NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Zettai Ni Ore O Hitorijime Shitai 6-ri No Mein Hiroin Season 1. Sate, Dare Kara Furou Ka? - Volume 1 - Chapter 2.PH2 [IND]

 


Translator: Qirin.

Editor: Rion

Pengenalan Heroine (part 2)




 Kandidat kedua: Sakiho Shinagawa 


"Tentu saja! aku, Shinagawa Sakiho, usia 16 tahun, siswa tahun kedua SMA, dan aku datang untuk menikahi Shinichi!" 

Teman masa kecil yang selalu datang dengan senyuman biasa, kali ini mengenakan gaun yang lebih berkilauan dari biasanya, dan dengan gaya bicara yang tetap sama seperti biasanya, ia memperkenalkan dirinya sekali lagi.


"Seperti yang diharapkan. Tentu saja, Sakiho pasti tahu tentang program ini."

"Itu sudah seharusnya diketahui, hal yang wajar dan umum." 

"Tidak, itu bukanlah hal yang wajar. Sama seperti Sakiho yang tidak wajar..." 

Kedatangan Sakiho sudah bisa ditebak semenjak aku menerima undangan pertukaran pelajar ini.


'... Yah, sebenarnya, ada kejutan yang lebih besar. Bukan dariku, tapi dari orang lain untukmu, Shinichi, hadiah kejutan besar-besaran!',

'Bahkan jika aku katakan lagi, ini bukan dariku. Aku justru menentangnya juga, tapi karena pengirimnya adalah pengirim yang spesial...'


Berbagai ucapan misteriusnya kemarin semuanya bisa dijelaskan jika Sakiho tahu tentang pertukaran pelajar ini. 


ED/N: Selain Studi Cinta, juga disebut Pertukaran Pelajar atau Pertukaran Pelajar (untuk/karena) Cinta, tapi next setelah ini bakal pake Studi Cinta doang.


"Haa... Sakiho benar-benar tahu segalanya."

"Aku tidak tahu segalanya, oke? Tapi, hanya tentang Shinichi."

Sakiho mengatakan hal itu sambil tersenyum dengan bangga. 


"Ngomong-ngomong, kamu terlihat lega ya? Senang karena aku datang?"

"Tidak, eh... Tapi, entah kenapa saat melihat Sakiho, aku merasa sedikit lega..." 

"Benarkah? Hehe..." 

Senyuman lembut Sakiho sempat melemah atas perkataanku. 

"Tapi... ini bukan ekspresi yang seharusnya, kan?" 

Kali ini matanya menyipit. 

"Shinichi, kamu hampir saja terperangkap oleh gadis pertama, bukan?! Raut wajahmu masih sama seperti beberapa hari yang lalu setelah kamu berhasil menghindari loper koran cantik yang datang ke rumahmu!"

Dia membongkar semuanya...! Dan tunggu, bagaimana mungkin dia tahu...! 

"Tapi, waktu itu, Sakiho tidak ada di rumah, bukan? Bagaimana kamu bisa melihat ekspresiku?" 

"Hal semacam itu adalah hal yang biasa dan wajar untuk dilihat."

"Astaga..." 

Bodohnya aku, mengatakan tentang merasa lega saat melihat Sakiho.


"Tapi bagaimanapun juga, aku tidak pernah berpikir Shinichi akan menerima rencana ini. Bagimu, menikah itu seperti 'beban besar', bukan?" 

"Yah, mungkin begitu... Aku kira ini juga cukup mengejutkan?"

"Tidak, jika itu Shinichi, aku pikir kamu akan menerimanya demi impianmu. Itulah mengapa aku merasa enggan. Tapi, jika kamu memerlukan pasangan untuk menikah, aku di sini, kan?" 

Sambil mendengar dia yang terus berbicara penuh antusiasme seperti biasa, aku bertanya pada Sakiho tentang sesuatu yang sudah lama aku pikirkan. 


"Jika hal itu terjadi, apakah Sakiho benar-benar baik-baik saja?"

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba wajahmu serius begitu?" 

"Karena ini pembicaraan serius. Ini juga menyangkut tentang masa depan Sakiho, bukan?"

"Hmmm...?" 

Sampai saat ini, Sakiho selalu menyampaikan perasaannya seperti ini. 

Walaupun mungkin, ini adalah pendekatan yang dia tahu tidak akan pernah aku tanggapi dengan sungguh-sungguh, karena aku adalah orang yang cenderung meminimalkan hubungan antar manusia. 

Meski dia tidak tahu segalanya, dia tahu segalanya tentangku, dan itu sudah cukup. Tapi, program ini bukanlah main-main. 

Jika dia terpilih, aku harus benar-benar menikah dengannya. Itulah sebabnya aku harus memastikan niatnya sebelumnya. 


"Apa... Sakiho benar-benar ingin menikah denganku?" 

"Itu pasti, kan?" 

Sakiho menjawab tanpa ragu. 

"Eh? Aku sudah berkali-kali mengatakannya, kan? Aku adalah 'Penganut Cinta Pertama' dan itu juga berarti bahwa cinta pertama adalah yang paling utama bagiku." 

Ini memanglah keyakinan yang selalu ia katakan padaku selama ini.

"Aku tahu itu, tapi..."

"Maksudmu 'Aku tahu, tapi aku tidak mengerti'? Kalau begitu, aku akan menjelaskannya kepadamu, oke? Lagipula, ini yang terakhir kalinya, bukan?"

Kemudian dia berdehem, batuk. 

Sorot mata mulai memudar dari matanya....... 

Ah, apa aku tanpa sadar telah menekan tombol itu.......?


"Bagaimanapun, aku tidak secara sembarangan memegang keyakinan 'Penganut Cinta Pertama'. Ada alasan dan logika yang melekat di balik keyakinan bahwa menjadi pasangan dengan cinta pertamamu akan membuatmu paling bahagia. Itu sangat sederhana. Karena 'cinta pertama menjadi standar segalanya'."

Sekarang tidak ada celah lagi bagiku untuk berbicara. 

"Jika misalnya aku, suatu hari nanti, menjalin hubungan dengan orang selain Shinichi... Ah, hanya dengan memikirkannya saja aku merasa mual dan ingin muntah. Tapi, karena Shinichi sepertinya tidak mengerti, aku akan memikirkannya secara hipotesis. Ini hanya hipotesis, khayalan, tidak mungkin terjadi—tidak, aku seharusnya tidak pernah memikirkannya— tapi, kamu mengerti, kan?"

Dalam gaunnya yang elegan, Sakiho mendekatiku. Seperti adegan dari film psiko-horror. 


"Jika aku secara tidak mungkin menjalin hubungan dengan seseorang selain Shinichi, setiap kali aku bersama orang itu, aku akan memikirkan Shinichi. Aku akan berpikir, apa yang akan Shinichi katakan pada saat seperti ini? Bagaimana Shinichi akan merangkulku dengan lembut? Bagaimana rasanya bibir Shinichi... Aku pasti akan terus-menerus, tanpa henti, memikirkan itu selamanya. Dan jika begitu, jika itu terjadi, bukankah menikah dengan cinta pertamamu dan mendapatkan semua 'pertama kali' darinya adalah kebahagiaan yang paling besar? Ketika aku mengatakan ini, kadang-kadang ada orang yang berkomentar, ‘pasangan pertama belum tentu orang yang ditakdirkan untukmu, kau harus menjalin hubungan dengan berbagai orang dan mencari tahu mana yang terbaik’, tapi bagiku, perasaan ingin mencoba menjalin hubungan dengan banyak orang dan memilih yang terbaik, itu tidak bisa aku pahami. Karena..."

Meskipun tampaknya dia hampir kehabisan napas, dia mengambil satu tarikan napas dalam-dalam dan kemudian dia membuat pernyataan. 


"Aku ingin memberikan segalanya, dari 'saat pertama kalinya' hingga 'saat terakhir kalinya', kepada Shinichi!" 

"Sakiho, aku mengerti. Sudah kumengerti...!" 

Dengan banyaknya informasi yang baru saja dia berikan, isinya, dan suasana hatinya semuanya berputar-putar dalam kepalaku, aku mencoba menekan bahunya untuk menghentikannya. 

"Benarkah? Kamu sungguh mengerti?" 

"Ya, aku mengerti."

Aku tidak berbohong. Paling tidak untuk saat ini, aku menganggapnya demikian. Kekhawatiranku bukan pada perasaan Sakiho saat ini, tetapi lebih kepada pikiran, 

‘Apakah sihir cinta ini akan hilang suatu saat nanti?’ 

Tetapi dalam realitas saat ini, hal itu tampaknya sangat tidak mungkin terjadi, dan jelas bahwa mencoba mencari jawaban yang berarti disini hanya akan berakhir sia-sia.

Kurasa, ini akan menjadi sesuatu yang perlu diperjelas selama masa Studi Cinta mendatang. 


"Dengan ini, aku telah melakukan banyak pengorbanan, tahu? Aku telah menahan diri dengan keras, tahu? Perasaan yang telah aku sampaikan dengan segenap hidupku, sepertinya belum sampai padamu. Aku bahkan merasa kesal pada Shinichi yang mencari calon istri padahal aku selalu ada untukmu. Aku ingin kamu mengerti hal itu juga." 

Sakiho, yang biasanya ringan hati, kini berbicara dengan emosi yang terungkap sepenuhnya.

"Tapi, entah bagaimanapun, aku masih memberi izin untuk mengikuti program ini. Hanya saja, setelah menikahi aku, jangan pernah merasa tertarik pada yang lain. Aku... melakukan ini untuk menciptakan kenangan bahwa kamu memilihku dengan kemauanmu sendiri." 

"Sakiho..." 

"Aku tidak akan kalah, oke?"

Dengan kata-kata itu, dia tersenyum dengan tulus.



Post a Comment

Post a Comment