NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Kioku Soushitsu no Ore ni wa, Sannin Kanojo ga Iru Rashii - Volume 1 - Chapter 5.2 [IND]

 


Translator: Nakama

Editor: Rion

Chapter 5 - Arisugawa, Duduk di sampingku (part 2)



 Pertanyaan itu membuat Arisugawa terkejut.


"Yeah, aku menyukaimu. Apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya sepenuhnya?"

"Yah... Aku tidak tahu..."

Tidak dapat menemukan jawaban yang jelas, aku berpikir, dan Arisugawa miringkan kepalanya.


"Apakah kita harus melakukannya? ....sesuatu yang nakal?"

"Bodoh, hentikan leluconmu!"

"Ini bukan lelucon. Kita punya hubungan, bukan?"

Arisugawa mengangkat sudut mulutnya dan terus menatapku. 

Rambut hitam abunya berayun, mengungkapkan telinganya. Mata besar itu menatap mataku, memberiku perasaan seakan-akan ditarik ke dunianya.


"A-apakah kita... pernah melakukan hal itu sebelumnya?"

"Apa atinya buatmu?"

"Eh... baiklah..."

Memahami jawaban yang tidak jelas Arisugawa membentuk seringai dengan bibirnya.

"Belum. Itu sebabnya aku pikir ini adalah cara untuk membuatmu percaya."

Jadi aku tidak melakukan apa-apa dengannya sebelumnya. 

Sebenarnya, aku merasa sangat lega, tetapi itu tak ada hubungannya dengan perasaanku yang sekarang.


"...M-mengatakan sesuatu seperti itu... Tapi..."

Saat aku terbata-bata dengan kata-kata, Arisugawa melanjutkan.

"Kalau begitu, kita akan tahu dengan pasti jika kita melakukannya. Tapi aku tidak bisa mengatakan itu dengan pasti."

Arisugawa menambahkan dengan berbisik, "Aku harap itu terjadi," sambil mengamati reaksiku. 

Bulu mata panjangnya bergetar karena dipenuhi pemikiran.


"Bukankah kamu seharusnya takut mengatakannya hal itu dengan mudah?"

"Tidak, cinta mengatasi segalanya."

Aku mengatupkan mulutku. Aku tahu itu salah, tapi aku menyadari bahwa aku sendiri sedang memerah.

"Hehe, kamu lucu."

"Tolong jangan lihat aku seperti itu." 

Aku tidak tahan bertemu tatapan Arisugawa lebih lama lagi dan beralih fokus pada kotak bento di hadapanku.

Aku tidak tahu apakah aku benar-benar menyukainya pada titik ini. Tapi aku memiliki kesadaran yang jelas bahwa aku sedang diberi tahu sesuatu yang membuatku bahagia.


"Hei, pada awalnya bagaimana bisa k-kamu menyukaiku?"

"Oh, apa ini kamu malu-malu? Tampaknya kamu benar-benar malu ya."

Arisugawa tertawa kecil dan kemudian mengalihkan pandangannya ke langit yang cerah.

"Aku selalu bertanya-tanya apakah aku tidak tampak menarik bagimu."

"...Apakah kamu menyukaiku karena aku tampak tidak tertarik padamu?"

Baru saja, aku membentuk kesan bahwa Arisugawa tidak tampak tertarik pada orang lain.

Aku merasa seperti tanggapannya akan datang, jadi aku mendengarkan dengan penuh perhatian.

Arisugawa menganggukkan kepala dengan ringan.


"Yeah, benar. Kamu tahu, aku termasuk salah satu dari tiga faksi besar. Aku cukup terkenal di masyarakat. Aku dikelilingi oleh orang-orang yang entah menyukaiku atau hanya berniat buruk padaku. Hampir tidak ada orang yang tidak tertarik padaku."

Arisugawa berbicara tanpa rasa malu, merangkai kata-katanya seolah-olah dia sedang menyanyikan sebuah lagu.

"Orang-orang melihatku dengan aneh, tapi mereka memperlakukanku dengan hormat. Tapi kamu, kamu memperlakukan aku dengan cara yang cukup berbeda. Rasanya menyenangkan."

"Huh, itu alasan yang aneh... Apa memang begitu cara cinta bekerja?"

"Hehe, begitulah cara kerjanya."

Arisugawa, untuk pertama kalinya, menunjukkan senyuman yang sedikit malu-malu dan melanjutkan makannya.

Aku mengikuti dan menggigit ayam goreng yang dia berikan. Saat daging itu meleleh di mulutku, aku merasakan rasa yang luar biasa.


Matahari bersinar cerah.

Angin musim semi yang lembut berhembus sebagai respons terhadap perasaan hangat di dada, dan momen-momen damai pun berlalu.

Tampaknya, orang-orang sangat tertarik kepada Arisugawa. Dan sepertinya, aku dulu adalah kebalikan dari itu semua.

Sambil mengenang diriku sendiri sebelum kehilangan ingatanku, aku selesai makan sekitar setengah bento.

Saat mengangkat pandangan dari kotak makan yang sepi, aku melirik ke samping.

Arisugawa membalas pandanganku, dan tubuhku menjadi kaku.

Mencoba menyembunyikan rasa gugupku, aku bertanya tentang sesuatu yang telah ada di pikiranku.


"Hei, bicara soal itu, kamu menyebutkan tiga faksi besar. Apa maksudnya itu?"

Ketika aku melihat frase itu sejenak di ruang rumah sakit, aku tidak terlalu memperhatikannya, tetapi menurut Asuka, ada faksi dalam hubungan antara orang-orang di sekolah ini.

Dengan menyebut tiga besar, sepertinya ada persaingan kekuatan. Aku ingin tahu lebih banyak tentang itu dari perempuan yang menyebut dirinya sebagai salah satu dari tiga besar tersebut.


"Hanya karena mereka disebut faksi belum tentu berarti ada konflik, jadi tidak ada banyak yang perlu dijelaskan, sepertinya."

"Oh, begitu ya? Itu lega. Jika semuanya berantakan dan hanya tentang pertempuran, aku tidak tahu harus berbuat apa!"

"Ini bukan sekolah preman, tahu."

Arisugawa melebarkan pipinya dan dengan cepat selesai makan udang.

Sambil memperhatikannya, aku memutuskan untuk bertanya lagi. Tidak sulit untuk membayangkan bahwa Arisugawa terkenal di sekolah, tapi frasa "terkenal di masyarakat" tadi menarik perhatianku.


"Bisakah aku bertanya satu hal lagi?"

"Silahkan."

"Arisugawa, apakah kamu seorang selebriti?"

Arisugawa, yang tidak menunjukkan ketidakpuasan atas pertanyaan berturut-turut, membulatkan matanya. Setelah menelan apa yang sedang dikunyahnya, dia spontan berteriak.

"Apa? Kamu baru sadar sekarang? Bukankah aku sudah memberitahumu?"

"T-Tidak, kamu tidak pernah bilang. Tapi menjadi orang terkenal, memberikan kesan dikenal oleh masyarakat, bukan?"

Ketika aku bertanya, Arisugawa menunjuk kantongnya sendiri. Tidak yakin dengan niatnya, dia berkata dengan tegas, "Ambilkan ponselku."


"Tidak, kamu bisa melakukannya sendiri."

"Tanganku sedang penuh. Lihat, aku memegang sumpit dan bento."

Arisugawa melakukan demonstrasi dengan kedua tangannya.

Aku ingin memberi tahu dia untuk meletakkannya di pahanya saja, tapi aku merasa seperti ada respons yang sudah dipersiapkan juga untuk itu.

Dengan enggan, aku mengulurkan tanganku. Aku bilang dengan enggan, oke?


"Pe-Permisi..."

"Kyaa, nakal sekali."

"Respons ala era Showa ya?"

"Bukankah kulitku bagus banget?"

"Jangan bicara begitu tentang dirimu sendiri!"

Memang, kulitnya tampak memantulkan seluruh sinar matahari. Tidak ada cela yang terlihat di kulit yang terpapar matahari, dan aku bisa menebak bahwa dia selalu merawatnya dengan baik.

Namun, itu tidak terlalu penting sekarang.

"Kamu mau lihat lebih banyak?"

"Aku nggak mau lihat!"

Saat Arisugawa meraih kerahku dengan tangan yang memegang sumpit, aku refleks menundukkan kepala. Kemudian, aku mengacau di saku bajunya dan akhirnya berhasil mengambil smartphone-nya. 

Casing telepon itu memiliki logo merek yang mencolok terukir di atasnya. Tanganku gemetar, dan aku merasa seperti itu akan hancur jika aku menjatuhkannya di tangga.


"Kodenya adalah 3154." katanya dengan santai.

"Meskipun kamu seorang selebriti, kamu mengatakannya dengan begitu santai..."

"Ya, kamu pacarku, jadi tidak masalah. Ayo, cepat buka dan lihat. Buka Instagram dan periksa profilku."

"Tunggu sebentar, Instagram..."


『Saki Arisugawa』

『Mengikuti 205, Pengikut 245.605』


"...Huh!? 245.000!? I-Ini tidak mungkin... Ini tidak mungkin!?"

"Menakjubkan, kan? Itu sesuai yang diharapkan dari seorang model terkenal."

"Ini tidak masuk akal. Apa sih jumlah pengikutnya!? Kamu luar biasa terkenal!"

Aku akhirnya menyadari betapa besarnya orang yang duduk di sebelahku dan gemetar dari lubuk hatiku. Arisugawa melepas pelan-pelan senyumnya, tampaknya puas dengan reaksiku.

"Ya, bukan? Ini sangat mengejutkan bahwa seseorang seperti kamu, yang dengan anehnya tidak luluh padaku."

"Memang cukup mengejutkan... Tapi, bukankah kita mulai berkencan karena aku luluh pada kamu?"

"Tidak, aku memaksamu menjadi pacarku."

"I-Itu omong kosong... Tapi, baiklah, jika begitu, kamu memang orang yang keras kepala."

Apakah mungkin bagi seorang pria seusiaku untuk tidak luluh pada Arisugawa? Padahal diriku yang saat ini pun kagum dan takjub padanya.

"Apakah ini karena Asuka yang membuat semuanya menjadi seperti itu?"

Ketika aku dengan jujur mengungkapkan pikiranku, Arisugawa menggembungkan pipinya.

"Ah, kamu menyebutkan nama gadis lain. Betapa tidak sopannya dari kamu, dasar pria yang tidak peka."

"Tapi, ..."

--Tunggu, bukankah Arisugawa yang menghentikanku untuk putus sejak awal?

Aku hampir saja berkata begitu tapi aku menghentikannya. Jika kita berbicara tentang "dari awal," maka semua tanggung jawab jatuh pada diriku yang dulu.


"Maafkan, aku akan lebih berhati-hati."

"Kamu tahu? Aku bisa menebak apa yang sedang kamu pikirkan lho~"

"Hah?"

"Dia yang menghentikan kita untuk putus. Tapi, jika diriku yang dulu tidak terlibat dengan beberapa orang... Baiklah, biarkan saja. Mari kita minta maaf dan menjaga hubungan yang baik dengan kita bertiga. Dan mari kita nikmati bagian yang baik sampai ingatanku kembali, atau lebih tepatnya, mari kita nikmati semuanya! ...Itu yang kamu pikirkan, kan?"

"Setengah bagian kedua berbeda, sama sekali berbeda!"

"Yang berarti setengah bagian pertama benar!"

"Sialan, bodohnya aku!"

Aku menepuk dahiku sendiri.

Aku merasa seperti ingin memukul kepala bodohku dengan smartphone Arisugawa, tapi aku menghentikannya dalam momen pertimbangan. Arisugawa tertawa lagi melihat tindakanku dan melanjutkan berbicara.


"Sebenarnya, aku pikir setengah bagian kedua juga oke. Karena kamu tidak mengingat apa pun sekarang, aku pikir kamu tidak bertanggung jawab atas apapun. Jadi, hanya nikmatilah sepenuhnya."

"Tidak, aku masih memiliki tanggung jawab, meskipun aku tidak memiliki ingatan. Terlepas dari apa yang aku pikirkan, dari sudut pandang mereka di sekitarku..."

"Wow, luar biasa. Terdengar seperti sesuatu yang akan dikatakan oleh Kamen Rider."

"Jangan ejek aku!"

Itu tentu saja ucapan yang akan diucapkan oleh seorang pahlawan, tapi itu memanglah perasaanku yang sebenarnya, jadi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Aku menarik napas dalam-dalam dan berkata pada Arisugawa.


"Alasan kita melanjutkan hubungan ini sekarang adalah untuk mendapatkan kembali ingatanku, kan? Asuka dan Hina... Mereka mungkin juga mengerti akan hal itu."

Jika itu adalah hasil yang memprioritaskan pemulihan ingatanku, itu akan menjadi satu hal, tetapi mereka adalah pacar yang diciptakan oleh diriku di masa lalu.

Setelah mengalihkan pandangannya ke luar sejenak, Arisugawa mengembalikan perhatiannya padaku.

"Apa yang dokter katakan tentang memulihkan ingatanmu? Metodenya atau semacam itu."

Saat dia bertanya dengan suaranya yang menyenangkan, kenangan muncul kembali dalam diriku. 

Selama sesi konseling yang aku jalani beberapa kali sampai aku keluar dari rumah sakit, aku berulang kali dijelaskan tentang hal itu.


"... Untuk memulihkan ingatan, penting untuk berada di lingkungan di mana aku dulu berada. Dan mereka juga mengatakan bahwa melarikan diri itu penting."

"Oh, begitu. Jika kamu melarikan diri dariku, siapa yang tahu apa yang akan terjadi. Berada di lingkungan di mana kamj berada dan bebas dari stres. Itu yang terbaik, bukan? Mari kita bersama selamanya."

"Aku tidak ingin selamanya! Karena, aku hanya biisa melihat masa depan di mana kamu mengendalikanku!"

Saat aku berpaling, Arisugawa menarik telingaku.

"Hehehe."

"A-Apa itu?"

"Tidak, hanya saja... Meskipun ingatanmu sudah hilang, aku masih berpikir kalau kamu tetaplah kamu."

"Apa yang membuatmu berpikir begitu...?"

"Kamu sepertinya tidak tertarik padaku?  Satu-satunya alasan kamu malu adalah karena kamu dirayu oleh orang yang sangat imut sepertiku. Sejujurnya, kamu tidak terlalu tertarik padaku, bukan?"

Nada bicaranya yang cuek membuatku mengedipkan mata tanpa sadar.


"Tidak, itu tidak benar."

"Aku tidak masalah. Aku mendekatimu seperti ini sebelumnya, jadi ini hanya kemundur beberapa langkah saja."

"Hah?"

Aku mengangkat suara heran, dan Arisugawa menjentikkan rambutnya yang bergerak terbawa angin musim semi ke belakang telinganya.


"Bagiku, tidak masalah apakah kamu memiliki ingatanmu atau tidak. Jika aku bisa melanjutkan hubungan denganmu, itu sudah cukup bagiku."

Arisugawa tersenyum sedikit.

"Kita bisa membangun dari sini. Lagipula, kamu tahu, ini menguntungkan, kan? Aku dulu adalah nomor dua. Aku sadar bahwa aku kalah dari Asuka."

"Hanya saja... Aneh bahwa kita berakhir dalam hubungan berdasarkan urutan nomor kedua atau hal-hal seperti itu. Apalagi semua setuju untuk itu."

"Ya. Mungkin kamu merasa merepotkan untuk menolakku? Aku tidak tahu bagaimana kamu meyakinkan Asuka."

Tanpa menunggu tanggapan, Arisugawa mulai menyantap bento-nya.

Tampaknya Arisugawa tidak terlalu mencari tanggapan dariku.

Seharusnya aku berkata sesuatu sebagai tanggapan, tapi aku lebih fokus untuk menyelesaikan bento-ku sendiri.


Aku menyadarinya.

Tidak memberi tanggapan dengan kata-kata saat ini adalah tindakan untuk melarikan diri dari stres. Ini tidak lebih dari sekadar pelarian.

Namun, Arisugawa tidak menunjukkan tanda-tanda menyalahkanku atas hal itu.


Dia melibatkanku dalam ritmenya sendiri, tetapi dia juga menghormati ritmeku.

...Jika ini bukanlah akting, maka aku pasti salah paham tentang Arisugawa.

Meskipun dia terlihat egois, Arisugawa mungkin peduli tentang orang lain.


"Aku lupa untuk menyebutkannya."

Arisugawa dengan santai bergumam.

"Aku akan mendengarkan apa pun yang ingin kamu katakan." tambahannya.

Apa pun....

Biasanya, rentang itu akan berada dalam batas-batas akal sehat, tetapi dengan Arisugawa, dia tampak bersedia mendengarkan bahkan jika itu sangat menyimpang.

Jika begitu, ada satu hal yang tidak bisa dilewatkan dalam kehidupan masa depanku.

Aku mengumpulkan keberanian dan berbicara.


"Yah, lalu, bisakah aku meminta satu hal?"

"Apa itu? Kamu ingin naik tangga kedewasaan bersamaku, pada akhirnya?"

"Tidak, ini... Bisakah kamu memperlakukan aku sebagai teman di sekolah?"

"Menciummu??"

"Telinga macam apa yang kamu punya?!"

"...Huff. Yah, itu membosankan."

Arisugawa menggembungkan bibirnya dengan ketidakpuasan dan menutup tutup kotak bento-nya.


"Yah, jika kamu bersamaku, kurasa kamu akan mendapat berbagai peluang. Apakah kamu akan memanfaatkannya atau menyia-nyiakannya, itu tergantung padamu."


Waktu istirahat makan siang berakhir.

Meninggalkan kata-kata ambigu untukku, yang tak lagi mempunyai ingatan yang lengkap sama sekali.


◇◆



Post a Comment

Post a Comment