NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Matchinguapuri de Moto Koibito to Saikai Shita - Volume 1 - Chapter 3, 4, 5 [IND]

 


Translator: Pas Translation


Editor: Pas Translation


Chapter 3 - Matching App Memiliki Pengguna Dengan Tujuan Lain Selain Cinta


Kami memasuki kelas, yang sedikit ramai sebelum kelas dimulai.


Sekarang musim dingin dan cukup dingin di luar.  Aku meletakkan jaket hitamku di belakang kursiku, yang terasa agak terlalu panas saat dipakai.


Masih ada waktu sebelum dosen datang, jadi aku membuka Connect entah bagaimana.


Aku membuka Connect dan mendapati diriku berbicara dengan Akari, yang telah berteman denganku tanpa mengetahui bahwa itu adalah Hikari.  Ketika aku membacanya lagi, aku merasa malu. Karena identitas asli Akari adalah Hikari.


Aku berpikir, "Akari-san tampak semakin cantik ketika aku berbicara dengannya." tapi, mengapa aku mengirim ini?  Aku ingat bahwa itu adalah hal bodoh yang kulakukan pada diriku sendiri ketika percakapannya mulai gelap.


Tapi respon Hikari terhadap kalimat seperti pengakuan memalukanku adalah, "Aku juga.  Aku tertarik pada Kakeru-san meskipun kita belum bertemu." itu pasti lebih memalukan baginya.


Sementara aku menyeringai pada diriku sendiri, aku melihat seorang gadis yang duduk di sebelahku sedang menatapku.


Aku aneh, bukan?  Aku melihat ponselku dan malah malu sendiri.


Aku menutup chat dengan Akari dan entah bagaimana membuka halaman teratas.


Di halaman atas, rekomendasi aplikasi untuk lawan jenis ditampilkan.  Enji memberitahuku bahwa para gadis yang lebih populer akan ditampilkan di bagian atas halaman teratas, supaya mereka lebih mudah dilihat.


Jika itu masalahnya, maka para gadis di bagian atas halaman pasti sangatlah populer.


Dia tentu saja cukup cantik untuk disebut selebritas. Jika aku menggambarkannya sebagai tipe Asuka Saito, dia terlihat seperti Asuka Saito, idol yang terkenal dengan wajah mungilnya.  Namanya Kokoro-san.


Anehnya, ketika aku melihat foto Kokoro, aku merasakan deja vu yang aneh.


Kupikir wajar untuk merasakan deja vu karena dia terlihat seperti idol.


Tetapi aku segera menjadi yakin bahwa bukan itu masalahnya.  Aku mengirim "like" untuk mengetesnya.  Enji telah mengatakan kepadaku untuk mengirim banyak "like".


Kemudian, gadis yang tadi menatapku dengan gelisah mengangkat ponselnya.


Kupikir itu adalah timing yang terlalu tepat, tetapi kemudian aku melihat wajah gadis itu.


"Huh......?"


Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak.


Yang duduk di sebelahku adalah seorang gadis cantik yang mirip dengan Asuka Saito, yang baru saja kukirimkan "like".


"Apakah kau Kokoro-san, secara kebetulan?"


Aku tidak memasang fotoku di halaman Connect milikku.  Itu adalah omurice.  Dan tentu saja itu bukan berarti wajahku adalah omurice.


Dengan kata lain, dari sudut pandang Kokoro-san, dia tiba-tiba didekati oleh seorang pria yang tidak dia kenal.


Dia imut dan aku yakin dia kerap digoda di jalan.


Aku sangat tergerak hingga aku tanpa sadar memanggilnya karena secara kebetulan aku berdiri di samping seseorang yang kulihat di Connect, tetapi dia pasti mengira kalau aku mencoba menggodanya.  Aku tidak senang tentang hal itu.


Aku membuat penilaian seperti itu dalam waktu kurang dari satu detik setelah aku memanggilnya, dan aku sangat menyesalinya.


Tidak peduli seberapa tergeraknya aku, aku seharusnya tidak mendekatinya secara tiba-tiba.


Kokoro-san ketakutan, dan dia tetap membeku dan tidak bergerak.


"Aku minta maaf karena memanggilmu tiba-tiba.  Aku melihatmu di Connect dan menjadi sedikit tergerak karena melihat orang yang sama di sebelahku."


Aku membuat alasan dengan senyum yang tidak biasa.


"Tidak, tidak.  Cuma i-itu saja.  ......Maaf......"


Aku berbalik menghadap ke depan ruangan, berpikir bahwa aku telah membuatnya takut dan aku harus meninggalkannya sendirian.


Setelah beberapa saat, Kokoro-san, yang telah membeku, mulai menyentuh ponselnya dengan gemetar.


Aku bertanya-tanya apakah aku telah membuatnya cukup takut untuk membuatnya gemetaran seperti itu, dan aku merasa sangat menyesal atas apa yang telah kulakukan.  Kemudian, ponselku berdering.


Notifikasinya datang dari Connect.


Aku terkejut saat melihat pesan, [Anda telah dicocokkan dengan Kokoro-san] dan menatap ke arahnya.


Mata kami langsung bertemu.  Rambut hitam panjangnya tergerai dengan halus, dan aroma lembut kekanak-kanakan yang manis mencapai hidungku dari jarak sekitar ... 10 meter.


Dia mengarahkan ponselnya ke arahku dan menatapku dengan tatapan bertanya.


Di layarnya terdapat foto omurice. Mungkin dia ingin tahu apakah itu aku.


Aku menganggukkan kepalaku sekitar lima kali berturut-turut dengan kelincahan yang biasanya tak terbayangkan, dan menjawabnya dengan tegas.


[Halo, Kakeru-san. Kebetulan sekali (lol).]


Pesan itu memiliki suasana yang tidak terduga, seolah-olah dia tidak membenciku meskipun aku telah membuatnya takut.


Aku tidak tahu mengapa dia mengirimiku pesan meskipun aku berada tepat di sebelahnya, tapi karena Kokoro-san yang melakukannya, aku memutuskan untuk mengiriminya pesan di connect juga.


[Aku minta maaf karena memanggilmu tiba-tiba.  Aku tidak menyadari bahwa kita berada di universitas yang sama dan duduk bersebelahan.  Aku sangat terkejut hingga tanpa sadar memanggilmu (lol).  Kurasa aku telah membuatmu takut...]


[Tidak!  Sebaliknya, aku cukup senang karena kamu berbicara padaku.  Tolong teruslah bicara padaku...]


Aku agak tertawa saat mendengar kata-kata aneh "tolong teruslah bicara padaku."


Kokoro-san sedikit berbeda dari yang kubayangkan.


Tampaknya dia tidak membenciku, tetapi aku ingin tahu mengapa dia bersusah payah mengirimiku pesan melalui Connect alih-alih langsung bicara kepadaku.


"Um, kenapa kau harus repot-repot mengirimiku pesan?"


Saat aku bertanya langsung padanya sambil tersenyum, bahunya terangkat, dan ekspresi Kokoro-san yang tadinya tersenyum bahagia, tiba-tiba mendung.


"M-Maaf......"


"Ah, tidak, tidak.  Aku tidak marah."


Aku berusaha secerah mungkin, mengangkat sudut mulutku untuk menunjukkan bahwa aku tidak punya niat bermusuhan dengannya.


"M-Maaf......"


Tapi dia tetap meminta maaf.


Aku benar-benar terganggu pada fakta bahwa dia telah mengeja "su" menjadi "shyu" barusan.

[TL: Dia ngomong "Sh-Shyumimasen!"]


Mengapa dia berbicara kepadaku secara normal dalam pesan, tetapi saat berbicara langsung, dia malah meminta maaf?


Sementara aku sedang memikirkan hal ini, dosen datang dan kelas dimulai.


Selama kelas, yang bisa kupikirkan hanyalah Kokoro-san, dan aku tidak bisa berkonsentrasi pada kelasnya.  Dia sangat tertekan sehingga aku berpikir apakah dia jatuh cinta padaku?


Pada akhir kelas, aku mendapat jawabannya.


Sementara para mahasiswa lain meninggalkan kelas satu demi satu, aku memanggil Kokoro-san, yang tetap membeku sampai akhir kelas.


"Kokoro-san, apakah kau pemalu?"


Tidak mungkin gadis cantik seperti itu tidak punya pacar.


Dia populer bahkan di aplikasi kencan, dan aku yakin dia pasti telah bertemu dengan seseorang dari lawan jenis.


Tapi aku masih tidak mengerti mengapa dia menggunakan aplikasi kencan.


Aku tidak bisa fokus ke kelas sama sekali, dan setelah berpikir panjang, aku sampai pada kesimpulan bahwa dia hanya malu saat bertemu seseorang untuk pertama kalinya.


Jika kau bertemu seseorang di universitas atau tempat kerja paruh waktu, kau mungkin tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena rasa malumu.  Namun, bahkan jika kau memiliki rasa malu yang kompleks pada aplikasi kencan, kau tidak akan mengetahuinya sampai kau bertemu dengannya.


Itu mungkin alasan mengapa Kokoro-san memutuskan untuk menggunakan aplikasi kencan untuk menemukan kecocokan.


"Y-Ya, itu benar ...... aku malu dan aneh......."


Apakah maksudmu dengan "malu dan imut"?


Hanya ada kami berdua, Kokoro-san dan aku, di dalam kelas, yang sangat sunyi hingga suara terkecil pun bisa terdengar.


Yang bergema di sini adalah suara keroncongan yang nyaring.


Yang pertama bereaksi terhadap suara itu adalah Kokoro-san, yang memegangi perutnya di depanku.


Telinga dan wajahnya ternoda merah, dan sudah jelas perut siapa yang baru saja keroncongan.


"Um, bukankah seharusnya kau makan siang-------?"


"Ugh... ya..."


Kokoro, yang wajahnya memerah, mendorong tangannya masuk ke tasnya untuk mengeluarkan sesuatu dari sana, tetapi dia memiringkan kepalanya karena sepertinya dia tidak menemukan apa yang ia cari.


Meskipun kami bertemu secara kebetulan, itu mungkin dianggap sebagai gangguan jika ak tinggal lebih lama lagi, dan aku juga mulai kelaparan.


Aku hendak meninggalkan Kokoro-san dan menuju kantin.  Tapi aku tidak bisa meninggalkan Kokoro-san, yang menatapku seolah meminta bantuanku........


"Apa kau lupa bawa makan siang yang biasanya kau bawa?"


Dia tidak mengatakan apa-apa, atau lebih tepatnya, dia tidak bisa mengatakannya, dan hanya bisa menggerakkan kepalanya.


"Apakah kau tidak pergi ke kantin atau semacamnya?"


"Aku hanya membawa uang elektronik......."


Suara yang tidak bisa ditahan masih terdengar dari perut Kokoro-san.  Aku yakin aku akan merasa bersalah jika aku membiarkannya seperti ini.


"Jika kau tidak keberatan, aku bisa mentraktirmu.  Kau ada kelas di sore hari, jadi kau tidak bisa untuk tidak makan, bukan?"


"M ....... M-Maaf......."


"Aku tidak bisa mengabaikannya ketika kau membuat suara sekeras itu."


"Awawa.....!  Malunya......"


Aku benar-benar baik-baik saja jika ada orang yang mendengar suara perutku yang keroncongan, jadi aku tidak memedulikannya.  Tapi aku tahu, para gadis pasti malu dengan hal semacam itu.


Aku menerima pesan dari Kokoro-san, yang sedang meringkuk dan mengetik sesuatu di ponselnya.


[Terima kasih banyak.  Tapi aku minta maaf karena membuatmu mentraktirku, jadi aku berjanji akan membayarmu kembali besok.......]


Aku tersenyum pada Kokoro-san, yang membungkuk dalam-dalam padaku setelah mengirimkan pesan, dan aku juga membalas melalui Connect.


[Baiklah.  Ayo kita pergi...]


Aku menuju kantin bersama Kokoro-san, yang berjalan sekitar satu meter di belakangku.


Ketika sedang dalam perjalanan ke kantin, ponselku berdering dan aku menerima pesan dari Enji yang mengatakan, "Sho-chan, ayo makan siang bersama!" lalu aku membalas, "Maaf, aku tidak bisa hari ini." dan tiba di kantin yang ramai, di mana ada pertempuran untuk mendapatkan kursi.


"Kokoro-san, aku akan membeli makanannya, jadi tolong amankan tempat duduk untukku."


"Y-Ya......!  Aku akan melakukan yang terbaik!"


Kokoro-san mengepalkan kedua tangannya.


Tidak ada orang yang mengambil kursi dengan antusiasme sebanyak itu, dan aku yakin dia pasti bisa mengamankan kursi untukku.


Mempercayai Kokoro-san, aku mengantri di mesin tiket untuk membeli tiket makanan.


Aku memesan kari katsu karena Kokoro-san bilang, "Aku mau makanan yang sama dengan Kakeru-san------!"


Karena tidak tahu di mana dia duduk, jadi aku melihat sekeliling.


Meskipun ramai, tapi ada ruang di mana tidak ada orang yang duduk.  Namun jika diperhatikan lebih dekat, tampak ada seorang mahasiswi sedang duduk di tengahnya.


"Kenapa tidak ada orang yang duduk di area itu......?"


Tidak tahu di mana Kokoro-san berada, aku pun berjalan menuju ruang kosong tersebut.


Ketika aku semakin dekat, aku secara bertahap bisa melihat gadis itu dengan lebih jelas dan akhirnya mengenalinya.  Gadis itu adalah Kokoro-san.


"Kokoro-san, kau di sini?  Tempat ini benar-benar kosong, bukan?  Oh, ini kari katsu milikmu."


"Oh, terima kasih Kakeru-san......!  Ah, terima kasih banyak.......!"


Kokoro-san menatap karinya dengan mata bersinar seolah dia telah menemukan harta karun.  Apanya yang hebat tentang itu?  Itu hanya kari katsu yang terkenal di kantin.  Aku yakin semua mahasiswa di universitas ini tahu tentang itu, dan tidak ada yang tidak pernah memakannya sebelumnya.


Aku justru lebih tertarik tentang mengapa tidak ada orang di sekitar Kokoro-san?

 

[Apakah terjadi sesuatu sebelum aku datang?]


Aku mengiriminya pesan melalui Connect, berpikir bahwa mungkin sulit baginya untuk mengatakan sesuatu karena orang-orang di sekitarnya, dan juga karena aku khawatir pada Kokoro-san, yang sangat pemalu.


[Aku sudah seperti ini sejak dulu.  Aku mungkin membuat semua orang takut karena saking pemalunya dan tidak ramah.  Maka dari itu aku jarang datang ke kantin...].


Aku tidak bisa setuju dengan pernyataan itu.


Aku mengerti bahwa cara dia memandang kari katsu memang tidak normal.  Tapi aku juga mengerti kalau Kokoro-san memang pemalu.


Tapi dia bukan tipe orang yang harus ditakuti.  Dia tidak memiliki tampilan yang buruk di matanya, juga tidak memiliki penampilan yang parah dalam pakaian atau aksesorisnya.


Dia terlihat seperti personifikasi dari kerapian dan kebersihan, dengan rambut hitam panjang yang indah yang tampaknya tidak kusut.  Dia memakai blus putih bersih dan cantik dan rok hitam.  Siluet ramping gaun ini sangat pas dan memamerkan style Kokoro-san.  Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, tidak ada yang kasar tentangnya.


"Tentu saja tidak seperti itu.  Kokoro-san, kurasa kau harus lebih percaya diri."


"Hitsu......"


Kokoro-san bereaksi dengan suara aneh pada kata-kata lanjutanku.


"Apakah kau memulai Connect sebagian untuk mengatasi rasa malumu?"


"Ya, benar ....... aku selalu ingin memperbaikinya, tapi ..... itu sulit ........ kamu sendiri ....... bagaimana, Kakeru-san....?"


Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah wajah Hikari.


Tetapi jika aku tiba-tiba mengatakan bahwa aku sedang mencoba untuk melupakan mantan pacarku, yang merupakan niatku yang sebenarnya, orang pasti akan berpikir bahwa aku adalah banci yang masih terpaku pada mantannya.


Aku tidak mau dianggap begitu.


"Temanku merekomendasikannya padaku....."


Aku tidak bohong.  Jika Enji tidak merekomendasikanku untuk bergabung, aku tidak akan pernah bergabung.


"Oh, begitu.  Apakah kamu sudah bertemu orang yang tepat?"


"Yah, aku bertemu mantan pacarku, hmm?"


Aku mengatakan kepadanya bahwa aku bertemu mantan pacarku lagi sebagai sebuah cerita.


Chemistry-nya sangat bagus sehingga aku bertemu dengannya tanpa mengetahui seperti apa penampilannya, dan ketika aku bertemu dengannya, dia ternyata adalah mantan pacarku.


Jadi, ini bukan tentang penyesalan.  Kuharap Kokoro-san akan mengerti itu.


"Kebetulan sekali......."


"Benarkah?  Aku juga terkejut."


"Kamu tidak menyesal?"


Mendengar pertanyaan itu, senyum yang kubuat membeku sesaat.


Sudah setahun sejak kami putus, tapi aku masih ingat dengan jelas hari-hari yang kuhabiskan bersama Hikari.


Bukannya aku masih mencintainya, tapi jika bukan karena itu, kami tidak akan pernah memulai hubungan kami........


"Tidak, aku tidak menyesalinya."


Jeda membuatku kehilangan semua kredibilitas, tapi Kokoro-san tidak menanyakannya lagi.


Aku mungkin telah membuatnya merasa tidak nyaman.


Akan lebih baik untuk membuat cinta yang baru lewat Connect agar bisa melupakannya lebih cepat.  Misalnya, berkencan dengan ....... Kokoro-san yang ada di depanku.


Setelah itu, kami berbicara sedikit dan berpisah hari itu.


Nama asli Kokoro-san adalah Hatsune Shin.


Aku merasa bahwa itu adalah nama yang bagus yang cocok dengan auranya.


Aku memberitahunya nama asliku juga, dan kami saling memanggil dengan nama pengguna Connect kami, "Kakeru" dan "Kokoro" dalam percakapan berikutnya.


Setelah Kokoro-san dan aku berpisah, aku pergi ke tempat kerja paruh waktuku.


Aku tidak punya kelas di sore hari.


Ketika aku tiba di kafe tempatku bekerja, Enji, yang mulai bekerja pada saat yang sama denganku, sedang berganti pakaian.


"Oh, Sho-chan, selamat pagi.  Kau makan siang dengan siapa?  Aku mengundangmu makan siang karena kita berdua memiliki pekerjaan paruh waktu yang sama!"


"Maaf, itu terjadi begitu saja."


"Ayolah ceritakan padaku?"


Baru-baru ini, aku mengalami dua pertemuan ajaib, dan meskipun aku bukan tipe orang yang suka membicarakan tentang kehidupan pribadiku, aku tetap merasa ingin membagikannya dengannya.


"Seorang gadis yang dicocokkan denganku di Connect duduk di sampingku di kelas.  ......Kami memutuskan untuk makan siang bersama dengan cara seperti itu."


"Apa?!  Kebetulan yang luar biasa!"


"Benar, kan?  Itu benar-benar membuatku takut."


"Siapa namanya?  Aku seharusnya mengenalnya jika dia dari kampus yang sama, bukan?"


Kokoro-san sangat pemalu dan bukan tipe orang yang suka bergaul dengan orang lain.  Aku tidak bermaksud kasar, tetapi dia mungkin tidak memiliki banyak teman.


Aku bahkan tidak tahu namanya, apalagi keberadaanya, tapi Enji, yang berinteraksi dengan semua jenis orang dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mungkin mengenalnya.


"Itu adalah seorang gadis bernama Hatsune Shin.  Ia tampaknya berada di departemen yang sama denganku."


"Ehhhh!!!"


Teriakan Enji bergema di ruang ganti yang sempit.  Jika itu mencapai bagian dalam toko, pelanggan pasti akan terkejut.


"Diamlah.  Ada apa?  Apa kau kenal dia?"


"Sho-chan, kau tidak akan memberitahuku bahwa kau tidak mengenal gadis itu, kan?"


"Tidak, aku tidak mengenalnya."


"Sho-chan, kau seharusnya sedikit lebih tertarik pada orang lain......"


"Apa dia terkenal?"


"Tentu saja terkenal!  Tidak ada seorang pun di universitas kita yang tidak tahu siapa dia!  Dia adalah madonna!"


"Tidak, aku tidak tahu itu."


"Dia sangat suci sehingga tidak ada yang bisa memasuki radius tiga meter dari tempat Hatsune-san berada!"


Settingnya seperti manga.  Apakah itu sebabnya tidak ada yang mau duduk di dekat Kokoro-san di kantin?


Tapi jika itu benar, itu menyedihkan karena dia salah memahaminya dan mengira bahwa dia ditakuti.


"Bukankah kau berteman dengannya?   Karena kau adalah Enji, kau seharusnya berteman dengan semua orang, kan?"


"Hentikan, kau membuatnya terdengar seperti aku orang yang tidak punya prinsip."


"Bukankah memang begitu kenyataannya?"


"Itu mengerikan ....... sebenarnya, aku pernah mendekatinya sekali."


"Kau tahu, kau adalah seniman pick-up yang tidak berprinsip."


"Astaga, Sho-chan!"


"Maaf, silakan lanjutkan."


Enji menginjak kakiku dengan wajah cemberut.  Tolong berhentilah bertingkah seperti heroine.


"Y-Yah, mau bagaimana lagi.  Aku biasanya tahu apa yang dipikirkan orang lain, tapi aku tidak tahu apa yang dipikirkan Hatsune-san."


"Apakah kau seorang mentalis?"


"Aku belum pernah melihat yang seperti itu selain Sho-chan......."


"Aku seperti itu juga......?"


Memang benar bahwa Enji terkadang mampu menembus ke inti masalah.  Seolah-olah dia bisa melihat ke dalam diriku.


"Hatsune-san, tidak peduli apa yang kukatakan padanya, dia mengabaikanku, tubuhnya bergetar, dan aku tidak tahu bagaimana cara menangkapnya......"


Tampaknya, bahkan untuk Enji, yang dapat berinteraksi dengan orang-orang seolah-olah sedang bermain game, rasa malu Kokoro-san tidak dapat dijinakkan.


"Begitu.  Sepertinya itu karena dia pemalu."


"Ah, benarkah?"


Saat kami berbicara, aku selesai berganti pakaian lebih dulu dari Enji, yang datang lebih awal tapi masih setengah telanjang.


"Kalau dipikir-pikir, kenapa kau memberitahuku tentang hubunganmu dengan Hatsune-san dengan begitu normalnya, tapi kau tidak memberitahuku tentang gadis omurice yang kau kencani sebelumnya?"


Aku menyerah, berpikir bahwa tidak apa-apa untuk memberitahunya sekarang.


Jika terus diam, mungkin akan terlihat seperti seolah-olah aku masih menyimpan beberapa penyesalan, dan karena yang kita bicarakan di sini adalah Enji, aku yakin dia akan menemukan kebenarannya sendiri suatu hari nanti, bahkan jika aku menyembunyikannya darinya.


"Sebenarnya, yang kutemui adalah mantan pacarku."


"Eeeeeeeeehhhhhh!!!!"


"Pelankan suaramu!"


Enji berteriak lebih keras dari sebelumnya.


"Diamlah, kalian berdua!  Aku bisa mendengar suara kalian di sepanjang lorong!"


""Ya--------""


Manajer segera melompat ke ruang ganti dan menegur kami.


Untuk beberapa alasan, aku tidak menyukai fakta bahwa aku ikutan ditegur olehnya.


"Ngomong-ngomong, Sho-chan, kau hebat.  Kau bertemu dua orang, yang satu dari universitas yang sama, yang kebetulan adalah madonna yang duduk di sebelahmu.  Sedangkan yang satunya adalah mantan pacarmu.  Sungguh pertanda aneh, bukan?!  Kau pasti memiliki penyesalan, iya kan?  Apakah kau telah membuat rencana untuk bertemu dengannya lagi?"


"Tidak!  Aku tidak memiliki penyesalan!!!"


"Etdah disuruh diam malah makin-makin!!!"


""Maaf.....!!""


Kali ini suaraku lebih keras.  Aku sangat menyesal.


"Yah, kita masih punya sedikit waktu sebelum pekerjaan paruh waktu dimulai, jadi katakan padaku, kencan seperti apa yang kau jalani?"


"Yah, gimana, yah....."


Saat aku menceritakan semua yang terjadi hari itu, Enji mengangguk mengerti dan mendengarkanku berulang kali.


Ketika Enji selesai mendengarkan semuanya, dia berkata kepadaku, "Jangan terlalu keras kepala atau kau akan menyesalinya nanti." dan berjalan keluar ke aula.


Aku merasa seolah-olah dia benar-benar melihat ke dalam diriku.




Chapter 4 - Hanya Karena Bertemu Seseorang Bukan Berarti Itu Akan Berhasil


Pada suatu hari ketika tidak hujan, aku, seorang pria biasa, berdiri di peron Stasiun Sannomiya dengan payung krem ​​​​wanita.


Waktu menunjukkan pukul 17:50.


Hanya 10 menit tersisa sampai waktu yang ditentukan.


Aku tahu Hikari mungkin akan terlambat karena dia Hikari, tapi aku tidak bisa menahan perasaan gugup selama waktu menunggu ini.


Bukan karena aku memiliki penyesalan terhadap Hikari, atau gugup hanya karena akan melihatnya, atau semacamnya.


Hanya saja saat ini sudah musim dingin, jadi aku kedinginan dan gelisah.  Seperti yang bisa kalian lihat, aku sedang menggosok kedua tanganku, dan menghangatkan hidungku yang dingin dengan napasku.


Tubuhku bergerak gelisah, tapi pikiranku tenang.


Itu sebabnya, ketika aku melihat cahaya keluar dari gerbang tiket tepat di depanku, aku sama sekali biasa saja.


"Maaf membuatmu menunggu, kamu datang lebih awal."


"Kaulah yang terlambat."


"Tidak sopan.  Lihat jam tanganmu.  Ini bahkan masih ada 10 menit."


"Kupikir jam tanganmu rusak.  Lagi pula ini tidak seperti kau datang tepat waktu."


"Apa?!  Memangnya sudah berapa kali kamu ketiduran saat kita berkencan dulu?!"


"Cuma dua kali!  Kaulah yang jarang tepat waktu!  Kau selalu terlambat lima sampai beberapa menit setelahnya!"


"Yah, i-itu------"


Tatapan dari orang-orang di sekitar menyengatku.


Sekelompok mahasiswa yang berdiri tidak jauh dari kami, menatap kami dengan geli.


"Ah ... aku malu, ayo pindah"


"Ah-----!"


Aku menarik lengan Hikari dan meninggalkan stasiun.


Hari mulai gelap di awal musim dingin.  Sudah terlalu gelap untuk melihat matahari terbenam di luar, dan lampu mobil dan papan nama pertokoan menerangi jalan.


Sebuah truk besar mengiklankan pekerjaan paruh waktu berpenghasilan tinggi melalui pengeras suara.  Adapun suara kereta dan suara banyak orang yang sedang berbicara.


"Apa yang kamu tarik?"


"Oh, maaf."


Aku melepaskan lengannya, yang masih dalam genggamanku, dan meminta maaf.


"Ayo, kita selesaikan sekarang."


Dia berkata dan mengulurkan tangannya yang baru saja kulepaskan ke arahku.


Aku tidak begitu mengerti apa yang dia maksud, jadi aku meraih tangannya lagi dan meremasnya sejenak.


"Heh?  Kamu kan sangat pintar, mengapa tiba-tiba menjadi begitu bodoh seperti itu?"


"......?"


"Payungnya!  Payung!"


"Oh ...... payung."


"Aku tidak tahu proses berpikir seperti apa yang sedang kamu jalankan-------"


"Yah mana aku paham kalau kau tiba-tiba bicara begitu!"


"Huh?!  Itu adalah alasan mengapa kita datang ke sini hari ini!  Cuma itu!"


Aku begitu kepikiran tentang pertemuan ini sehingga aku lupa akan tujuan utamanya.


Tapi jika aku mengatakannya dengan jujur, dia pasti akan berkata, "Apa yang kamu bicarakan?  Jika kamu berpikir kalau aku adalah mantanmu, kamu tidak akan memiliki kepala yang penuh dengan penyesalan, kan?  Apakah kamu masih mencintaiku?" jadi aku tidak akan mengatakannya.


"Maaf, aku sedang melamun.  Nih."


Ketika aku menyerahkan payung yang kubawa, aku merasa bahwa ekspresi Hikari sedikit melunak.


Dia pasti sangat menghargainya.


"Pegangannya agak hangat.  Ini panas tubuhmu, menjijikkan."


"Bukankah kau terlalu kelewatan?"


"Rasanya tidak nyaman.  Selain itu, aku seharusnya tidak punya alasan untuk datang ke Sannomiya hari ini, tetapi aku malah harus naik kereta ke sini."


Dia tiba-tiba mulai mengeluh.


Tapi, ini adalah sesuatu yang harus dilakukan.


"Jika kamu tidak membawa pulang payungku secara tidak sengaja, aku tidak perlu datang ke sini."


"Maaf.  Tapi ini kan sudah kejadian."


"Justru karena sudah kejadian makanya aku harus datang sejauh ini."


Hikari mulai berjalan menjauh dari stasiun, menuju pusat kota di arah yang berlawanan.


"Kalau begitu, ikutlah denganku untuk makan malam."


"Ah......."


Jika aku ikut bersamanya, apakah dia akan berpikir bahwa aku masih memiliki perasaan untuknya?


Tidak, Hikari-lah yang memintaku untuk ikut dengannya sejak awal.


Tetapi dalam kasus ini, jika aku benar-benar tidak memiliki perasaan apa pun untuknya, hal yang benar untuk dilakukan adalah mengatakan tidak dan menjawab, "Mengapa?"


"Hei."


Hikari berhenti dan menoleh padaku, dan berkata dengan ekspresi yang sama seperti Enji ketika dia menggodaku.


"Apakah kamu mungkin menganggapku sebagai lawan jenis?  Kita sudah mantan, bukan?  Apakah kamu masih memiliki perasaan padaku, sehingga kamu tidak dapat dengan mudah mengikutiku?"


"Apa?  Apa yang kau bicarakan?  Aku sama sekali tidak melihatmu sebagai wanita."


"Kalau begitu, ikutlah denganku.  Aku sebenarnya tidak ingin makan malam denganmu, tapi aku sangat ingin makan masakan Korea sekarang.  Aku tidak bisa masuk sendirian ke sana, dan karena kamu berada tepat di depanku, jadi setidaknya tebuslah dosamu karena membuatku keluar rumah hari ini."


"Maksud?"


"Aku akan tinggal di rumah terus sepanjang hari jika aku tidak harus melakukan ini hari ini."


"Dasar sosiopat."


"Ugh!"


Akhirnya, kami berdua mulai berjalan di pusat kota.


Di musim dingin, saat hari mulai gelap, ada lebih banyak iluminasi.


Bahkan jembatan penyeberangan sederhana dihiasi dengan dekorasi yang rumit, dua warna biru dan putih membuat kami terpesona.


Berbicara tentang iluminasi, kupikir cara paling populer untuk melihatnya adalah sebagai pasangan.


Bahkan, ada pasangan yang berjalan di depanku sekarang, mata mereka bersinar meskipun itu hanya jembatan penyeberangan.


"Lihat, Ma-kun!  Cantiknya!"


"Gadis menyukai hal semacam ini, bukan?"


"Kamu dingin sekali, Ma-kun.  Apa kamu tidak tergerak melihat hal seperti ini?"


"Yah, kupikir itu indah."


Mengapa wanita begitu romantis?


Iluminasi hanyalah sekumpulan lampu.  Jika kau melihat lebih dekat, kau dapat melihat banyak bohlam kecil, dan itu aneh.


Di pintu masuk Center Street, di mana McDonald's dan Uniqlo berbaris, ada seorang anak laki-laki bermain gitar akustik, dan aku berjalan melewatinya menuju Center Street.


Terkadang aku melihat anak ini di sini.


Lebih dari setahun yang lalu, ketika aku bersama Hikari, aku berhenti untuk mendengarkannya.


--- "Apakah anda punya request?"


--- "Aku ingin mendengar Janji Bunga Matahari!"


Kami adalah satu-satunya penonton saat itu.  Sekarang, ia dikelilingi oleh orang-orang, dan ia tidak tampak kekurangan orang untuk merequest lagu.


"Sepertinya dia sudah populer."


"......Benar."


Aku menyebut "sudah populer" dan bukan "menjadi populer" karena itu memiliki arti tersembunyi bahwa banyak orang telah mengetahui rahasia kami.


Sebenarnya, aku tidak berpikir begitu dalam ketika mengatakannya.


Kami membelokkan jalan dari tengah ke samping dan sampai di jalan yang dipenuhi dengan restoran yang disebut Ikuta Street.


Ketika aku berjalan di jalan ini pada malam hari, aku selalu disapa oleh orang-orang yang berkata kepadaku.


"Apakah Onii-san sedang mencari pub atau semacamnya?"


Seseorang yang mengenakan skinny jeans ketat mengikuti kami dan mengundang kami ke dalam pub.


Ya, ada banyak penangkap di jalan ini.


"Kakekku, yang telah meninggal, mengatakan kepadaku untuk tidak mengikuti seorang wanita yang menangkapku dan tiba-tiba mendorong payudaranya ke dadaku."


Jika kau tidak mengatakan tidak dengan tegas, mereka akan mengikutimu setidaknya sejauh 500 meter tanpa peduli pada dunia.


"Begitu ...... tapi aku bukan orang yang mencurigakan!"


Ups, orang ini adalah musuh dengan level yang sangat tinggi.  Aku merasa seolah-olah diberi tahu, "Kamu tidak bisa melarikan diri dariku!"


"Maaf, kami sudah makan dan kami juga masih remaja."


"Oh, begitu!  Kalau begitu, permisi!"


Kemudian, Hikari dengan cepat menindaklanjuti.


Memang benar bahwa orang-orang ini akan membalas jika kami memberi tahu mereka bahwa kami sudah makan, karena yang mereka jual adalah alkohol.  Tapi dengan menggunakan kata "remaja", dia mencoba membuat mereka untuk tidak bisa berbicara lebih jauh dengan kami.


Si penangkap itu berjalan pergi dengan celana ketatnya untuk menemukan target lain.


Aku bertanya-tanya mengapa semua penangkap yang mengenakan skinny jeans ketat selalu memiliki kaki yang begitu indah.


"Jadi, kakekmu sudah meninggal......"


"Tidak, dia masih baik-baik saja." 


"Aku sangat terkejut.  .......Tolong jangan bawa-bawa kematian meski itu cuma candaan......"


"Ibuku bilang dia melakukan latihan radio setiap pagi dengan ledakan."


Hikari pernah datang berkunjung beberapa kali ketika aku tinggal di rumah, jadi dia dekat dengan keluargaku.


Ketika aku memberi tahu ibuku bahwa Hikari dan aku telah putus, dia mungkin jauh lebih sedih daripada siapa pun.  Itulah bukti betapa dia menyukai Hikari.


"Aku tidak percaya bahwa keluarga yang begitu hangat bisa melahirkan orang yang dingin sepertimu.  Mungkinkah kamu dibuang ke sungai lalu dipungut?"


"Kau tahu, kau tidak boleh mengatakan hal seperti itu, meskipun itu candaan.  Selain itu, kalau memang aku begitu, seharusnya nenekkulah yang memungutku.  Tapi tidak ada wanita tua yang mencuci pakaian di Sungai Imadoki."


"Kalau begitu, namamu adalah Shoutarou.  Selamat, aku tidak bisa membuktikan teori bahwa kamu dipungut dari sungai."


"Aku sudah jelas dilahirkan dari orang tua yang hangat dan baik, dan aku mewarisi itu dari mereka."


"Apa?  Tapi kamu kekurangan kasih sayang.  Mungkin kamu meninggalkannya di perut ibumu.  Kamu perlu dilahirkan kembali."


"Bilang saja kau ingin aku mati, iya kan?"


"Huh?  Kamu tidak boleh begitu terang-terangan, oke?"


Kami meludahkan racun satu sama lain ketika kami membuka mulut, tetapi kami masih berjalan berdampingan.


Tujuan kami adalah restoran Korea yang diminta Hikari.  Dan seperti yang sudah biasa terjadi, kami tidak langsung menuju restoran yang kami tuju.


Kami, atau lebih tepatnya, Hikari, masih kurang begitu yakin.


"Wow, aroma restoran yakiniku yang baru saja kulewati menggodaku......"


Aku memang mencium bau harum aroma daging yang dimasak di atas api arang ketika aku melewati restoran yakiniku, tapi kupikir itu adalah makanan Korea yang ingin dia makan.


"Wow, mereka membuka restoran sushi juga di sini......"


"Apa?  Kau mau sushi atau yakiniku?"


Matanya bersinar, tetapi dia berhasil tetap menuju ke restoran Korea.  Aku pun mencoba untuk pergi ke restoran Korea.  Tapi kemudian.....


"Hei, apa yang kau lakukan?"


Aku terkejut pada fakta bahwa Hikari tidak meninggalkan bagian depan restoran sushi.


Tubuhnya ada di depan restoran sushi, tapi mata dan hidungnya ada di restoran yakiniku, dan jari kakinya ada di restoran Korea.  Dia kacau.  Yah, mau bagaimana lagi, aku hanya perlu menghasutnya seperti yang kulakukan di masa lalu.


"Perhatikan baik-baik restoran sushinya.  Aku yakin itu pasti mahal."


"Mmm ....... aku setuju."


"Dan coba pikir, sebagian besar restoran Korea sama seperti restoran barbekyu.  Mereka punya daging, mereka juga punya cheeseball yang kau suka."


"Mmm ....... kurasa begitu."


"Lalu, kenapa kita tidak pergi saja ke restoran Korea yang sejak awal akan kita kunjungi?"


Apalagi, restoran Korea yang kami tuju adalah restoran yang pernah aku dan Hikari kunjungi sebelumnya, dan aku memiliki gambaran yang cukup bagus tentang apa yang ditawarkan mereka.


Aku yakin mereka punya.......


"Mereka juga punya sushi daging.  Mereka bahkan memiliki chanja yang kusuka."


"......"


Matanya bersinar, dia hampir meneteskan air liur, dan kemudian tiba-tiba dia menatapku dengan ekspresi muram di wajahnya.


Aku tidak mengatakan apa pun yang dia suka atau benci, tapi mengapa.......?


"Apa?"


"Yah, aku bilang aku ingin makan makanan Korea dari awal."


"......?   Ya, aku tahu."


"Jadi, ini bukan karena aku terkena rayuanmu atau apa, yah!  Aku memutuskan untuk pergi ke restoran Korea atas keinginanku sendiri!"


"Huh?!  Bukankah kau tergila-gila pada Yakiniku dan Sushi barusan?!"


"Diam!  Aku akan segera ke sana!  Sebaiknya kamu cepat ikuti aku!"


"Cih ...... rese."


......Serius, dia adalah mantan yang menyebalkan.


***


Aku menuruni tangga ke ruang bawah tanah dan memasuki restoran bergaya Paris dengan lampu neon.


"Selamat datang!"


Aku disambut dengan sapaan ceria oleh seorang wanita imut layaknya idol Korea.


Sama seperti yang tadi, dia sangat kurus.


"Biarkan saya mengajak kalian berkeliling!"


Semua kursi adalah ruangan private, tetapi dari suaranya, sepertinya ada banyak pelanggan di sini.


Aku bisa mendengar suara yang berisik, yang merupakan tindakan terlarang di beberapa restoran, dan sejujurnya, ini sulit bagiku, yang tidak suka pada hal semacam ini.


"Kuharap aku bisa sekurus pelayan itu, aku bertanya-tanya apa yang harus kumakan untuk menjadi sepertinya."


Dalam kasusmu, kau seharusnya jangan memakan apa pun.


Lagi pula dia masih kurus.  Aku yakin jika dia memperbaiki kebiasaan makan bodohnya itu, dia akan sekurus Cinderella.


"Dulu kamu benci suasana seperti ini, kan?"


"Oh, kau mengingatnya dengan baik rupanya."


"Sebelumnya lebih tenang saat terakhir kali aku kemari, mungkin mereka sedang mengadakan pesta dengan dinding pemisah."


"Yah, itu terserah mereka atas apa yang mereka lakukan.  Karena mereka datang ke restoran yang sama, jadi aku tidak bisa mengeluh."


Hikari berkata "Hmmm." seraya memeriksa arlojinya dan menunjuk ke arah tangga yang dia masuki.


"Kita bisa pergi ke restoran lain, tahu?  Seperti yakiniku atau sushi."


"Huh?  Apa kau tidak keberatan?"


Wajahku, yang tadinya begitu acuh tak acuh, berubah pada saat itu juga.


"Apa?  Aku tidak berusaha bersikap baik padamu atau apa, yah?!  Jangan ge-er!"

[TL: Gede Rasa.]


“Ya, ya.  Tapi sungguh, aku baik-baik saja di sini.  Aku baru saja mendapatkan teman yang lebih berisik dan mirip seperti anjing.  Jadi aku sudah terbiasa."


"Oh, ya?!  Apakah dia imut?"


"Apa yang kau bicarakan?  Dia tidak imut, dia menjijikkan."


"Jangan ngomong begitu."


"Ah, tapi kebanyakan orang mungkin berpikir dia imut.  Itu seperti dia disukai oleh orang yang lebih tua."


Yah, karena itu Enji, aku yakin dia populer tanpa memandang usia.......


"...----Aku mengerti."


"Mengapa kau menanyakan itu?  Kau tidak pernah menanyakan sesuatu tentang teman-temanku dulu."


"Dulu aku bisa tahu isi persahabatanmu tanpa harus bertanya padamu.  Itu bukan berarti aku masih tertarik padamu atau apa."


"Bagaimana caramu mengetahuinya?  Kau tidak diam-diam melihat ponselku atau semacamnya, kan?"


"Tentu saja tidak!  Kita pergi ke SMA yang sama dan kamu tidak pernah bergaul kecuali jika kamu memiliki sesuatu untuk dilakukan!  Dan karena kamu selalu bersamaku, jadi aku pasti mengetahuinya bahkan jika aku tidak ingin!"


"Oh, masuk akal."


Memikirkannya kembali, kami bertemu di SMA dan langsung cocok sejak awal.  Kami sangat dekat sehingga kami bisa disebut sahabat, dan kami selalu bersama.


Jadi orang-orang di sekitar kami selalu bertanya kapan kami akan pacaran, dan akhirnya kami mulai melihat satu sama lain sebagai lawan jenis.


Sampai saat itu, aku hanya ingin bersamanya, tetapi begitu aku menyadarinya, aku tidak bisa berhenti dan aku tidak bisa memperlakukannya sebagai teman lagi.


"Kupikir ..... aku juga tahu segalanya tentangmu......."


"Iyuh, menjijikan.  Bisakah kamu berhenti menggunakan ekspresi seperti itu?"


"Jangan panggil aku jijik atau aku akan menangis!  Jika aku menangis, aku akan pulang ke rumah nenekku!"


"Iya, iya.  Cupcupcup."


Sekarang, aku bahkan tidak tahu lagi apa yang sedang kupikirkan, dengan siapa aku, makanan apa yang kusuka, atau berapa banyak yang kumakan seperti orang bodoh.


Aku dulu mengetahui hal-hal ini, tetapi setelah setahun berlalu, aku menyadari betapa banyak hal yang berubah.


---Toktok.


Aku mendengar ketukan di pintu ruang private saat sedang memikirkannya.


Para pengunjung pesta yang telah mengadakan pesta sebelumnya tampaknya telah pergi.  Suasana di restoran menjadi lebih tenang.


"Permisi!  Aku mau pesan minuman dulu!"


Aku terkejut ketika seorang Onii-san yang genit datang untuk menerima pesananku dengan penuh semangat.


"Oh, ngomong-ngomong, apakah kamu minum alkohol?"


Kami masih remaja ketika kami putus, jadi kami tidak tahu kebiasaan minum masing-masing.


Aku tidak berpikir ada banyak orang di usia 20-an yang tidak pernah minum, tetapi jika mereka merasa tidak cocok untuk itu, mereka akan berhenti minum.  Tapi kupikir beberapa orang lebih kecanduan daripada yang lain.


Aku adalah orang dalam ruangan dengan hati yang gelap, tetapi alkohol sesuai dengan seleraku.

[TL: Intinya sih anak rumahan.]


Aku selalu berasumsi bahwa aku tidak akan pandai dalam hal itu karena aku merasa bahwa minum-minum memiliki citra yang kuat tentang "Paripi".

[TL: Party People atau anak dugem.]


Tetapi ketika Enji mengajakku minum, aku terkejut saat mengetahui bahwa rasanya enak.


Tapi aku juga menemukan bahwa......


"Aku biasanya minum, tetapi aku memiliki periode pertama besok, jadi aku akan melewatkannya."


"Kamu biasanya minum?  Itu mengejutkan.  Kalau begitu, aku pesan jus jeruk, pelayan."


"Aku mau teh oolong."


"Ya!  Silakan gunakan tablet anda untuk menu makanan!  Permisi!"


Yah, kurasa dia lebih dari sekadar tipe pria yang atletis.


"Kau tidak perlu memesan minuman ringan untuk menyesuaikannya denganku, tahu."


"Huh?  Ini bukan seperti aku menyesuaikannya denganmu.  Aku juga punya periode pertama besok.  Jangan salah paham."


Ya, inilah heroine tsundere yang banyak muncul di film romcom.


Ini lucu, mereka terlihat imut di manga, tetapi ketika kau melihatnya di kehidupan nyata, kau tidak bisa untuk tidak membencinya.


"Ya, ya..."


"Jangan mengatakannya dua kali!  Aku sangat marah!"


Pipi Hikari menggembung, tapi suasana hatinya membaik begitu dia melihat menu makanan di tablet.  Aku tahu dari ekspresi wajahnya, dia memang dalam suasana hati yang baik.


Suasana hatinya masih sama seperti dulu.


"Yah, ....."


"......?"


"Jika kita memiliki kesempatan di lain hari, mengapa kita tidak minum-minum di hari itu?"


Hikari menatap tabletnya dan mengatakan ini, mulutnya terbuka karena malu.


"Ya, boleh juga."


"Ya, bukan hari ini, mungkin lain kali......."


Kupikir tidak akan ada yang namanya lain kali.


Tapi ajaibnya, kami bertemu lagi, dan kebetulan aku membawa pulang payungnya, sehingga kami bertemu lagi.


Tidak, saat aku mengatakan "sampai jumpa." sebenarnya aku ingin bertemu dengannya lagi.


Bahkan jika aku melakukannya, aku tidak berpikir kami akan bisa kembali ke hubungan lama kami.


"----Hikari."


"......Apa?"


Aku tidak tahu seperti apa raut wajahnya sekarang, karena wajahnya disembunyikan oleh tablet, tetapi aku harus memberitahunya.


Aku harus mengatakannya.....


"Tunjukkan menunya padaku juga."


"Oh."


***


Semua makanan yang kami pesan sudah sampai.


Cheeseball, Chanja, Sushi, Ayam Bakar Keju, Naengmyeon, Kimbap.


"Hmm." pikirku sambil melihat piring-piring yang berjejer.


"Hei!"


"Apa?


"Bisakah kau makan semua ini?"


"Aku yakin ada banyak ruang di perutku."


Ngomong-ngomong, aku memesan sepiring kecil chanja dan gimbap.  Sedangkan segala sesuatu yang lain dipesan oleh Hikari.


Apa yang kupesan cukup kecil untuk ukuran makanan rata-rata pria.  Tapi aku bukanlah pemakan kecil.


Aku memperhitungkan bahwa Hikari akan memesan lebih banyak daripada yang bisa dia makan, dan akulah yang akan dibiarkan berurusan dengan sisa makanannya.


"Biarkan aku menanyakan ini padamu, apakah kau melewatkan makan siang?"


"Tidak, tidak.  Aku bahkan makan makanan penutup jika harus kukatakan."


"Oke."


Hikari mungkin tidak memiliki pusat rasa kenyang, yang dimiliki setiap manusia.


Itu sebabnya dia makan seperti orang bodoh.  Atau lebih tepatnya, dia memang bodoh.


Lalu nanti, dia akan berhenti makan seperti orang idiot dan berkata, "Ugh, itu menjijikkan."


"Haa....."


"Yah, mau bagaimana lagi, sisanya ...... adalah milikmu."


Aku terkejut bahwa dia masih memiliki keinginan untuk makan.


Dia jauh dari kata kenyang.


"Baiklah kalau begitu......"


Cheeseball di depan mataku terlihat enak, dan aku tidak bisa untuk tidak........


"Aku masih ingin makan!!!"


Segera setelah aku hendak merampas makanannya, dia berubah pikiran dan dengan paksa melemparkan cheeseball itu ke dalam mulutnya.


Aku bertanya-tanya seberapa terikat dia dengan makanannya?


"Jangan terburu-buru, makanannya tidak akan lari......"


Hikari masih melihat tablet itu bahkan setelah semua makanannya habis.  Untung aku mengambilnya darinya, karena jika dia makan lagi, dia mungkin akan mati.


"Yup, sudah berakhir.  Kau tidak akan bisa bergerak lagi."


"Atsu... hm~!  Tidak~!"


Apa kau masih bocah?


Pergi makan bersama Hikari, selain takut akan dipaksa memakan sisa makanannya dalam jumlah yang di luar nalar, masih ada hal lain yang harus ditakuti.


Aku takut pada tagihannya.....


Aku melihat slip dengan gentar yang sama seperti ketika mendengar suara cracker.


"Haa....."


"Kenapa?  Kamu hampir tidak makan sama sekali, jadi aku yang akan membayarnya."


"Tidak, tidak, itu memalukan melihat seorang wanita yang membayar tagihannya......."


"Kamu ..... punya harga diri tinggi, bukan?"


"Tidak, kupikir kaulah yang agak arogan."


"Apa?  Goman?  Karakter apa itu?"


"Tidak, sudah cukup."


Pada akhirnya, kami akhirnya membagi tagihannya, sebagian karena desakanku.


Hikari, yang bersikeras untuk membayar semuanya, menjadi pucat ketika dia melihat tagihan dan menerima tawaranku.


Lain kali, tolong pikirkan baik-baik apa yang ingin kau makan.


"Ah, lezatnya!"


"Kau masih memiliki perut yang bodoh, bukan?"


"Jangan panggil aku bodoh, atau aku akan marah!"


Setelah kami meninggalkan restoran, kami tahu ke mana kami akan pergi.


Jika kami masih pasangan, pasti ada semacam acara di depan.


Kami bisa pergi ke karaoke, atau duduk di taman dan mengobrol, atau menghilang ke dalam gedung yang diterangi lampu neon setelah bermain-main.  .......Begitulah.


Tapi kami adalah mantan dengan hubungan yang rapuh.  Kupikir yang paling dekat adalah menjadi teman yang mengenal satu sama lain lebih baik daripada orang lain.


"Apakah kita akan pulang?"


"Tentu."


Kami langsung menuju stasiun.  Kembali ke rumah masing-masing.


"Yah, ngomong-ngomong..."


"......?"


Hikari, yang mengembuskan napas ke tangannya untuk menahan dingin, mulai berbicara seolah-olah dia sedang membicarakan tentang cuaca besok.


"Hei, apakah kamu sudah bertemu dengan seseorang di aplikasi?"


"Apa?  Kenapa tiba-tiba?"


"Cuma nanya."


Yang terlintas di pikiranku adalah Kokoro, madonna universitas yang sangat komunikatif.  Aku belum pernah bertemu atau bahkan cocok dengan orang lain selain dirinya.


"Yah, aku baru saja bertemu dengan seseorang dari universitas yang sama."


"Oh, yah?  Seperti apa dia?"


"Seperti apa?  Yah, tidak ada yang luar biasa.  Dia tampaknya menjadi idol di kampus."


"Aku yakin kamu tidak tertarik pada orang lain, bukan?  ......Dia pasti imut jika mereka memperlakukannya seperti idol."


"Yah, begitulah."


Aku tahu tidak baik berdiam diri selama beberapa menit sampai kau tiba di stasiun, dan aku mengerti bahwa kau ingin membicarakan sesuatu.  Tapi aku tidak tahu mengapa kehidupan cintaku yang muncul.


Tidak, karena kami bertemu lagi lewat aplikasi kencan, jadi tentu saja topik itu muncul.


Ada keheningan singkat, dan aku mulai berbicara tanpa memikirkan apa pun secara khusus untuk mengisi kekosongan.


"Bagaimana denganmu?


"Tidak ada."


"Hei, kau tidak akan membiarkanku menjadi satu-satunya yang menjawab, bukan?  Kau curang."


"Ada satu orang yang dicocokkan denganku.  Aku tidak pandai berhubungan dengan banyak orang sekaligus.  Dia pria yang sangat baik, dan aku berpikir untuk keluar dari aplikasi kencan."


"Hmmm ...... apa kau sudah bertemu dengannya?"


"Belum."


"Apakah dia keren?"


"Yah, dia terlihat cukup bagus di fotonya."


"......"


"......"


Aku dipertemukan dengan Hikari lagi, berkencan dengannya sekali, dan bertemu dengannya lagi untuk mengembalikan payungnya.


Aku berpikir bahwa yang aku sangat ingin bersama lagi adalah Hikari, meskipun aku membencinya.


Bahkan hari ini, percakapan kami penuh dengan pertengkaran, tetapi entah bagaimana, itu menyenangkan.


"Kita sudah sampai di stasiun."


"Ah, iya."


Tetapi bahkan jika aku memikirkannya, itu sudah terlambat.


Sama seperti aku bertemu orang baru, Hikari juga pasti akan bertemu orang baru.


Tidak sepertiku, yang tidak bisa menghilangkan mantanku dari pikiranku, Hikari sudah melupakan perasaannya.


Aku harus melanjutkan hidupku dan bertemu seseorang yang baru, seseorang seperti Kokoro-san, dan menyingkirkan penyesalan lumpuh ini.


Aku tidak bermaksud mengatakan bahwa aku masih mencintai Hikari.  Hanya saja, ketika aku membayangkan dirinya bersama orang lain, aku merasa sedikit terganggu.


"Baiklah kalau begitu."


"Oke, sampai jumpa.  Terima kasih telah membagi dua tagihannya."


"O-Oh."


Aku tidak melambai pada Hikari saat dia naik kereta di depanku, tapi hanya mengatakan beberapa patah kata di sana.


Kami tidak lagi memiliki jenis hubungan di mana aku harus melambaikan tangan atau mengantarnya pulang karena mengkhawatirkannya.


Kami bisa menganggap satu sama lain sebagai orang yang saling mengenal dan memahami satu sama lain.


Tidak mudah menemukan seseorang yang bisa melakukan itu.


Jadi, mari kita akhiri sekarang.




Chapter 5 - Lebih Baik Berhati-hati Dalam Memilih Pakaian Pada Kencan Pertama


Kantin universitas.


Ketika aku sedang mencari tempat untuk duduk dengan omurice di tangan, aku menemukan satu tempat di kantin ramai yang luar biasa kosong.


Benar saja, ada Kokoro-san yang duduk di tengahnya, dan ketika dia melihatku, dia membuang muka sekali sebelum menatapku lagi dan menunjukkan telapak tangannya padaku.


Kurasa dia terlalu malu untuk mengangkat tangannya atau melambaikannya.


"Halo, Kokoro-san."


"Halo, Kakeru-san."


Aku menyapanya dengan ringan dan duduk di sebelahnya.


Aku disambut dengan tatapan iri dan jengkel dari orang-orang di sekitarku, dan itu menyengat hatiku.


"Kamu makan omurice hari ini."


Kokoro-san berkata demikian saat melihat omurice di tanganku.  Kokoro-san sendiri makan kari katsu yang sama seperti kemarin.


"Apakah kamu suka omurice?"


Kau benar-benar tidak pandai dalam kata "Shu" yah, Kokoro-san?

[TL: Seperti biasa, dia kalau ngomong suka belibet.]


"Yah, aku menyukainya.  Kokoro-san sendiri suka kari katsu, kah?"


"Aku memakannya kemarin dan ini enak.  .....Kakeru-san sangat suka omurice bahkan sampai mendaftarkannya sebagai foto profil."


"Sebenarnya aku tidak terlalu menyukainya."


"Lalu kenapa kamu menaruhnya ...... di foto profilmu?"


Aku sendiri tidak paham apa alasannya.


Mengapa aku bersusah payah mencari foto omurice yang kuambil setahun yang lalu dan mendaftarkannya?


Rasa cinta yang gagal terpenuhi untuk Hikari.....


Ketika pikiran itu terlintas di benakku, aku membenci diriku sendiri karena begitu banci.  Kami masing-masing sudah memiliki hubungan yang baru sekarang, jadi lupakan saja dan move on.


"Ini omurice dari restoran favoritku.  Itu sebabnya......"


"Aku mengerti."


Kokoro-san terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi dia tidak melanjutkannya lebih jauh.


Mungkin karena sibuk mengunyah kari katsu miliknya.


"Ngomong-ngomong, Kokoro-san.  Apakah kau sudah menemukan seseorang yang cocok di Connect?" tanyaku, mencoba mengubah suasana dan topik.


Aku hanya ingin tahu.


"Tidak, tidak, ........ Kakeru-san, apakah kamu membuat kemajuan dengan mantan kekasih yang kamu sebutkan kemarin?"


Seolah-olah dia tahu apa yang kupikirkan, dia menyentuh masalah yang menggangguku.


"Terakhir kali kami bertemu lagi, aku tanpa sadar membawa pulang payungnya ke rumah.  Jadi aku bertemu dengannya lagi untuk mengembalikannya."


"Oh, begitu......"


Percakapan berhenti di situ, dan kami menyelesaikan makan kami dalam diam.


Tepat saat aku menyelesaikan makanku, Kokoro-san, yang sudah mulai makan sebelumku, menghabiskan katsu karinya dan meneguk airnya dalam satu tegukan, dan kemudian mulai berbicara dengan tinjunya di pangkuannya yang gemetar.


"Sebenarnya, aku ingin bertanya padamu, Kakeru-san."


"Ada apa?  Jika ada yang bisa kulakukan, aku akan melakukannya untukmu."


"Aku sangat pemalu, dan aku sangat buruk dalam berbicara dengan pria."

Yah, itulah alasan dia memulai Connect.  Aku mendengarnya kemarin.


"Tapi ketika aku berbicara denganmu, Kakeru-san, itu agak menyenangkan, dan bahkan sekarang aku jarang menggigit lidahku.  Sangat mudah untuk berbicara denganmu, bukan......?"


Hoho, dia menggigit lidahnya tepat setelah dia mengatakannya.  Itu agak lucu.


"Itu sebabnya--!"


"Ya ya!"


Dia berkata dengan suara keras untuk menutupi fakta bahwa dia tergigit.  Anehnya, suaranya sekeras suara normalku.


"Kalau tidak apa-apa, Kakeru-san, bisakah kita makan siang bersama seperti ini, atau, kamu tahu, jalan-jalan atau semacamnya......?  Tentu saja aku akan mentraktirmu makan siang!  Ah......"


Dia menggigit lidahnya lagi pada menit terakhir dan wajahnya menjadi merah padam.


Pasti butuh banyak keberanian bagi Kokoro-san, yang pemalu dan tidak terbiasa berbicara dengan laki-laki, untuk menyarankan hal seperti itu kepadaku untuk mengatasi rasa malunya.


Tapi jika itu bukan aku, dia bisa saja dimanfaatkan.


Dia cantik seperti idol dan memiliki aura yang sangat terlindungi yang disukai para pria.


Itu sebabnya aku merasa bahwa aku harus mengajarinya cara untuk melindungi dirinya sendiri mulai sekarang.


"Aku juga pria, dan tentu saja aku tidak terkecuali, tetapi kau tahu, ada beberapa orang aneh di aplikasi kencan, seperti pria yang mencari seks, benar?"


"Ya-------"


"Jadi, bukankah kau harus lebih berhati-hati?  Kita bahkan baru bertemu dua kali."


"Ya, itu benar.  Kita baru bertemu dua kali, kan?"


"......"


"Tetapi..."


Dalam percakapan ini, Kokoro-san menatap mataku untuk pertama kalinya.


Dan tidak hanya melihat.


Dia biasanya membuang muka begitu mata kami bertemu, tapi sekarang dia terus menatapku tanpa mengalihkan pandangannya...


"Aku tahu kamu bukan orang yang mengerikan, Kakeru-san."


Pipinya masih merah, dan dia mengatakan ini padaku tanpa menggigit lidahnya.


Karena dia sudah memberitahuku sebanyak itu, aku jadi tidak bisa dengan kejam menolak permintaan yang dia sangat gugup saat memintanya.


"Oke, aku mengerti.  Tapi tolong jangan menawarkan untuk membelikanku makanan atau semacamnya.  Kita harus setara."


Ya, kita harus setara.


Kupikir mengatakan itu kepadanya adalah yang terbaik yang bisa kulakukan untuk menunjukkan ketulusanku untuk saat ini.


"Oh, terima kasih banyak......!  Awawa, aku sangat gugup....."


Itu adalah pertama kalinya aku melihat seseorang benar-benar mengatakan "awawa" dengan keras, dan aku tidak bisa menahan tawa.


"Tunggu, apa yang kamu tertawakan.......?!"


"Hahahaha."


Aku sedikit bersemangat karena hal-hal akan menyenangkan mulai sekarang.


***


[POV Hikari]


Setelah bertemu dengan mantan pacarku lagi, aku merasakan perubahan dalam perasaanku.


Aku bertanya-tanya apakah aku benar-benar tidak menyesal?  Jika aku benar-benar tidak menyesal, mengapa aku tersenyum pada LINE "Maaf, payungnya." dari Sho?


"Haa...."


Aku tidak berpikir aku masih mencintai Sho.  Tapi mungkin secara naluriah, aku masih menyimpan perasaan padanya.


Ketika kami bertemu lagi, kata-kata dan sikapku tidak ramah, tetapi perasaanku yang sebenarnya berbeda.  Aku mungkin sangat senang saat melihatnya untuk pertama kalinya dalam setahun.


Sulit untuk mengakuinya, tetapi kenyataannya memang begitu.


Kalau tidak, aku tidak akan pergi ke kafe dengan mantan pacarku dan makan wafel di taman.


Aku tidak suka diganggu oleh laki-laki.


Aku tidak mau melakukan itu dengan pria yang tidak aku pedulikan.


Fakta bahwa aku rela basah kuyup di sisa-sisa malam itu, dan fakta bahwa aku menderita sekarang, adalah bukti bahwa aku memiliki penyesalan.


Bahkan jika itu adalah keinginanku yang sebenarnya untuk memulai kembali dengan Sho, akan sulit untuk mewujudkannya.


Ketika Sho dan aku putus, aku sangat tertekan sehingga aku ingin mengatakan bahwa ini adalah akhir dunia, dan aku melakukan banyak penelitian tentang rekonsiliasi.


Hasilnya, tampaknya rekonsiliasi itu sendiri tidak terlalu umum, dan pasangan yang akan terus bersama untuk waktu yang lama setelah rekonsiliasi cukup jarang.


Selain itu, kupikir aku telah bertindak di luar karakter pada kencan terakhir kami dan tampil sebagai wanita yang agak menyebalkan.


Bahkan jika Sho ingin memulai dari awal, dia tidak akan berpikir begitu lagi setelah melihat tindakanku.


Dia bilang dia bertemu dengan ...... seorang gadis yang ia temui di Connect yang rupanya kuliah di universitas yang sama dengannya.


Saat aku meninjau pesanku di Connect dengan Sho, aku menerima notifikasi.


Aku menggulir ke bawah dari atas layar ke bawah untuk melihat apakah aku telah menerima pesan dari Sho.


Kupikir aku mendapat pesan dari Sho.


Tapi aku salah.


[Apakah kamu ingin makan siang besok?]


Bukan, itu dari pria selain Sho.


Dia adalah pria yang tinggi dan tampan dengan tampilan bersih di fotonya.  Dia juga seorang pembicara yang baik.


"Apa....."


Aku menyadari bahwa kata "apa?" keluar dari mulutku, dan aku merasakan frustrasi yang berkepanjangan dan emosi yang kabur, mengetahui bahwa hipotesisku sebelumnya benar.


Aku tidak punya pilihan selain mengakuinya.


Tetapi pada saat yang sama, aku mungkin harus menyerah.


Aku adalah orang yang berperilaku seperti itu.  Jadi, untuk melupakannya secepat mungkin, aku harus tertarik pada seseorang selain Sho.


Selain itu, Sho sudah memiliki pasangan baru.


Aku telah bertukar beberapa pesan dengan pria tampan ini, dan karena aku luang besok dan tidak punya alasan untuk mengatakan tidak, jadi aku memutuskan untuk bertemu dan mengatur tempat pertemuan.


"Tas jinjing itu lucu, terlihat cocok untukmu, Akari-chan."


"Terima kasih......."


Ketika aku bertemu pria itu, aku menemukan dia setampan fotonya.


Aku dapat mempercayai wajahnya lebih dari kata-kata tipis seperti wajah imut, dan aku mendapatkan pujian atas rasa penegasan diriku, dan pujian untuk barang-barangku.


Aku tidak merasa risih.


Isi pesannya, "Aku ingin mengenalmu lebih baik, jadi mengapa kita tidak berbicara lebih santai?"


Aku terkesan dengan kejujurannya.


Aku berpikir bahwa itu mungkin lelucon, tetapi aku memutuskan untuk melupakan Sho untuk saat ini.


"Hei, Akari-chan.  Apakah ada yang sedang kau khawatirkan?"


Ketika ditanya, kesadarannku beralih ke pria itu seolah-olah aku telah mengangkat kepalaku dari permukaan air.


Aku sudah terlalu lama memikirkannya sampai-sampai aku tidak yakin apa yang kulakukan barusan. dan pria tampan itu melihat menembusku.


"T-Tidak ada....."


"Benarkah?  Jika kau tidak keberatan, kau bisa membicarakannya denganku."


"Nn......"


"Tapi Akari-chan, kamu sedang memikirkan sesuatu, kan?"


Dia bisa melihat menembus segalanya.  Dia adalah pria tampan yang misterius.


Dia pasti populer.


Tapi pasti ada alasan mengapa dia menggunakan aplikasi kencan.


Aku yakin 9/10 dia pasti pria brengsek.  Jika itu masalahnya, aku tidak akan menyerah padanya.


Aku tidak minum, dan aku tidak mau bertemu dengannya di malam hari.


Jika aku melakukannya, aku mungkin akan dimanfaatkan oleh pria tampan ini.


Karena dia tampan, dia pasti memiliki banyak pengalaman dalam hubungan.


Aku belum pernah bersama orang lain selain Sho, dan aku tidak tahu apa yang dipikirkan oleh pria.


Jika si tampan ini seorang berpengalaman, maka aku hanya perlu meminta saran hubungan, atau........


"Sebenarnya-------"


Aku kemudian memberi tahu pria pertama yang kutemui hari itu bahwa aku telah terhubung kembali dengan mantan pacarku di aplikasi kencan.


Ketika aku sampai di rumah, aku berpikir.


Mengapa aku menceritakan semua itu pada pria yang tidak begitu kukenal?


***


[POV Kakeru]


Sampai aku menginstal Connect, aku tidak pernah memedulikannya ketika aku melihat aplikasi kencan di iklan YouTube.


Tapi akhir-akhir ini, aku banyak memikirkannya.


(Iklan Connect.......)


Enji memberitahuku bahwa iklan Connect telah muncul cukup lama.......


Saat sedang makan omurice di kantin dan menonton YouTube dengan earphone bluetooth, aku melihat bayangan di depanku.


Karena dia tampak familiar akhir-akhir ini, maka dialah orangnya.


"Halo, Kokoro-san."


"Halo, Kakeru-san."


Sudah hampir seminggu sejak kami mulai makan bersama di kantin pada hari kerja setelah diminta olehnya.


Dibandingkan dengan saat pertama kali, dia sudah menjadi jauh lebih tenang.


"Hari ini aku memesan omurice karena meniru Kakeru-san.......!"


Sekarang dia sudah bisa mengucapkan kata tanpa tergigit.  Aku merasa seperti orang tua yang melihat pertumbuhan anaknya.


"Kalau begitu, aku akan meniru Kokoro-san dan memesan kari katsu."


"Aku mungkin akan mengambil sebagian darimu kalau begitu......."


"Haha, mari kita saling berbagi separuh-separuh"


Saat ini, aku tidak lagi merasa gugup dengan Kokoro-san dalam percakapan kami, dan dia menjadi orang yang sangat nyaman untuk diajak bersama.


Aku tidak terlibat dengan banyak orang pada awalnya, yang menurutku tidak nyaman.


Satu-satunya orang dengan siapa aku telah terlibat untuk waktu yang lama tanpa merasa stres adalah Enji dan Hikari.


"Akhir-akhir ini, aku menikmati setiap hariku."


Kupikir itu adalah sikap yang sangat tidak biasa bagi Kokoro-san untuk tiba-tiba mengatakan itu.


"Kakeru-san, meskipun aku orang yang pemalu dan tidak berguna, kamu tidak pernah menyangkalku dan selalu makan bersamaku karena keegoisanku."


"Itu karena aku menyukainya.  Jika tidak, aku tidak akan mau makan denganmu setiap hari."


"Aku sangat senang kamu menerimaku seperti ini.  Aku benar-benar senang."


Kokoro-san meletakkan sendok omurice di piringnya dan mulai mencari sesuatu di ponselnya.


"Jadi, aku ingin tahu lebih banyak tentangmu dan mengenalmu lebih baik.  ......Jadi kuharap kamu tidak keberatan......."


"......?"


"Maukah kamu ikut denganku ke sini?"


Di layar yang ditampilkan, itu adalah situs kafe tertentu.


Situs kafe itu akrab bagiku, dan aku ingat mencari situs yang sama beberapa hari yang lalu.


"Ini adalah restoran omurice yang kamu suka, kan......?  Aku juga ingin menyukai apa yang kamu suka."


Aku sangat senang melihatnya menatap mataku, meskipun dia biasanya tidak melakukan kontak mata denganku.


Meskipun dia memiliki wajah yang imut, aku bisa melihat dengan jelas wajahnya, yang biasanya tidak bisa kulihat karena dia berbaring telungkup, dan karena dia mengatakan bahwa dia ingin menyukai apa yang kusuka, maka......


"Ayo kita ke sana......!"


Yah, begitulah.


***


Ini adalah pertama kalinya aku ke Stasiun Sannomiya setelah beberapa hari absen.


Ini adalah rumah bagi warga Kobe dan seperti kampung halaman.  Setidaknya untukku.


Cuaca hari ini cerah, tidak seperti kencanku dengan Hikari.


Cuaca berangsur-angsur menjadi lebih hangat di paruh kedua bulan Februari, dan hari ini aku mengenakan setelan kain yang sedikit lebih tebal, bukan mantel bulu atau mantel kulit.


Kemeja putih digunakan sebagai lapisan dalam untuk tampilan yang bersih, ini adalah pakaian kencan yang sempurna.


"Terima kasih sudah menunggu.....!"


Kokoro-san yang melihatku tepat sebelum keluar dari gerbang tiket, berlari ke arahku.


Dia mengenakan rok krem ​​​​panjang dan atasan rajutan yang lebih kencang, dan lapisan dalam rendanya mengintip dari lehernya.


Aku sudah sering melihat pakaian model ini di sekitar kota, tapi itu sangat lucu.


"Aku baru sampai."


Setelah mengatakan kalimat yang kudengar di suatu tempat, kami mulai berjalan.


Tujuan kami adalah sebuah kafe.  Kafe yang sama yang biasa aku dan Hikari kunjungi.


"Aku merasa lebih gugup dari biasanya......"


"Padahal kita juga memakai pakaian santai saat kuliah, tapi suasananya berbeda, bukan?


"Aku selalu berpakaian dengan nyaman, jadi aku berusaha keras hari ini.......!  Dan aku juga menata rambutku!"


Kokoro-san mengepalkan tinjunya di depan dadanya.


Setiap gerakannya kekanak-kanakan.


"Mungkin itu hanya imajinasiku, tapi ....... apakah kamu berpakaian sedikit modis juga hari ini, Kakeru-san?"


Aku biasanya mencoba berpakaian dengan cara yang sesuai dengan penampilan dan TPO-ku, dan hari ini aku berpakaian dengan mempertimbangkan kencannya.  Aku sama dengan Kokoro-san dalam hal yang biasanya berpakaian nyaman dengan hoodie atau sesuatu yang serupa di universitas.

[TL: Saya tidak tahu TPO itu apa.]


"Ya itu benar.  Aku sedikit gugup saat menyadarinya......."


"Aku senang kamu gugup tentangku......."


Bisakah kau berhenti menatapku sambil mengatakan itu?  Aku takut jika aku akan jatuh cinta padanu.


Lokasinya hanya 3 menit berjalan kaki dari stasiun, ruang stylish yang dikelilingi oleh tanaman dan pepohonan.


Kafe semacam ini lebih mahal daripada restoran keluarga biasa dan restoran cepat saji.


Namun bukan berarti rasanya lebih enak dari restoran keluarga atau restoran cepat saji.  Ini hanyalah preferensi pelanggan.


Alasan mengapa banyak orang masih pergi ke kafe-kafe semacam ini adalah karena mereka membayar untuk kenyamanan, interior yang wah, dan pengalaman serta kenangan yang hanya bisa didapat di restoran tersebut.  Kupikir itulah alasan mengapa mereka mau membayarnya.


Berkat Hikari, aku menyadari bahkan ketika kami masih berkencan bahwa aku secara mengejutkan suka mengunjungi kafe.


"Ini omurice yang membuatmu terpesona, Kakeru-san.......!  Kelihatannya lezat.......!"


Kokoro-san mengeluarkan air liur pada omurice yang datang.  Dia seharusnya tidak perlu memasang wajah seperti pulang dari perang seperti itu.


"Kalau begitu, ayo kita makan."


Dia mengatupkan tangannya dengan rapi dan kemudian memegang sendok.


Itu menunjukkan ajaran yang baik.


"Kalau begitu, aku juga."


Ketika aku mengatupkan kedua tangan dengan cara yang sama.....


* Kasha.


Di depanku, Kokoro-san, telah mengabadikan momen saat aku mengatupkan kedua tanganku di depan kamera, dengan senyum lebar.


"Aku punya foto yang bagus!"


"Apakah kau yakin menginginkan fotoku, bukan omuricenya?"


"Ya, Kakeru-san saja tidak apa-apa."


Mungkin tidak ada makna yang dalam.


Namun meski aku tahu itu, aku tetap malu.


Bahkan jika ada makna yang lebih dalam, tidak mungkin Kokoro-san akan mengatakan kalimat memalukan seperti itu dengan mudahnya.


Aku menirunya dan mengarahkan ponselku ke arahnya saat dia hendak mengambil gigitan pertama.


* Kasha.


"Aku ceroboh.  .......Apakah aku membuat wajah yang lucu.......?  Jika iya, tolong hapus.......!  Ini sangat memalukan-----"


Ekspresi Kokoro-san di ponselku jelas lengah.


Di sana, ia dengan senang hati membawa omurice di mulutnya.


Yang berbeda dari biasanya adalah senyumannya di sini natural dan santai yang cukup tidak terduga.


Ini bukan ekspresi kakunya yang biasa, tapi ekspresi asli Kokoro-san yang luar biasa.


“Awawa, aku jadi malu ……. jika fotonya jelek, aku jadi ingin menghilang ……. seseorang, tolong kubur aku……!"


Aku tidak akan menguburmu, karena jika kau menghilang, aku akan sendirian.


"Oh, ini enak.....!"


Kokoro-san bereaksi seolah-olah dia adalah manusia yang baru makan omurice untuk pertama kalinya.


Memang benar bahwa omurice di sini enak, tapi aku bertanya-tanya apakah Kokoro-san belum pernah makan omurice sebelumnya?


Tidak, aku melihatnya memakannya di depanku beberapa hari yang lalu.


Aku suka saat ketika seorang gadis makan sesuatu yang lezat.  Aku menyadarinya ketika aku dan Hikari pertama kali datang ke kafe ini.


Aku masih memikirkan Hikari setiap kali sesuatu hal terjadi padaku.


Hikari tidak memanggil namaku sekali pun hari itu saat kami bertemu lagi.  Mungkin Hikari memberitahuku bahwa dia tidak menyesal.


Jadi, aku harus memotong perasaanku yang belum terselesaikan untuk Hikari.


Ada seorang gadis yang baik di depanku sekarang.


"Terima kasih atas makanannya!"


Sama seperti yang ia lakukan ketika ia mulai makan, ia juga menyatukan kedua tangannya.


Gerakan menyeka mulutnya juga elegan dan indah.


Di lain sisi, Hikari selalu memiliki saus tomat di pipinya.


Hikari suka makan, dan sulit untuk merawatnya ketika dia begitu asyik dengan makanannya.


Hikari akan datang dengan satu demi satu hal yang ingin dia makan, dan karena dia tidak pandai meneliti, akulah yang akan melakukan penelitian atas namanya, mencari tahu di mana restoran berada dan bagaimana mereka dinilai.


Tetapi ketika dia lapar, dia akan menjadi tidak sabaran dan menyebalkan.


Setiap kali aku pergi berkencan dengan Hikari, aku selalu menaruh sekantong makanan ringan di tasnya dan memberikannya ketika dia terlalu pilih-pilih karena lapar.  Itu akan membuatnya berada dalam suasana hati yang baik.


Dia benar-benar menyebalkan.


"Kakeru-san, apakah ada yang salah?"


"Oh, tidak, tidak ada apa-apa."


Aku sedang berkencan dengan Kokoro-san, tapi aku malah memikirkan Hikari lagi.


Aku yakin aku masih tidak bisa melupakannya untuk sementara waktu.


***


Setelah meninggalkan kafe, pemberhentian kami berikutnya adalah Stasiun Kobe, yang berjarak dua stasiun dari Stasiun Sannomiya.


Karena kami sama-sama suka jalan kaki, kami pun memutuskan untuk jalan kaki di antara dua stasiun.


Perjalanannya memakan waktu sekitar 20 menit, tapi itu tidak membosankan, karena ada jalan yang terkenal bernama Sakaemachidori yang dipenuhi dengan kafe-kafe modis dan pertokoan.


"Kupikir aku hanya akan bisa mengalami ini melalui cerita, tapi berkatmu, salah satu impianku menjadi nyata." katanya gembira, sambil menghangatkan tangannya dengan roti yang dibelinya di Chinatown.


Apa yang dia rindukan, mungkin, adalah pengalaman "kencan" ini.


Kenyataannya, Kokoro-san mungkin hanya keluar bersamaku untuk membiasakan diri dengan pria, tapi untuknya, yang tidak bisa berbicara dengan baik di depan pria, pengalaman seperti ini sangatlah sulit.


Dalam profilnya, dia mengatakan bahwa dia menyukai manga shoujo dan drama percintaan.


Aku menduga bahwa dia tertarik pada romansa.


Dia baik, tetapi rasa malunya membuatnya sulit.


Jika bukan karena alasan itu, bukanlah suatu keajaiban bahwa seorang gadis manis seperti itu tidak pernah menjalin hubungan yang layak pada usia 20 tahun.


Kokoro-san sedang mencoba untuk memutuskan antara bakpao daging dan pangsit wijen, dan pada akhirnya dia memilih bakpao daging, jadi aku memilih pangsit wijen, meskipun aku tidak terlalu ingin memakannya.


Kupikir aku bisa makan keduanya jika kami membaginya.


"Ini, silakan makan."


Pangsit wijen datang dalam kemasan berisi empat buah.


Aku makan dua dari mereka dan menyerahkan sisanya kepada Kokoro-san beserta wadahnya.


Kemudian, Kokoro-san tiba-tiba teringat sesuatu dan melihat roti kukus di tangan kanannya.


"Maaf, aku sudah makan lebih dari setengahnya......"


"Oh, aku tidak keberatan, silakan makan semuanya."


Aku juga tidak punya niat untuk mengambilnya sejak awal.


Setelah berkencan dengan Hikari, aku mengetahui bahwa gadis makan lebih banyak dari yang kubayangkan.  Tapi ternyata, kasus Hikari itu spesial, dan aku baru tahu kalau gadis ternyata makannya lebih sedikit daripada pria.


"Tidak, tidak!  Kita harus setara!"


Kokoro-san mendorong sepotong roti daging kukus ke arahku dengan dialog yang membuatnya terdengar lebih seperti seorang alkemis daripada seorang mahasiswi.


"Yah, aku akan mengambilnya kalau begitu....."


Aku memang mengatakan kepadanya bahwa kami harus memiliki hubungan yang setara, jadi aku tidak dapat melanggar janjiku padanya, jadi dia memasukkan roti kukus ke dalam mulutku, ditutupi dengan aroma sisa mahasiswi yang kudapatkan sebagai gantinya.  Menurutku ini menyeramkan.


"Guhuk!"


Aku menggigit roti kukusnya, dan saat aku mulai mengunyah, Kokoro-san memerah dan menyembunyikan mulutnya.


"M-M-Maafkan aku!!!!!  Aku tidak melakukannya dengan sengaja.........!!!!"


"......?"


Aku tidak bisa mengatakan apa-apa karena aku masih mengunyah, tapi aku tidak tahu apa yang membuatnya berkata demikian.


"Aku cuma terbawa suasana......!!!!  Bukan yang lain atau apa.......!!!"


Sebuah kata yang seharusnya tidak keluar dari mulut Kokoro-san sekarang menjadi mosaik karena dia menggigit lidahnya sendiri.  Kebetulan yang bagus.


Mungkin, Kokoro-san takut kalau aku akan mengiranya sebagai gadis nakal karena mencoba membuatku makan roti kukus yang dia makan.


Sejujurnya, aku juga.


"Haha, aku tidak keberatan.  Maaf jika kau tidak menyukainya.  Haruskah aku memuntahkannya?"


Setelah menelan semuanya dan mengosongkan mulut, aku bercanda dengan membuat gerakan menempelkan jari di dalam tenggorokanku.


"M-Maafkan aku karena membiarkanmu mengambil DNA-ku ...... jika kamu benar-benar tidak menyukainya, tolong muntahkan saja.......!  Aku akan mengurus sisanya.......!


"Tidak, tidak!  Aku cuma bercanda!"


Aku tidak akan membiarkan muntahanku mencemari Kobe, kota yang terkenal dengan suasananya yang modis.


Tempat pertama yang harus dimasuki setelah sampai di Umie adalah Nike, toko apparel yang memiliki berbagai macam fasilitas, dekorasi interior, kafe, dan aktivitas luar ruangan tepat di sebelah pintu masuk.


Aku sering membeli furnitur dan pakaian di sini.


Awalnya, aku hanya tahu nama tokonya, tetapi Hikari sangat menyukainya sehingga dia sering datang ke sini bersamaku, dan aku pun ikut ketagihan.  Ah, aku membicarakan tentang Hikari lagi........


"Kakeru-san, bagaimana menurutmu?"


Kokoro-san memakai kacamata kencan dengan bingkai bulat dan menatapku dengan tanda damai di kedua tangannya.


Tunggu, dia memiliki wajah yang sangat kecil dan bagian yang terdefinisi dengan baik, jadi bukan berarti itu tidak terlihat cocok untuknya.   Hanya saja, apa-apaan pose noraknya itu?


Dia berdiri di sana dengan tanda damai ganda, dan wajahnya tersenyum.


"Pfft, hahaha.  Itu terlihat cocok untukmu, cocok sekali, hahaha."




"Kamu tertawa!  Itu terdengar seperti bohong karena kamu mengatakannya dua kali!  Mou!"


Karena malu, dia meletakkan kacamatanya kembali di rak, membalikkan punggungnya dan berjalan pergi.


Dia mungkin tidak ingin aku melihat ekspresinya.  Lucunya.


Setelah mencoba kacamata itu, Kokoro-san terpesona oleh ornamen misterius gorila, dan aku melakukan yang terbaik untuk menghentikannya.  Karena aku yakin dia pasti akan bertanya-tanya nanti mengapa dia membelinya.


Selanjutnya, kami pergi ke game center.


Kami pergi ke sana secara kebetulan, atau lebih tepatnya, kami baru saja menemukannya dan memasukinya.


Ada banyak crane game di sana, dan Kokoro-san hanya menatap salah satunya dengan ekspresi datar.


"Apakah kau menginginkannya?"


"Ah, tidak......."


Aku penasaran dengan jawaban singkatnya dan melihat ke arah kotak yang dia lihat, di dalamnya terdapat boneka kucing besar.


Seperti yang kuduga, Kokoro-san juga seorang perempuan.


Tapi aku bertanya-tanya bagaimana jadinya jika seorang mahasiswi menginginkan boneka binatang?


"Baiklah, aku akan mengambilkannya untukmu."


"Eh...."


Persis seperti dugaanku.


Ketika aku mengatakan aku akan mengambilkannya, ekspresinya menjadi cerah.


Lagi pula, itu boneka binatang yang bagus, bukan?  Itu sangat feminin.


Ketika aku memberi tahu Hikari bahwa aku akan mengambilkan boneka binatangnya dari crane game di masa lalu, dia akan berkata,


"Oh, jangan.  Aku tidak bisa memakannya.  Aku mau yang lain!"


Aku sangat berharap jika dia bisa belajar dari Kokoro-san.


Dan untuk kesekian kali, aku memasukkan 100 yen.


"Kakeru-san, lihat, menyerah saja sekarang, ya.......?"


"Tidak, itu benar-benar tidak keren ...... jangan pikirkan ....... isi ......."


Pada akhirnya, setelah sekitar 30 upaya, di mana tidak ada tanda-tanda untuk mendapatkannya sama sekali, aku pun pada akhirnya hanya mendapatkan hasil yang tidak keren.


Aku ingat saat waktu itu juga, aku tidak berhasil mendapatkannya.


--- "Biarkan aku mencobanya."


Ketika Hikari melakukannya, dia langsung mendapatkannya dalam sekali percobaan.


"Maaf ...... karena mengatakan aku akan mengambilkannya untukmu."


"Tidak, tidak apa-apa.  Aku benar-benar tidak menginginkan boneka binatang yang jelek......"


Hasil yang buruk membuat Kokoro-san......


"Namun, ketika kamu mengatakan kamu akan mengambilkannya, aku sangat senang."


"Eh?"


"Situasi semacam ini sering terjadi dalam drama.  Aku senang Kakeru-san mau melakukan yang terbaik untukku."


Jadi, alasan mengapa wajahmu berseri-seri tadi adalah karena kau tergerak oleh kenyataan bahwa kau bisa mendapatkan pengalaman yang sama seperti di manga dan drama?


"Seharusnya aku bisa mendapatkannya, tetapi aku malah gagal.  Aku mungkin secara tidak sadar mampu mendeteksi perasaan sebenarnya Kokoro-san dan mengambil jalan pintas."


"Ah, benarkah?"


"Iya."


Kami meninggalkan arcade dan berkeliaran di sekitar Umie.


Ada banyak toko pakaian di Umie, dan aku mengajak Kokoro-san, yang katanya biasanya tidak datang ke sini untuk berbelanja, denganku ke berbagai toko.


Meskipun dia biasanya tidak datang ke sini, tapi dia berpakaian dengan modis dan tampaknya menikmati fashion.


"Kau biasanya beli baju di mana?"


"Aku biasanya hanya menggunakan pesanan pos.  Aku tidak pernah berbelanja langsung, atau lebih tepatnya, aku tidak bisa......."


Aku pergi ke toko yang menjual pakaian pria dan wanita, dan sambil melihat pakaian wanita, aku mencoba menemukan sesuatu yang akan terlihat cocok dengan Kokoro-san.


Ketika aku melihat ke arah Kokoro-san, dia sedang berjalan sambil menunduk.


"Hei, itu berbahaya.  Ayo, kita berjalan berdampingan."


"Tidak, tidak, tapi......!"


Dia jelas bertingkah aneh sejak tadi.


Dia bisa mengucapkan bahasa Jepang dengan normal, jadi komunikasi bukanlah masalah, tetapi sulit jika dia berjalan seperti itu.


"Apakah kalian sedang mencari sesuatu?"


Seseorang mendekatiku di toko pakaian yang mengeluarkan suara bernada "So".


Sebenarnya ada satu.


"Awawa ...... ini adalah akhir dunia. ......"


Sambil melindungi Kokoro-san, yang pusing karena melihat pegawai toko, aku berpikir dalam hatiku bahwa ini berlebihan.


"Tidak, aku tidak mencari sesuatu yang spesial......."


"Oh, begitu...!  Bagaimana dengan kardigan ini?  Jika anda mencari pakaian luar yang ringan untuk musim semi, saya merekomendasikan warna yang trendi ini!"


"Hee~"


"Dua potong ini terlihat cocok untuknya, bukankah begitu?"


"Kya!"


"Ah, maaf.  Apakah saya melakukan kesalahan?"


"Tidak, tidak, tidak apa-apa.  A-Aku..."


Melihat gestur Kokoro-san setelah pegawai datang, aku menyadari sekali lagi bahwa dia sangat pemalu.


Dia tampak modis dan menyukai mode, tetapi aku bertanya-tanya mengapa dia tidak datang ke toko apparel dan malah berbelanja melalui pesanan pos?


"Yah, saya minta maaf, saya akan kembali nanti."


Pegawai toko menundukkan kepalanya sampai akhir, meskipun kami tidak membeli apa pun, dan dia akhirnya menjauh dari kami.


Sampai pegawai itu benar-benar hilang dari pandangan, Kokoro-san, yang lebih padat dari biasanya, sedikit gemetar.


"Maaf, aku tidak cukup peka."


Aku minta maaf atas kurangnya pertimbanganku, tetapi aku menyimpulkan bahwa penjelasan mungkin tidak diperlukan.


"Tidak, ini salahku karena pemalu.  .......Tapi tetap saja, toko pakaian dan salon kecantikan adalah satu-satunya yang selalu aku takuti......"


"Kedua pegawai di kedua tempat itu memang banyak bicara."


"Pegawai di toko pakaian sangat misterius sehingga bahkan jika aku tidak menunjukkan tanda-tanda kehadiranku, mereka akan tetap menemukanku dengan indra keenam mereka, sedangkan di salon kecantikan mereka akan mengikatku ke kursi sehingga aku tidak dapat melarikan diri, dan kemudian mereka menanyakan kehidupan pribadiku secara mendetail, lalu mengupas kuku satu per satu.  ......Itu sangat menakutkan......"


Bagiku, itu hanya tempat untuk potong rambut, tapi untuk Kokoro-san, itu adalah tempat penyiksaan.  Rasa malu adalah hal yang mengerikan.


"Kau pasti lelah, ayo beli Starbucks dan istirahat di bangku di tepi laut."


Wajah Kokoro-san berseri-seri saat dia mendengar saranku.


Itu adalah reaksi yang kuharapkan.


Taman Meriken dapat dicapai dengan berjalan kaki singkat dari Umie.


Tidak ada yang istimewa tentang itu, hanya sebuah alun-alun dengan pemandangan laut.  Biasanya ini adalah tempat di mana mahasiswa sedang bermain skateboard atau ngedance.


Aku membeli minuman di Starbucks di Meriken Park dan beristirahat di bangku taman.


Mungkin situasi seperti ini yang Kokoro-san impikan dalam drama TV atau manga.


Taman Meriken adalah tempat suci bagi pasangan.  Kupikir Kokoro-san akan rentan terhadap kata-kata sederhana seperti itu.


Di malam hari, pemandangan malam kota pelabuhan Kobe dan Menara Pelabuhan yang diterangi sangat indah, dan itu terkenal di benakku sebagai tempat di mana para gadis ingin mengaku.


Itu hanya pendapatku, sih.


Di sisi lain, siang hari memiliki kelebihannya tersendiri.


Kau dapat melihat ke lautan luas atau naik perahu.


Aku memesan Soy Latte, dan Kokoro-san memesan Matcha Frappochino, tetapi dia mengatakan sesuatu yang berbahaya seperti, "M-Macho's flat-handed hotchino, tolong!" jadi aku menerjemahkan untuknya.


"Aku selalu mengagumi Starbucks, tapi aku tidak pernah tahu itu adalah tempat yang pengap dan stylish......."


"Itu agak menegangkan untuk pertama kalinya, bukan?"


"Kakeru-san, kamu sudah terbiasa dalam penyesuaiannya ...... luar biasa ......"


"Aku juga bilang ukuran tar pada awalnya."


"Oh!  Aku berjanji untuk tidak mengulanginya lagi!"


"Hahaha!"


Ini adalah kejadian umum bahwa ketika memilih ukuran, beberapa mahasiswi tidak bisa membaca ukuran toll dan akhirnya mengatakan ukuran tar, tapi sangat jarang menemukan mahasiswi yang tidak bisa membacanya.


"Terima kasih karena tidak hanya mengajakku kencan hari ini untuk membantuku mengatasi rasa maluku, tetapi juga karena membiarkanku melakukan banyak hal yang selalu ingin kulakukan."


"Tidak, tidak, aku juga bersenang-senang hari ini."


Dengan meletakkan minuman di pangkuannya, matanya berbinar saat dia melihat ke laut, yang memantulkan ombak.


"Aku masih gugup saat bersamamu, Kakeru-san, tapi aku merasa betah......."


Rambutnya bergoyang tertiup angin, dan profilnya yang cantik menghadap ke arahku.


"Apakah kamu ingin ........... berkencan denganku lagi?"


Aku merasa gugup ketika mendengar kata "kencan" yang keluar dari mulut Kokoro-san, yang ia hindari karena malu.


"Ya, jika kau tidak keberatan.  Mari kita atasi rasa malumu pada tingkat ini."


Ini adalah hari yang sangat baik.


Kupikir ini adalah pengalaman kencan pertamaku yang memuaskan dalam waktu yang lama.


Tetapi pada saat yang sama, aku juga marah pada diriku sendiri karena mengingat Hikari pada saat seperti ini.


Previous Chapter | 


TONTON JUGA VIDEOKU DIBAWAH INI YA!!!!!!!



Post a Comment

Post a Comment