Translator: Rion
Editor: Rion
Prologue
Tidak ada hal baik yang akan dihasilkan dari sikap arogan.
Pada akhirnya, semua orang akan menjadi arogan seperti orang bodoh tidak peduli apapun yang terjadi, meskipun kita paham akan hal ini didalam kepala kita, mungkin sejak awal ini merupakan karakteristik kita, yang saat ini sedang bersukacita di masa-masa yang orang dewasa sering menyebutnya sebagai 'masa muda'.
Apa yang ada di benakku tentang kepura-puraan itu, jika aku harus mengungkapkannya dengan kata-kata, itu memang adalah simbol dari masa muda.
Pergaulan di sekolah, di mana kamu akan dicap sebagai orang buangan jika kamu tidak berusaha berpura-pura, serta tidak dapat mengikuti percakapan jika kamu tidak berusaha sedikit terlalu keras, semua itu adalah kekhawatiran yang melekat pada masa muda.
...Jadi, umm, sebagai akibat dari terus berpura-pura, aku sekarang membeku, kebingungan, dan jatuh ke dalam kepanikan, dan menurutku, hal itu juga merupakan hal yang wajar, meskipun memang memalukan.
Ada alasan mengapa aku menyampaikan pembicaraan yang membosankan ini dalam pikiran untuk membenarkan diriku sendiri.
Lagi pula, ketika berpura-pura, suatu hari nanti, akan tiba saatnya kamu harus menanggalkan kepura-puraan itu dan menelanjangi diri sendiri. Dalam segala macam makna.
Pandanganku secara alami tertarik pada gadis yang berbaring di depanku, Sungguh tubuh yang indah, pikirku.
Tidak semuanya telah ditanggalkan, tetapi kulitnya yang putih dan mulus, tampilan close-up kakinya yang panjang dan ramping, semuanya memikat mataku, hingga membuatku terengah-engah.
Ada suatu kemisteriusan yang sepertinya tidak boleh disentuh oleh orang sepertiku, dan ada sesuatu yang membuatku memiliki hasrat yang keterlaluan, yaitu ingin mengotorinya dengan tanganku sendiri. Tidak mampu melawan pesona yang saling bertentangan ini, mataku tidak dapat mengalihkan pandangan darinya.
Rambutnya, serta payudaranya yang tertutupi oleh bra saat ia berbaring telentang dengan acak-acakan, semuanya tampak segar nan indah.
Jika aku bisa membiarkan hasratku mengambil alih dan menggambarkannya dengan cara yang lebih vulgar: begitu panas. Benar-benar menggairahkan. Inilah yang terbaik.
"---Apakah... Kamu hanya akan melihatnya...?"
Perasaan ingin menonton saja dan keinginan untuk segera menyatu dengannya, telah bertarung di dalam diriku selama ini, tetapi itu semua akhirnya runtuh dengan perkataannya barusan.
Ketika bibirku menyentuh bibirnya, kenikmatan menjalar ke seluruh tubuhku, dan bagian dalam kepalaku dipenuhi olehnya tanpa ada sedikit pun ruang yang tersisa, meskipun kepalaku sudah sering memikirkannya.
Itu sama sekali bukan perasaan yang buruk, sebaliknya, itu adalah sebuah ekstasi.
... Sudah waktunya bagiku untuk melepas bra-nya, bukan? Aku ingin meraba payudaranya yang sepertinya tidak akan muat dengan satu tangan, yang selama ini hanya bisa aku sentuh dalam khayalan-ku.
Dalam jangkauan tanganku, terdapat payudara berkulit putih yang tertutup oleh alat pembatas yang disebut bra. Meskipun bingung dengan kenyataan yang seperti ilusi, aku menelan ludahku sendiri untuk mencari sensasi yang nyata.
"... Memalukan jika hanya aku yang terlihat..." gumamnya sambil menatapku dengan pipinya yang memerah.
... Apa yang memalukan, aku bertanya-tanya? Apakah yang dia maksud adalah posisinya saat itu, berbaring telentang di tempat tidur dengan setengah telanjang dengan celana dalamnya? Tapi berbicara tentang seks, sampai batas tertentu bukankah tidak baik bagi pria untuk tidak melakukan tindakan apa pun... Ah! Dia bilang dia ingin aku juga melepas pakaianku!
Aku percaya bahwa aku mungkin telah mencapai kesimpulan yang benar, tetapi pada akhirnya aku membeku sekali lagi.
Haruskah aku melepas pakaianku sekarang? Tapi aku masih belum membuatnya merasa nyaman, bahkan tidak sekali pun, jadi bukankah aneh jika aku melepas pakaian sekarang? Dan lagi bahkan jika aku melakukannya, berapa banyak yang harus kulepas? Hanya atasannya saja? Atau semuanya?
Aku tidak tahu. Kapan dan bagaimana aku harus melepasnya?
Jika aku seorang pria yang terbiasa berhubungan seks, tubuhku mungkin akan secara alami dan dingin bergerak dengan sendirinya.
Tapi disini aku masihlah seorang perjaka yang baru saja mau mendapatkan pengalaman pertamaku saat ini; melihat tubuh seorang gadis, menyentuhnya, pertama kali dalam segala hal. Sebagai hasil dari sesuatu seperti waktu untuk melepaskan pakaianku yang terlalu sulit bagiku, bagian dalam kepalaku dipenuhi dengan tanda tanya dalam sekejap.
Aku bertanya-tanya, apakah aku bisa melalui pengalaman pertamaku ini tanpa masalah.
Kepanikan memuncak dalam pikiranku,namun aku masih mencoba terus berpura-pura dan berusaha terlihat tenang, bahkan pada saat seperti ini, dia menatapku dengan matanya yang besar.
Sekarang apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku harus melangkah dari sini...?






Post a Comment