NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Tomodachi no Ushiro de Kossori Tewotsunaide - Volume 1 - Chapter 9 [IND]

 


Translator: Aldiwang 

Editor: Aldiwang 

Chapter 9 - Saudara



 Keluargaku adalah keluarga dengan orangtua tunggal.

Keluargaku terdiri dari aku, ayahku, dan kakakku yang umurnya berbeda 9 tahun denganku.

Dulu aku sangat pendiam dan pemalu, bahkan sama sekali tak ada yang mengajakku bicara ketika aku SD dulu.

Tapi aku tak pernah berpikir kalau aku kesepian. Kakakku selalu mengisi lubang kesepianku itu.

Kakakku yang umurnya 9 tahun lebih tua dariku itu adalah ibu bagiku.

Dia selalu memasak dan mencuci pakaian, menggantikan ayahku yang selalu pulang terlambat.

Dan yang terpenting, dia selalu bermain denganku.

Ketika aku kelas satu, dia datang menggantikan ayahku untuk bersorak menyemangatiku.

"Yoruu──Onee-chan datang mengunjungimu lho... Berjuanglah!!"

Sorakannya saat itu sangat membuatku malu.

Ketika aku sedang demam ketika kelas 2 SD, dia menyelinap ke kamarku.

"Ada mitos bahwa demam dapat disembuhkan dengan mentransfernya ke orang lain. Tentu saja belum ada pembuktian medis tentang ini, tapi agar Yoru cepat sembuh, transfer saja demammu padaku, oke?"

Lalu dia terus berada dalam futon yang sama denganku sambil terus mengelus kepalaku hingga aku tertidur.

Dia sangat baik hati dan perhatian, seorang sosok kakak yang sangat keren dan kubanggakan.

Dia adalah sosok kakak yang sangat kucintai, dan kami sangatlah akrab.

Namun ketika aku kelas 3 SD, kakakku berada di kelas 3 SMA dan dia sedang bersiap untuk ujian masuk universitas.

"Maaf, Yoru. Kali ini bisakah kau main sendiri saja? Aku akan meminjamkanmu game."

Jika begini, aku jadi tak punya banyak waktu bermain dengannya.

Akhirnya aku lebih sering menghabiskan waktuku sendirian, entah di sekolah ataupun di rumah.

Karena khawatir denganku, suatu hari ayahku membawakan seorang guru privat untukku.

Namun daripada sebagai guru privat, lebih tepat bila disebut sebagai teman bermainku.

Dia adalah seorang mahasiswa yang tinggal di perumahan yang sama denganku, dan merupakan anak tertua dari sebuah keluarga yang memiliki kedekatan dengan keluarga kami.

Namanya adalah Toshi Yuki-san.

Sejak dulu aku mengenalnya sebagai kakak tetangga.

Aku memanggilnya "Toshiyuki-niichan", tapi sepertinya ketika aku masih kecil dan belum terlalu fasih berbicara, aku memanggilnya dengan "Totchi-niichan".

Namun akhirnya aku terus memanggilnya dengan "Totchi-niichan" meski aku sudah semakin besar, dan kakakku juga memanggilnya begitu karena itu terdengar menarik.

"Mulai hari ini, aku yang akan merawat Yoru-chan menggantikan kakak dan ayahmu. Aku juga akan mengajarimu belajar, tapi yahh, kurasa tak masalah jika kakak tetangga sering bermain kemari."

Seperti yang ia katakan, Totchi-niichan sering bermain bersamaku, menggantikan ayah dan kakakku.

Kami bermain kartu dan sugoroku bersama.

(T/N : Sugoroku (すごろく) adalah salahsatu permainan papan untuk anak-anak)

Dia juga menemaniku bermain rumah-rumahan, dan dia juga sering bermain game denganku.

Terkadang dia juga memaksaku untuk belajar, tapi aku tak membencinya sama sekali.

Karena Totchi-niichan sudah seperti keluarga bagiku,

"...Aku jadi merasa tak enak karena membuat Totchi-niichan mengurus Yoru sendirian."

"Kalau begitu, ayolah ikut main. Kita akan main bertiga. Apa tidak bisa?"

"Tentu aku juga ingin bermain dengan Yoru, tetapi... Yahh, tak apalah. Tapi sebentar saja ya."

"Yaay!"

Kakakku yang tengah belajar untuk ujian masuk akhirnya ikut bermain denganku sebisanya.

"──Lalu Seirei-san dan teman-temannya kembali ke bumi, dan mereka hidup bahagia..."

"Totchi-niichan, Yoru sudah besar lho. Jika kau membacakan buku bergambar seperti anak kecil..."

"Eh, begitukah? Apa kau bosan, Yoru-chan?"

"Nggak. Aku sangat menikmatinya kok. Seirei-san dan kawan-kawannya sangat hebat ya. Aku ingin coba menemuinya."

Aku, Totchi-niichan, dan kakakku.

Waktu yang kami habiskan terasa sangat menyenangkan, lebih menyenangkan dari apapun.

Kupikir ini akan berlanjut hingga seterusnya.

Meskipun aku tak punya teman yang seumuran, aku sama sekali tak memperdulikannya.

Ketika aku di sekolah pun, aku selalu berpikir untuk cepat pulang agar aku bisa bermain dengan kakakku dan Totchi-niichan.

Waktu pun berlalu, dan sekarang aku berada di kelas 5 SD.

Di saat itu, mulai banyak teman-teman sekelasku mengajakku bicara.

Aku diminta untuk bergabung ke salah satu kelompok para cewek, tapi aku masihlah pendiam seperti dulu, dan aku hanya selalu tertawa pelan di sudut kelompok.

Ketika aku terpojok, aku mencoba untuk membalas obrolan mereka, dan disinilah aku menyadari ada sedikit masalah.

"Eh, anime apa itu?"

"I-itu...anime lama yang tayang tengah malam. Itu anime tentang dunia lain yang populer saat itu."

"Channel Shizu-nyan? Channel apa itu?"

"Ah, anu...mereka adalah distributor yang biasa melakukan livestream. Kadang-kadang mereka juga menyiarkan permainan game Hack and Slash."

Aku tak bisa mengikuti obrolan para gadis di kelasku.

Itu wajar saja.

Aku hanya bergaul dengan kakakku yang 9 tahun lebih tua dariku dan Totchi-nii yang 10 tahun lebih tua dariku.

Kakakku adalah seorang mahasiswi tahun kedua, sedangkan Totchi-niichan adalah mahasiswa tahun ketiga.

Entah sejak kapan, daripada dibilang mereka yang selalu kujak bermain, lebih tepat jika dibilang kalau aku yang sering diajak oleh mereka untuk bermain.

Dan kurasa itu sama sekali bukan masalah. Malahan aku menikmatinya.

Menonton anime dan film bersama dua orang dewasa, kurasa itu keren dan menarik, juga sangat menyenangkan.

Namun disisi lain, anime dan film yang disukai oleh gadis-gadis seumuranku terdengar sangat kekanak-kanakan.

Aku pernah coba menonton salah satu rekomendasi dari mereka, tapi aku tak merasa tertarik.

Ketika istirahat, mereka mengajakku bermain dodgeball dan iblis-iblisan, tetapi itu tak terasa menyenangkan bagiku.

Daripada itu, ketika aku pergi bersama kakakku untuk latihan gitar dan bass yang sedang digemari kakakku baru-baru ini, menurutku itu jauh lebih menyenangkan.

Aku lebih tertarik ketika mereka membicarakan tentang efek dan amp, dan juga ketika mereka membawaku ke tempat bilyar.

Karena itulah meski aku berada dalam suatu kelompok di sekolah, namun hatiku tetaplah terkurung.

Lalu pada suatu hari, seperti biasanya aku pulang cepat untuk bermain bersama kakakku dan Totchi-niichan.

Totchi-niichan tidak datang ke rumahku setiap hari. Kira-kira empat kali dalam seminggu.

Tapi karena kami tinggal satu perumahan, aku selalu merasa kalau dia akan mampir ke rumahku ketika ia pulang dari kampus.

Atau jika tidak, aku biasanya akan bermain bersama kakakku.

"Kak, bisa nggak ajarin aku cara menggunakan alat pemanjang bulu mata ini?"

"Aku lagi sibuk. Lain kali saja ya."

Entah mengapa, kakakku mulai bersikap dingin padaku.

Dia hanya bicara sedikit ketika aku mengajaknya ngobrol, dan ketika aku mengajaknya bermain, dia selalu menolak dan mengatakan "Lain kali saja".

Sosok kakak yang peduli padaku hanya kulihat ketika kami sedang bersama Totchi-niichan.

Namun ketika Totchi-niichan datang kerumah, tanpa perlu aku mengajaknya pun dia akan bergabung kesini, lalu kami akan bermain akrab bersama.

Karena itu aku selalu berpikir, mungkin bagus jika Totchi-niichan datang kesini setiap hari.

Lalu alasan mengapa kakakku yang baik itu berubah menjadi dingin...

...Mungkin akan kuketahui tak lama lagi.

........................................

Kakakku berani memasuki kamarku tanpa ragu hanya ketika sedang mengawasiku belajar.

Kemudian suatu hari, Totchi-niichan datang ke kamarku ketika kakakku sedang tidak ada kemudian menawarkanku sesuatu.

"Hei Yoru-chan. Hari minggu nanti, maukah kau pergi ke taman hiburan?"

Saat itu, aku sedang mengerjakan sebuah soal, dan dia menanyakan itu padaku tiba-tiba.

"Eh, apakah tak masalah?"

Apakah ini hadiah untukku karena nilaiku yang bagus di ujian kemarin?

Aku yang kelewat senang sampai aku merasa hilang kesadaran.

"Yup. Aku ingin kencan berdua dengan Yoru-chan saja."

Kencan.

Siswi SD kelas 5 manapun sudah mengetahui makna dari kata itu.

Sesaat aku terdiam, kemudian membuka mulutku.

"Ufufu..."

Aku tertawa dengan suara seperti orang dewasa, dan akupun terkejut dengan hal itu.

"Baiklah. Jika itu kencan dengan Totchi-niichan, aku mau."

Totchi-niichan adalah orang dewasa dan mahasiswa tahun ketiga yang berumur lebih dari 20 tahun, sedangkan aku adalah anak-anak yang masih berumur 10 tahun.

Jadi tentu saja aku mengerti kalau dia tak sungguh-sungguh tentang kencan itu.

Bagi Totchi-niichan, aku hanyalah seorang anak kecil yang merupakan tetangganya yang sudah lama ia kenal. Hanya itu saja.

Aku sangat mengerti akan hal itu, namun ketika mendapat ajakan kencan dari seorang laki-laki dewasa ini, aku sangat senang.

Mungkin saja Totchi-niichan sedikit serius tentang ini. Ufufu.

Jika dia tak berpikir begitu, mungkin hidupku akan menjadi jauh berbeda.

Tapi saat itu, aku hanyalah seperti gadis yang sedang bermimpi, yang hatinya kelewat senang seperti orang bodoh.

........................................

Kencan ke taman hiburan bersama Totchi-niichan sangatlah menyenangkan.

Aku bahkan meminjam make-up kakakku, dan menggunakan bedak dan lipstiknya diam-diam.

Kami menaiki kincir ria, komidi putar, rollercoaster, dan wahana-wahana lainnya.

Ketika kami berkeliling, kami selalu berpegangan tangan. Karena meskipun kami berpegangan tangan, kami hanya akan terlihat seperti kakak-adik yang bersaudara.

Dan ketika kami istirahat, Totchi-niichan mengelap tempat dudukku dengan saputangannya sebelum aku duduk.

Yahh, meskipun teman sekelasku banyak laki-lakinya, mereka semua masih anak-anak. Gadis-gadis di kelasku pun mungkin belum pernah ada yang pergi kencan dengan orang dewasa yang memberikan pengawalan seperti ini.

Ketika aku tenggelam dalam kesenanganku, tanpa terasa saat yang seperti mimpi itu berakhir.

"Kalau begitu, ayo kita pulang, Yoru-chan."

Sebenarnya aku ingin bermain lebih lama, namun sepertinya perempuan egois ini hanya anak kecil.

Akupun mengangguk, dengan masih berpegangan tangan Totchi-niichan di tengah senja di taman hiburan.

Tiba-tiba, Totchi-niichan menampakkan wajah seperti dia sedang kesepian, lalu menggumamkan sesuatu.

"Terima kasih sudah menemaniku hari ini. Sampai akhir, aku selalu mendapat kenangan indah."

Akhir? Apa yang ia katakan?

Dia menatapku yang sedang bingung dengan kalimatnya, lalu ia melanjutkan

"Aku sudah bicara pada ayahmu, dan hari ini adalah hari terakhirku sebagai guru privatmu. Aku sangat senang ketika mengurus Yoru, jadi aku merasa sedikit kesepian."

...Ah, begitu rupanya. Jadi itu yang ia maksud sebagai akhir.

Soalnya Totchi-niichan sekarang mahasiswa tahun ketiga, dan ia akan semakin sibuk untuk mencari pekerjaan.

Dia akan sangat sibuk, jadi aku bersyukur karena ia telah merawatku hingga saat ini.

Aku merasa begitu, lalu mencoba menghadapi itu layaknya orang dewasa.

Namun tak ubahnya seperti anak-anak, aku malah menangis sesenggukan.

Dengan begini, statusnya sebagai guru privat telah berakhir, dan dia tak akan lagi datang ke rumah.

........................................

Kurasa hari itu belum genap 10 hari sejak kencanku dengan Totchi-niichan.

Hari itu, aku sudah layu sejak pagi, dan aku pulang cepat sebelum siang dari sekolah.

Ketika aku membuka pintu, ada dua pasang sepatu disana.

Yang satunya adalah sepatu high-heels milik kakakku dan yang satunya adalah sepatu high-top milik laki-laki.

──Eh, jangan-jangan itu milik Totchi-niichan?

Tidak salah lagi, itu adalah sepatu yang biasa dipakai oleh Totchi-niichan.

Dia sudah bilang kalau dia sudah tidak lagi menjadi guru privat, tapi mengapa dia datang kesini? Mungkin saja dia datang untuk menemuiku!?

Jika begitu, aku sangat senang!

Ketika aku sedang merasa senang begitu, tiba-tiba aku mendengar suara yang aneh.

Tepat di sebelah kanan pintu masuk adalah kamarku, dan di seberangnya adalah kamar kakakku.

Dan aku mendengar suara aneh itu dari kamar kakakku.

"──Tunggu, baru saja aku mendengar suara pintu terbuka. Bukankah itu Yoru-chan yang baru pulang sekolah?"

"Itu hanya perasaanmu saja. Dia masih di sekolah. Sudahlah, fokus saja kesini."

Totchi-niichan betulan sedang bersama kakakku.

Hanya saja,

Ini bukan suara mereka berdua yang biasanya.

Ini bukan suara mereka mengobrol dan tertawa seperti biasanya.

Mereka beberapa kali membuat suara yang aneh dan aku mendengar sesuatu yang berdecit.

Nyit, nyit, nyit ──ah ──ah ──ah ──nngggghhhhh.

Apa yang mereka berdua lakukan?

Aku berpikir begitu, lalu perlahan membuka pintu kamar kakakku───Disanalah aku melihat mereka.

"~~~!?"

Entah seberapa dewasanya hal itu, namun itu adalah hal yang terlalu dini untuk dilihat oleh gadis kelas 5 SD.

Sebuah blackbox milik mereka berdua, sesuatu yang tak bisa ditunjukkan pada orang lain.

(TL/N : kalau ingin tahu maksud blackbox disini, silakan cek ja.wikipedia.org/wiki/ブラックボックス )

Ketika aku melihat itu, aku hanya terkejut, ketakutan, dan berteriak.

Pokoknya aku berteriak dengan suara keras, dan tentu saja itu membuat mereka menyadari keberadaanku.

Kakakku sangat marah, dan Totchi-niichan mencoba menenangkannya.

Ake berlari ke kamarku sambil menangis dengan kencang.

Dan akhirnya aku meringkuk di sudut kamarku, lalu Totchi-niichan datang menghampiriku.

"...Anu...Pertama, aku minta maaf. Karena kau adalah kakaknya, kau harus tenang dulu sekarang. Aku akan bicara pada Yoru-chan, jadi aku akan keluar sekarang."

Aku tak melihat wajah puas darinya, tapi aku merasakan bahwa Totchi-niichan benar-benar memilih kata-katanya.

"Begini, Yoru-chan. Aku selalu menyembunyikan ini, tapi kami...sudah pacaran sejak kira-kira setengah tahun lalu. Aku dan kakakmu sudah menjadi sepasang kekasih."

Sebenarnya, dia juga memberitahuku beberap hal lainnya, tetapi aku terlalu syok dengan apa yang kulihat tadi, jantungku terus berdegup kencang, dan aku tak mengerti mengapa aku terus-terusan menangis.

Jadi tak banyak hal yang bisa kutangkap.

...Intinya, aku paham kalau mereka sudah pacaran.

Kuyakin alasan dia berhenti menjadi guru privatku pasti agar dia bisa lebih sering keluar dengan kakakku.

Soalnya, kalau memang dia berhenti karena sibuk, untuk apa dia datang kesini hari ini?

Padahal aku juga ingin bertemu dengan Totchi-niichan.

...Tapi sepertinya aku akan menahan diriku beberapa waktu.

"Jadi, kuharap kau bisa mengerti bahwa kami serius dengan hubungan kami. Aku sungguh minta maaf..."

Itulah kalimat terakhir yang diucapkan Totchi-niichan, kemudian dia berbalik untuk keluar dari kamarku.

Ini tak bagus. Jika aku tak memberi ucapan selamat, aku hanya akan terlihat seperti anak kecil.

"Tunggu."

Aku menghentikannya, mengusap air mataku, lalu melempar senyum padanya.

"Selamat ya. Aku sangat senang mengetahui kalau kalian pacaran."

Itu, hal yang tadi kulihat sangat membuatku syok.

Tapi, ketika mereka berdua pacaran, harusnya itu membuatku senang.

Karena meskipun Totchi-niichan bukan lagi guru privatku, ia akan tetap datang ke rumahku.

Ketika Totchi-niichan datang, kakakku selalu memperlakukanku dengan baik. Dia juga mau bermain denganku, dan juga ngobrol santai denganku.

Karena itulah harusnya aku senang kalau mereka berdua akhirnya pacaran.

Tentu saja, baik kakakku maupun Totchi-niichan, mereka akan sibuk dengan kencan mereka.

Namun kapan-kapan, sesekali luangkanlah waktu kalian untuk bermain denganku lagi ya...

Aku juga harus mengucapkan selamat pada kakakku.

Setelah Totchi-niichan pulang ke rumahnya, aku datang ke kamar kakakku.

"Onee-chan, apa kau ada waktu sekarang?"

Kakakku sedang memainkan ponselnya di kasur, dia masih tak ramah seperti biasanya dan tak melihat padaku.

"...Kalau ini tentang yang tadi, aku tak akan minta maaf padamu. Lagipula, itu salahmu karena seenaknya mengintip."

"A-aku mengerti... Maafkan aku."

Padahal aku tak ingin mengingat hal itu lagi, tapi aku menundukkan kepalaku karena sepertinya kakakku masih marah.

Lalu, aku bilang padanya dengan sungguh-sungguh.

"Kudengar kau sudah pacaran dengan Totchi-niichan. Etto...selamat ya."

Kakakku menghela nafas, dan akhirnya menatapku.

"Ya itu benar. Sudah sejak setengah tahun lalu."

"Y-yeah. Aku tak menyadarinya sama sekali."

"Yahh, saat itu dia masih menjadi guru privatmu sih, dan ayah juga bilang kalau aku tak perlu mengatakannya, jadi aku tak pernah memberitahumu."

"Ahaha, tak masalah. Aku senang mendengar kalau kalian pacaran."

"Kalau begitu, jangan dekati pria itu lagi."

Eh?

Sesaat aku tak memahami maksud perkataannya.

Kemudian, sepertinya wajahku sangat ketakutan pada saat itu.

"Ah, kau menunjukkan wajah itu lagi... Kau pasti berpikir kalau kau bisa menarik perhatian orang di sekitarmu dengan wajahmu itu. Laki-laki memang naif, tapi itu tak akan bekerja padaku."

Aku adalah orang yang tertutup, jadi sejak awal aku tak pernah berpikir untuk menarik orang di sekitarku.

Tapi daripada itu, lebih baik jika aku menanyakan maksud dari perkatannya yang barusan.

"Eh, anu... apa maksudmu jangan dekati pria itu lagi?"

"Seperti artinya. Kuingin agar kau tidak lagi mendekati Toshiyuki-san."

Toshiyuki-san = Totchi-niichan.

Padahal dia selalu memanggilnya dengan 'Totchi-niichan', entah sejak kapan dia menggantinya menjadi 'Toshiyuki-san'.

Sekali lagi, aku berpikir kalau mereka memamg pacaran.

Mungkin saja kakakku hanya ingin mempertegas hubungan mereka.

Tapi, aku sama sekali tak mengerti apa maksudnya dengan jangan lagi mendekati Totchi-niichan.

Ketika aku sedang memikirkan hal itu, kakakku mengatakan hal seperti ini.

"Kau ini, ketika kalian pergi ke taman hiburan, kau merasa itu seperti kencan, bukan? Kalian juga berpegangan tangan bukan?"

"Eh? I-itu..."

"Yahh, aku juga tak mengerti kenapa Toshiyuki-san menggunakan kata 'kencan' ketika pergi dengan seorang anak kecil. Dari sana, aku tak ingin ada kesalahpahaman. Toshiyuki-san tidak serius ketika mengatakan itu pada Yoru yang masih kelas 5 SD."

Tentu saja. Dan aku sudah tahu hal itu.

Aku hanya seorang yang mendapat ajakan kencan dari seorang laki-laki dewasa, dan aku hanya terlalu senang dengan itu...

"Meskipun begitu, kau menggunakan kosmetik milikku tanpa izin, bukan? Aku tak tahu apakah kau merasa bahwa itu adalah kencan dengan seseorang yang kau cintai. Tapi, kau yang masih kelas 5 SD sampai berbuat sejauh itu──"

Kencan dengan seorang yang kucinta?

Aku,,,jatuh cinta dengan Totchi-niichan...?

Tidak, kau salah! Bukan begitu!

Tentu saja aku menyukai Totchi-niichan, tapi itu sama seperti rasa sukaku pada onee-chan.

Jadi rasa suka ini bukanlah "cinta".

Aku lebih senang ketika kita bertiga.

Onee-chan, Totchi-niichan, dan juga aku.

Aku ingin tiga orang ini bersama.

Karena itulah, aku tak bisa jatuh cinta pada Totchi-niichan. Dan dari lubuk hatiku, aku sangat senang mereka berdua pacaran.

Aku pasti tak akan mengganggu hubungan mereka.

Aku hanya ingin, seekali aku berada di tengah kalian.

Karena itu, kumohon.

Jangan ucapkan kalimat menyedihkan, seperti untuk tidak mendekati Totchi-niichan.

Mengapa ketika Totchi-niichan tidak berada di sekitar, sikap onee-chan padaku jadi seperti ini?

Padahal, dulu kau sangat baik padaku...mengapa?

Aku menahan air mataku, dan saat itulah kakakku mengatakan hal yang tak kuduga.

"Sepertinya menyuruhnya berhenti untuk menjadi guru privat adalah hal yang tepat."

...Apa maksudmu "menyuruhnya berhenti"?

"...Jangan-jangan, onee-chan yang menginginkan agar Totchi-niichan berhenti menjadi guru privat...?"

"Ya, itu benar. Kau masih belum berubah dari dulu, kau tidak punya teman di sekolah, dan kau selalu bergaul dengan orang yang lebih tua 9 tahun diatasmu. Kurasa itu memberikan banyak pengaruh negatif untukmu. Padahal kau masih kelas 5 SD, tapi kau mulai memanfaatkan tatapan para lelaki, dan itu bukan contoh yang baik. Membayangkan dirimu yang dewasa terlalu dini seperti itu membuatku merinding."

"Kenapa?!!"

Untuk pertama kalinya sejak aku lahir, aku berteriak sekeras itu.

"Kenapa!? Kenapa kau berubah menjadi begitu egois?! Seakan kau merebut Totchi-niichan dariku! Kenapa!?!?!"

Lalu kakakku membalas dengan nada yang sama.

"Kalau begitu, akan kuberitahu yang sebenarnya padamu. Akhir-akhir ini aku takut denganmu! Aku takut kau terlalu cepat dewasa karena melongkapi beberapa tangga yang seharusnya kau lewati! Ketika aku berpikir mungkin saja ada perasaan aneh yang bangkit antara kau dan Toshiyuki-san, itu sangat menakutkan. Itu sangat mengerikan!"

"Apa maksudmu perasaan aneh? Apakah aku yang mendekati Totchi-niichan? Ah, ataukah maksudmu, aku melakukan hal nakal seperti yang tadi kalian lakukan──"

Lalu terdengarlah suara yang kering.

Selanjutnya, pipiku terasa sakit dan panas.

Kakakku mendaratkan tamparannya di wajahku. Ini juga pertama kalinya dalam hidupku.

"Sudah kubilang bahwa itu hal yang menakutkan...! Kau ini masih umur 10 tahu...!?"

"...Memangnya, siapa yang mengajari anak umur 10 tahun ini berbagai macam hal dewasa?"

"Ma-makanya kubilang karena itulah kau tidak punya teman...! Kau selalu ikut ketika kencanku dengan Toshiyuki-san...!"

──Ah, begitu rupanya.

Akhirnya aku mengerti.

Sepertinya mereka memang pacaran sejak setengah tahun lalu. Tapi kuyakin, jauh sebelum itu mereka sudah saling menyukai.

Jadi ketika Totchi-niichan bermain denganku, kakakku akan selalu ikut bersama kami, selama aku tidak sedang belajar.

Awalnya, memang mereka yang bermain denganku. Namun lama-kelamaan, mereka jadi asyik dengan hiburan mereka.

Akhirnya aku ikut menonton anime danjuga video yang umumnya tidak ditonton oleh gadis seusiaku. Aku juga membaca majalah fashion oorang dewasa, mulai bermain gitar dan bas, danmereka sering membawaku ke tempat bilyar dan memanah. Aku juga sering datang ke kafe bergaya bersama dimana pelanggannya hanya orang dewasa.

Itu semua, gara-gara aku tak punya teman bermain, dan aku selalu menempel dengan mereka berdua kemanapun mereka pergi.

"...Toshiyuki-san sudah bukan lagi guru privatmu, dan kami akan segera meninggalkan tempat ini untuk hidup mandiri. Kau tidak akan bermain dengan kami lagi, jadi sebaiknya kau segera membuat teman dengan yang seumuran denganku."

Mereka akan pergi dari sini...? Mereka tak akan lagi bermain denganku...?

Tunggu. Tiba-tiba begini───bukankah ini terlalu berlebihan?

Setidaknya beritahu padaku, apa yang dilakukan anak seusiaku, apa yang tak kuketahui tentang anak seusiaku.

Aku hanya bisa melihat teman-teman sekelasku sebagai anak kecil.

Meski begitu, mereka ingin menghilang dari hadapanku?

Aku yang biasa bergaul dengan orang berumur 20an, dan sekarang kau menyuruhku agar membiasakan diri dengan teman sekelasku yang masih berumur 10 tahun?

Aku sadar kalau diriku yang belum bisa membuat teman sampai saat ini sangatlah buruk...

Ya, semua memang salahku...!

"Tu-tunggu, onee-chan."

Aku megganduli kakakku dengan putus asa. Dengan penuh harap, kukatakan kalau aku tak ingin mereka pergi.

"Ayo kita main bertiga lagi kapan-kapan, ya? Aku akan berkunjung ke tempat kalian tinggal bersama! Jadi, meski hanya sesekali, ayo kita main bersama lagi, ya? ya?"

"Bukankah sudah kubilang padamu kalau kita tak akan bermain bersama lagi!?"

Meski begitu, kakakku terus menolak dengan penuh kemarahan.

"Sudah kubilang kalau kami akan hidup mandiri untuk memisahkanmu dari Toshiyuki-san, apa kau masih belum mengerti juga? Jangan coba-coba kau menghubunginya ataupun menemuinya diam-diam. Meski ini buruk bagimu, aku sangat tak ingin kau mendekatinya lagi! Kuingin agar kau tak merebutnya dariku!"

Dalam diri kakakku, terdapat satu perasaan buruk, seperti monster menakutkan yang bersemayam dalam dirinya.

Dan nama monster itu, akupun sudah mengetahuinya.

Nama monster itu adalah───kecemburuan.

Kakakku cemburu padaku.

Ketika Totchi-niichan hanya berduaan denganku untuk mengajariku belajar, ketika aku kencan dengannya ke taman hiburan, dan juga berpegangan tangan dengannya.

Ketika kakakku memukulku dengan perasaan itu, aku sangat ketakutan. Aku benar-benar takut.

"...Tsk....tsk....huuuuuaaaaaaaaaa.....tsk."

Aku berlari ke kamarku sambil berteriak.

Selang beberapa waktu setelah itu, Totchi-niichan dan kakakku benar-benar pergi dari rumah, tepat seperti yang ia katakan.

Tempat yang sudah diputuskan untuk mereka tinggali adalah tempat yang jauh dan tidak bisa dijangkau oleh anak-anak sepertiku.

Dan di malam ketika mereka benar-benar hilang dari hadapanku,

Aku meringkuk diatas kasur di kamarku.

Aku melihat wajah kakakku yang lega sesaat sebelum mereka pindah, dan itu membuatku semakin menyadarinya.

Bahwa kakakku sangatlah cemburu padaku, dan ia sangat ingin memisahkanku dari Totchi-niichan.

Aku jatuh cinta pada Totchi-niichan?

Aku memiliki perasaan aneh pada Totchi-niichan?

Hal seperti itu, tak mungkin terjadi.

Soalnya, aku hanya berumur 10 tahun sedangkan Totchi-niichan berumur 20 tahun kau tahu?

Jadi, hal semacam hubungan cinta, itu tak mungkin terjadi. Entah bagaimana kecemburuan bisa terjadi.

Tapi, mengapa kakakku sampai buta, hingga tak bisa melihat sekitarnya?

Jawabannya sangat jelas dan sederhana.

Karena kakakku sangatlah mencintai Totchi-niichan.

Kakakku adalah orang yang pandai, dan lolos untuk masuk ke salahsatu universitas nasional ternama.

Dia adalah sosok kakak yang baik, peduli, keren, dan sangat kubanggakan.

Namun kakakku yang seperti itu bisa kehilangan akal sehatnya, dan berubah menjadi gadis yang bodoh ketika berurusan dengan cinta.

Sebagai hasilnya, dia menjadi cemburu padaku. pada anggota keluarganya, pada adiknya satu-satunya.

Dia cemburu pada gadis yang hanya berumur 10 tahun.

Harusnya aku mengerti sberapa banyak aku bisa mengandalkan sesuatu pada mereka.

Meski begitu, dia mengangkat tangannya dariku, memisahkanku dari seorang laki-laki karena alasan yang seperti kebohongan, dan akhirnya mengambil pilihan yang tak bisa kupercayai, yaitu menghilang dari hadapanku.

Mungkin ini konyol, tapi ini sungguhan.

Jika seseorang mendengarnya, pastilah ia akan tertawa terbahak-bahak karena bodohnya yang kelewatan hanya karena cinta.

──Kuingin agar kau tak mendekati orang itu lagi! Jangan rebut dia dariku!

Kakakku yang tak sebegitu menawan, mengatakan kalimat yang bodoh dan konyol.

"Ufufu...ufufu. Ahahahahaha.──Apa-apaan itu?"

Itu sangat bodoh, hingga kebencian muncul dalam diriku.

Bukan pada kakakku.

Tapi pada perasaan "cinta" yang membuatku benar-benar sendirian sekarang.

"Kembalikan.... Kembalikanlah kakakku yang dewasa dan kukagumi..."

Dan di saat yang sama ketika aku sangat membenci yang namanya "cinta".

"Sebenarnya...cinta itu apa?"

Hingga kakakku yang bijak menjadi gila karenanya, itu pastilah sesuatu yang kuat, jahat, dan juga berbahaya.

"...Sepertinya, itu sesuatu yang hebat."

Kupikir itu seperti buah yang menarik, terasa manis, nikmat, indah, dan mengerikan.

"Aku juga...menginginkannya..."

Itu adalah rasa kagumku yang tak bisa kusampaikan dengan kata-kata.

"Aku juga ingin mencobanya... Pokoknya...aku ingin mengetahuinya!..."

───Aku sangat menginginkan "cinta".

Keinginan itu seakan menjalar hingga ke ujung kakiku.

Akhir-akhir ini badanku terasa aneh, itu karena aku terus mencari apa itu cinta hingga seakan hal itulah yang membentuk tubuhku.

Setelah kakakku meninggalkanku sendiri, aku semakin haus akan yang namanya cinta.

Dan akhirnya, aku menjadi siswi SMP yang berbeda dengan yang lainnya.




Post a Comment

Post a Comment