NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Tomodachi no Ushiro de Kossori Tewotsunaide - Volume 1 - Chapter 10 [IND]

 


Translator: Aldiwang 

Editor: Aldiwang 

Chapter 10 - Kami Berlima




 Akhir-akhir ini,Nrushima-san selalu membolos kelas renang tambahan.

Tak hanya itu, ketika akumengajaknya bermain bersama semuanya, teleponnya juga tak dijawab olehnya.

Ketika kami ngobrol di grup chat pun, hanya Narrushima-san yang mengabaikannya.

Ketika aku mengiriminya pesan secara pribadi, dia hanya membacanya saja.

Aku tak tahu apa alasannya, tetapi kuyakin dia sedang mencoba menghindari kami.

Hal aneh ini sudah terjadi selama sepekan.

"Hei, Asagiri-san. Apa kau sungguh tak mendengar apapun darinya?"

"Sungguh, aku tak mendengar apapun darinya. Kau juga, kalian kan tinggal bersebelahan. Apa kau tak tahu apa yang terjadi padanya?"

"Akupun tak mengetahui apapun..."

Hari ini adalah hari terakhir kelas renang tambahan.

Penebusan dosa itu akhirnya selesai, dan sekarang kami sedang berkumpul di salahsatu restoran keluarga.

Tapi, Narushima-san tidak disini.

"Apa mungkin Seiran telah melakukan sesuatu padanya?"

Shintarou menatap Seiran dengan pandangan yang ringan sambil menyedot minuman soda yang esnya sudah mulai meleleh.

Sebenarnya aku juga punya sedikit kecurigaan kalau ini ada hubungannya dengar Seiran.

Mungkin saja Narushima-san sudah mengungkapkan perasaannya pada Seiran, dan akhirnya dia mulai menjaga jaraknya dengan kami.

"Nggak. Aku pun tak mengetahui apapun tentang itu."

Tapi sepertinya bukan itu.

Lagipula, sejak awal Narushima-san sudah bilang kalau ia tak akan mengungkapkan perasaannya sebelum rencana melihat kunang-kunang.

"Bagaimana dengan kalian? Bukankah kalian sering bertemu dengannya ketika kelas tambahan? Apakah ketika itu pernah terjadi hal yang aneh pada Narushima-san?"

"Kalau dibilang begitu... Kurasa tidak ada hal aneh yang terjadi."

Shintarou melihat ke arahku, dan akupun mengangguk setuju.

Benar juga sih. Ketika kelas renang, Narushima-san hanya menunjukkan renangnya yang payah pada kami, dan sepertinya tak ada perubahan yang signifikan.

Terakhir kali aku bertemu dengannya kira-kira sepekan yang lalu. Kalau tidak salah itu adalah hari dimana Shintarou ingin konsultasi denganku, namun hari itu pun, Narushima-san masih seperti biasanya.

"Hei... Bagaimana ini..."

Asagiri-san menatap kami dengan wajah yang khawatir.

"Jangan-jangan, besok Yoru juga tidak akan datang..."

Besok adalah hari yang kami tunggu-tunggu untuk melakukan rencana kami.

Kami akan mendaki gunung bersama-sama menggunakan sepeda untuk melihat kunang-kunang.

Awalnya, kami berkumpul di restoran keluarga hari ini untuk rapat akhir sebelum pelaksanaan rencana itu.

Tapi karena tak ada kabar tentang Narushima-san, rapat ini belum ada kemajuan.

"Kalau begini, pokoknya Junya sebagai tetangganya harus menjemputnya entah bagaimana caranya."

Tanpa Seiran memberitahu pun, aku sudah bermaksud seperti itu sejak awal.

Setelah aku berpisah dengan semuanya, aku datang ke apartemen Narushima-san.

Karena aku tak bisa menghubunginya, mau tak mau aku harus mendatangi kediamannya.

Tentu saja kami sudah pernah datang kesana bersama-sama, namun ia selalu tidak ada disana, atau mungkin dia hanya pura-pura tak menjawabnya.Intinya, kami tak bisa bertemu dengannya.

Tapi untuk hari ini, aku tak bisa membiarkannya.

Aku akan berdiri di depan pintu apartemennya hingga ia keluar.

"Narushima-san, apa kau didalam?"

Aku mengetuk pintu sekali. Seperti yang kuduga, tidak ada jawaban.

"Oi, kalau kau didalam, keluarlah, dasar kau jalang berkostum kucing."

Ketukan kedua. Masih tidak ada jawaban.

Apa dia benar-benar tak ada di dalam? 

Mungkin aku bisa mendengar sesuatu jika aku menempelkan telingaku ke pintu.

Namun tepat saat itu, pintu pun terbuka.

"Ada apa, Koga-kun si raja perjaka?"

Narushima-san yang yang muncul saat ini setelah sepekanaku tak melihatnya, dia tak mengenakan pakaian biasa, melainkan pakaian yang keren untuk pergi keluar.

Dia mengenakan kamisol lengan pendek yang membuat dadanya yang gila tercetak dan jeans ketat.

Bentuk pahanya dapat terlihat meski hanya melihat sekilas, dan itu sangat erotis.

Make-up nya terlihat lebih baik daripada yang biasanya ia pakai, dan bau parfumnya tercium sangat semerbak.

Kupikir dia terlihat sangat dewasa hari ini, tapi sekarang akan kukatakan sesuatu yang ingin kutanyakan.

"Apa-apaan kau ini. Memangnya kau pikir, siapa yang bertingkah aneh akhir-akhir ini? Semuanya khawatir kau tahu?"

"Begitukah? Kurasa ini sama seperti biasanya."

Dia menjawabku dengan santainya, sambil kembali mengunci pintunya.

"Biasa darimananya? Belakangan ini kau hanya membaca pesanku, kau juga tak ada di apartemenmu, dan kau selalu membolos kelas tambahan. Lalu pakaianmu hari ini..."

"Maaf, aku sudah terlambat untuk kerja paruh waktu."

Kerja paruh waktu di jam segini?

Ketika aku melihat jam di ponselku, itu sudah menunjukkan pukul 6 sore.

"Kerja paruh waktu yang barusan kau bilang itu, maksudmu kerja di toko buku seperti yang pernah kau katakan sebelumnya bukan?"

Toko buku di sekitar sini biasanya tutup pada jam 9 malam.

Ada juga toko buku yang buka sedikit lebih larut, namun letaknya agak jauh dari sini. Meski begitu, kerja di jam segini itu terdengar agak aneh.

Ketika aku menatapnya dengan curiga, Narushima-san mengatakan ini.

"Aku sudah berhenti dari pekerjaan itu. Yang sekarang ini adalah pekerjaan paruh waktu yang berbeda. Pekerjaan itu lumayan menyibukkan, hingga aku tak bisa membalas pesanmu. Tolong sampaikan maafku pada semuanya."

Dia meninggalkanku, lalu pergi menuju ke tangga keluar.

"Tunggu, tunggu. Kesampingkan dulu hal itu, kau tetap akan ikut besok kan?"

"Besok?"

"Kunang-kunang! Kau sudah janji bukan kalau kita akan melihat kunang-kunang bersama?"

Dia menoleh kebelakang dan berpikir sejenak.

"Ah, maaf. Aku punya jadwal paruh waktu untuk besok, jadi aku tidak ikut."

"...Ha?!"

"Kubilang maaf, jadi kalian pergilah tanpa diriku. Sampai nanti."

"Oi, oi. Tunggu dulu!"

Aku refleks menarik tangan Narushima-san. Entah mengapa, untuk sesaat, dia menampakkan senyum yang terlihat kesepian.

"Kau...untuk besok, betulan hanya kerja paruh waktu kan? Sungguh hanya itu saja kan?"

"...Maaf, aku sudah terlambat."

Dia tidak mengiyakan ataupun menyangkalnya, namun aku tak punya pilihan selain melepaskannya setelah ia bilang begitu.

Tanpa melihat kebelakang, ia menuruni tangga yang pegangannya sudah berkarat itu.

...Sebenarnya, pekerjaan paruh waktu macam apa yang ia lakukan?

Pada hari itu, aku berusaha untuk terus bangun hingga Narushima-san pulang.

Setiap kali aku mengantuk, aku menampar pipiku agar tidak tertidur.

Dari balik tembok yang tipis, aku mendengar suara pintu ruangan sebelah terbuka, pertanda bahwa pemiliknya sudah kembali.

Ketika aku melihat jam, saat itu tanggal sudah berganti, dan waktu menunjukkan lewat tengah malam.

Kemudian di hari rencana melihat kunang-kunang.

Kami berempat tanpa Narushima-san kembali berkumpul di restoran keluarga yang kemarin, dan saat itu waktu masih belum siang.

"Kemarin dia bekerja paruh waktu hingga jam 1 pagi..."

Asagiri-san mengerutkan wajahnya.

Tak hanya Asagiri-san saja. Yang lain juga memberikan reaksi yang sama ketika kubilang begitu.

"Memangnya, anak SMA diizinkan bekerja paruh waktu hingga selarut itu ya?"

Shintarou mengatakan itu tanpa maksud bertanya. Dia hanya bicara seorang diri. Soalnya, kami semua sudah tahu jawabannya.

Namun, Seiran tetap menjawabnya.

"Nggak, pasti nggak boleh. Narushima itu, apa sebegitu sulitnya keuangannya?"

"Biaya sewa apartemennya sangatlah murah, dan untuk biaya hidup, harusnya pekerjaan paruh waktu biasa di siang hari sudah cukup."

Jangan-jangan, Narushima-san melakukan pekerjaan paruh waktu yang tidak-tidak...

Mungkin yang lain memiliki pikiran yang sama denganku. Kesunyian yang berat menghantui di tengah-tengah kami.

Namun, Asagiri-san lah yang pertama kali memecah kesunyian itu.

"Aku tahu rumah orangtua Yoru. Mungkin kita bisa mengetahui sesuatu dari orangtuanya."

Benar juga. Mungkin saja keluarganya tahu pekerjaan paruh waktu macam apa yang ia lakukan, dan jika keluarganya punya informasi tentang itu, aku sangat ingin mendengarnya.

Intinya, kami sangat khawatir padanya... Sebenarnya, apa yang sedang ia lakukan?

"Tapi jika kita seenaknya melakukan itu, bukankah Narushima-san akan marah?"

Shintarou mengatakan itu karena khawatir, namun aku sudah memutuskannya.

Untuk berjaga-jaga, aku menelepon Narushima-san sekali lagi.

Namun karena teleponnya tetap tidak bisa tersambung, akhirnya kami menaiki kereta sesuai arahan dari Narushima-san, dan akhirnya kami tiba di kediaman Narushima-san.

Area perumahan dengan rumah-rumah yang memiliki desain yang sama berjejer disana. Salah satunya adalah kediaman Narushima-san.

Saat itu siang di hari kerja, dan mungkin tidak ada siapa-siapa di rumah.

Aku menekanbel ambil berpikir begitu, kemudian aku mendengar suara langkah kaki berjalan di dalam rumah. Pintu pun terbuka.

"Siapa?"

Seorang wanita berumur 20an mengenakan kamisol hitam muncul disana.

Meski dia tak memakai make-up, dia sangat cantik.

Mungkin ia sedang bersantai di rumah, hingga rambutnya yang panjang berantakan.

Dan juga, tercium bau alkohol yang semerbak. Sepertinya dia sudah minum banyak sepanjang siang ini.

Wajahnyayang cantik, dadanya yang besar, dia sangat mirip seperti Narushima-san.

Ya. Dia pastilah orangnya. Tak salah lagi, ini pasti kakaknya Narushima-san.

"Anu, kami teman sekelasnya Narushima Yoru..."

Aku menjelaskan situasi kami secara sederhana. Agar ini tak terkesan kasar baginya, aku juga memberitahunya tentang rencana kami bermain bersama, dan juga dirinya yang sulit dihubungi belakangan ini.

"Sepertinya, Narushima-san bekerja paruh waktu hingga larut malam, apakah anda tahu sesuatu tentang ini?"

Aku menyimpulkan dengan kalimat itu.

Namun, kakaknya Narushima-san menjawab dengan,

"Aku tidak tahu."

Dengan nada yang seperti ia sama sekali tidak peduli, sambil mencoba menutup pintu.

Tanpa sadar tanganku bergerak untuk menghentikannya.

"Tunggu sebentar! Petunjuk apapun boleh! Seperti, pekerjaan macam apa yang mungkin ia lakukan, atau tempat yang mungkin untuknya bekerja, atau apapun itu, tolong beritahu kami!"

"...Kau ini siapanya Yoru? Pacarnya?"

"Bu-bukan! Aku hanya temannya!"

"Meski hanya teman, tapi kalian sebegitu bingungnya... Sebenarnya, aku agak terkejut karena Yoru punya teman seperti kalian... Aku jadi sedikit lega."

Ketika ia mengatakan itu, aku tertawa kecil.

"Tapi, maaf ya. Aku tidak begitu akrab dengan Yoru, jadi aku benar-benar tak tahu apapun."

Sial. Aku sudah sampai sejauh ini, tapi tetap tak ada hasilnya...

Ketika kakaknya Narushima-san melihatku kecewa, ia menghela nafas kemudian melanjutkan kalimatnya.

"Namun ketika ia masih SMP, dia sering pergi ke livehouse dan klub malam, mungkin saja belakangan ini dia selalu menghabiskan waktunya disana."

.................................................

Kami duduk di bangku yang ada di sebuah taman bermain anak-anak dalam area perumahan tersebut.

"...Sungguh, aku sangat terkejut."

Shintarou sudah menggumamkan hal itu berkali-kali sejak tadi.

Sepertinya ia sangat syok ketika mendengar Narushima-san yang sering pergi ke livehouse sejak ia masih SMP.

Yahh, bagi seseorang yang hanya mengetahui sisi Narushima-san yang pendiam, tak aneh jika dia terkejut.

"Kurasa tak ada masalah kalau ia hanya sering pergi ke livehouse. Seiran-kun juga pernah bilang kan kalau ada tempat seperti itu dan bisa dimasuki tanpa batasan umur? Lagipula, Yoru juga menyukai musik."

Meski Asagiri-san bilang begitu, Shintarou terus memegangi kepalanya sambil berjongkok.

"Itu...bukanlah dunia yang kuketahui."

"Ada juga tempat seperti itu yang yang mengadakan acara semacam menyanyikan lagu anime. Mau coba kesana kapan-kapan?"

Seiran yang sedang memainkan ponselnya agak jauh dari sini tertawa.

"Nggak usah. Sepertinya menakutkan."

"Hei Seiran, bagaimana perasaanmu ketika mengetahui hal itu?"

Seiran sedang berkomunikasi dengan paman kerabatnya sejak tadi.

Sepertinya paman itu adalah seseorang yang mengajarinya tentang musik, dan hampir setiapmalam, ia selalu pergi ke livehouse atau cafe musik.

Jadi ia mengirimkan foto kami bersama pada pamannya, dan bertanya jika ia pernah melihat Narushima-san di suatu tempat.

"Tunggulah sebentar. Dia baru saja membaca pesanku... Ah, ini dia, ketemu."

Sepertinya paman itu sudah membalas pesannya.

"Hmm... Sepertinya Narushima-san bekerja paruh waktu di sebuah klub malam bernama "Eden". Pamanku pernah pergi kesana dan melihat Narushima-san disana. Dia bilang Narushima-san tidak terlihat seperti murid SMA."

Aku juga melihat Narushima-san dengan dandanan yang dewasa kemarin malam.

Memang benar, siapapun tidak akan menduga kalau sebenarnya ia adalah murid kelas 1 SMA.

"Apa klub itu berbeda dengan livehouse?"

Shintarou bertanya pada seiran.

"Bedanya hanya isinya saja. Yang satunya menyediakan live band dan yang satunya DJ. Selain itu, keduanya hampir sama. Namum tempat bernama Eden itu memang tidak ada batasan umur untuk memasukinya. Mereka juga mengadakan acara harian, namun tetap saja, mereka tidak mengizinkan anak SMA untuk bekerja paruh waktu disana. Aku pernah tertarik dengan ini, jadi aku pernah mencaritahu tentang ini."

Untuk sekarang, sepertinya aku bisa sedikit tenang karena sepertinya tempat itu tidak seburuk yang kubayangkan.

"Tapi, kenapa Narushima-san bekerja di tempat seperti itu?"

Aku menghela nafas, lalu Seiran menggelengkan kepalanya.

"Entahlah. Mungkin karena bayarannya lebih tinggi dibandiingkan tempat lain?"

"Omong-omong, tempat itu buka hari ini."

Seiran mengatakan sambil melakukan pencarian di ponselnya.

"Etto...ah, hari ini ada event musik rock, dan acaranya jam 7 malam."

Kalau begitu, jika Narushima-san masuk kerja pada saat itu, apa melihat kunang-kunang hari ini harus dibatalkan?

"Jadi bagaimana? Kita juga tidak tahu tempat dimana Yoru bekerja, apa yang akan kita lakukan? Apa melihat kunang-kunangnya mau diundur lagi?"

Asagiri-san menatap kami semua, lalu Seiran menjawabnya.

"Tapi, kapn lagi semuanya bisa pergi keluar di malam hari? Kalau terlalu lama, mungkin kunang-kunangnya sudah tidak lagi terlihat. Soalnya hari ini pun sudah termasuk mepet."

Lagipula meski kita mengganti harinya, kupikir Narushima-san tetap tak akan datang. Soalnya dia selalu beralasan, dan jelas sekali bahwa dia sedang menghindari kami.

"Kalau begitu, gimana dong... Ini sudah jam 4."

Shintarou yang duduk di sebelah Asagiri-san mengecek ponselnya dengan geram.

"Kalau kita ingin melihat kunang-kunang, bukankah kita harus segera bersiap? Aku juga harus pulang untuk mengambil sepeda. Bagaimana Junya? Apa kita pergi tanpanya?"

Aku masih belum bisa memahami alasannya mengambil perkerjaan paruh waktu seperti ini. Aku juga tak memahami alasan mengapa ia menghindari kami.

Jika dia memang sedang ada pekerjaan, maka mau bagaimana lagi.

Tapi, aku melihatnya.

Kemarin ketika dia menolak ajakanku melihat kunang-kunang, dia memperlihatkan wajahnya yang kesepian walau hanya sesaat.

Tak salah lagi, Narushima-san pasti ingin melihat kunang-kunang bersama semuanya.

Tapi tiba-tiba, entah mengapa dia mengambil pekerjaan paruh waktu di sebuah klub, hingga ia tak bisa pergi.

Meski ini egois dan kekanak-kanakan, aku tetap ingin membawanya, meski harus memaksanya.

Karena itu, aku mengatakan ini tanpa berpikir.

"Nggak. Kita akan pergi berlima."

Saat itu, kurasa diriku sangatlah kekanak-kanakan karena tidak bisa menghargai keinginan Narushima-san.

Tapi,

Jika dia terpaksa melakukan pekerjaan yang tak seharusnya ia lakukan,

Dan sebgai hasilnya, ia tak bisa melihat kembang api bersama kami,

Maka aku tak masalah jika harus menjadi anak-anak.




Post a Comment

Post a Comment