawa agak malu-malu.

Namun, Asami yang duduk di sebelahnya tampak tidak yakin dan menghela nafas.

"Sungguh, ini adalah kesempatan yang membahagiakan tau."

"Emang benar~, tapi..."

Asami dengan sengaja mencibirkan bibirnya dan menatap Sayu. Sayu menyadari tatapannya dan tersenyum seolah-olah mengabaikannya.

Meskipun aku merasa sedikit terganggu, aku merasa senang karena Sayu berhasil masuk universitas.

Bahkan kalau mengingat kejadian di masa lalu saat Sayu mengaku padaku kalau dia merasa malu pada dirinya sendiri karena begitu pemalu.

Sayu kembali ke Tokyo sebagai sebuah pilihan dalam hidupnya. Baru setelah itu dia menunjukkan wajahnya kepadaku.

Aku bisa merasakan perasaan gelisah yang selama ini kupegang, perlahan-lahan mulai menghilang. Akhirnya, aku merasa cukup aman untuk mendengarkannya.

Asami dan aku mendengarkan pengalaman Sayu di sekolah SMA nya dan kehidupannya di Hokkaido seiring berjalannya malam. Beberapa jam berlalu dalam sekejap mata, tapi saat aku melihat mereka terus berbicara dengan gembira bahkan setelah jam 10 malam, aku menyadari sekali lagi bahwa mereka sudah bukan lagi anak SMA.

Aku ingin mendengarkan percakapan itu sedikit lebih lama lagi, tetapi seperti yang sudah diduga, aku tidak bisa membiarkan Sayu tinggal di rumahku sekarang.

Setelah pukul 23:00, kami memutuskan untuk berpisah.

Aku berencana mengantarkan Asami pulang terlebih dahulu, tetapi dia bersikeras, "Aku bukan anak kecil lho, aku baik-baik saja kok!" Dengan tegas aku diberitahu untuk mengantar Sayu pulang terlebih dahulu. Tentu saja, sejak awal aku sudah merencanakan untuk mengantar Sayu setelah Asami, tetapi karena dia menolak dengan tegas, aku tidak bisa ikut campur lagi. Seperti yang dia katakan, dia sudah bukan lagi seorang anak kecil.

Aku berjalan bersama Sayu dalam perjalanan ke stasiun terdekat.

Di kawasan perumahan yang sepi, hanya suara langkah kaki kami yang terdengar.

Rasanya... 

"Rasanya agak aneh gimana gitu ya?"

Sayu mengatakan itu sambil tertawa.

"Apa maksudnya “pulang” dari rumah Yoshida-san?"

Mendengar kata-kata Sayu, aku juga mengangguk sambil tersenyum masam.

"Aku juga. Aku juga memikirkan hal yang sama sekarang."

Sayu sekarang tinggal sendirian di Tokyo. Jaraknya cukup jauh dari rumahku, tetapi hanya 40 menit saja kalau naik kereta. Sekarang sudah lewat pukul 23:00, mungkin saat aku sampai di rumah, waktunya mungkin sudah tengah malam.

"Hati-hati ya saat pulang."

"Mou, sampai kapan kamu memperlakukanku seperti anak kecil?"

"Orang dewasa tidak ada hubungannya dengan itu. Aku hanya khawatir denganmu."

"Makasih deh karena udah menghawatirkanku."

Sayu tersenyum sedikit malu-malu.

Bagian lucu ini tidak berubah sama sekali sejak saat itu.

Sambil berjalan dan mengobrol tentang hal-hal sepele, kami tiba di stasiun dalam waktu singkat.

"Kalau begitu, sampai jumpa lagi ya, Yoshida-san."

"Ah, sampai..."

Sayu melambai pelan dan berjalan melewati gerbang tiket tanpa menoleh ke belakang.

Aku mengawasinya sampai aku tidak bisa lagi melihat punggungnya, lalu aku berbalik.

Kalau dipikir-pikir, satu-satunya saat aku pernah "Mengantarnya Pergi" adalah saat ketika aku mengantar dia kembali ke Hokkaido.

Pada waktu itu, kupikir aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi.

Namun...

Aku merenungkan kata-kata Sayu "Sampai jumpa lagi, ya!" di pikiranku.

Kami tidak tinggal di rumah yang sama, dan kami tidak bekerja di perusahaan yang sama. Kami hanya bisa bertemu 'Lagi' sebagai teman biasa.

Bahwa kami telah bertukar kata-kata perpisahan yang biasa saja membuatku memiliki perasaan aneh yang tidak bisa aku klasifikasikan.

Post a Comment

Post a Comment