NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Tomodachi no Ushiro de Kossori Tewotsunaide - Volume 1 - Chapter 8 [IND]

 


Translator: Aldiwang 

Editor: Aldiwang 

Chapter 8 - Derita



 Pada hari itu, aku sudah berada di sekolah sejak pagi untuk menikuti kelas renang tambahan yang sekarang sudah menjadi rutinitasku.

Materi kelas renang tambahan ini cukup simpel.

Siswa semester satu yang terlalu sering membolos pelajaran renang berkumpul di kolam renang, lalu mereka diharuskan berenang dengan benar dan diawasi oleh guru penjas.

Jika aku harus menebus dosaku dengan cara yang merepotkan seperti ini setiap hari, lebih baik jika dulu aku mengikuti kelas renang dengan sungguh-sungguh...

"Haah, haah, hey Junya, sekarang sudah yang keberapa kali?"

Shintarou yang mengenakan topi renang dengan napas yang tersengal-sengal, mengajakku bicara di sudut kolam renang.

Tentu saja, aku juga membalasnya dengan suara yang terengah-engah.

"Haah, haah.... Se-sekarang sudah yang...kelima belas...masih ada...setengahnya lagi..."

Banyaknya renang 25 meter yang harus diulangi tergantung berpa kali kau membolos pelajaran renang.

Aku harus mengulangi sebanyak 30 kali setiap hari, dan Shintarou harus mengulangi sebanyak 35 kali. Sungguh, ini seperti neraka.

Di kolam renang sekolah kami, terdapat 8 buah jalur renang. Setengahnya digunakan untuk siswa, dan setengahnya digunakan oleh siswi.

Aku melirik ke jalur renang yang digunakan para cewek. Disana ada banyak gadis yang berkerumun, dan ada Narushima Yoru yang terlihat merangkak kebingungan disana.

...Dilihat berapa kalipun, ia sangat payah. Dia bahkan tak bisa bernapas dalam air. Dan akhirnya dia terus tenggelam.

Omong-omong, diantara kami berlima, yang mengikuti kelas renang tambahan hanya tiga orang yaitu aku,Shintarou, dan Narushima-san.

Dua orang yang lainnya adalah maniak olahraga, jadi mereka tak pernah membolos pelajaran renang. Jadi mereka tak mengikuti kelas tambahan. Memang sih, segala perbuatan pasti ada akibatnya, tapi aku benar-benar iri dengan mereka.

"Kalau begitu...aku akan mulai lagi. Kau pun...sebaiknya segera selesaikan ini..."

"E-eh, tunggu woi, Junya..."

Aku ingin menunggunya, tapi aku ingin segera mengakhiri siksaan ini dan segera istirahat.

Aku meninggalkan Shintarou, dan melanjutkan renangku yang sedikit lebih baik dari Narushima-san.

Setelah menyelesaikan putaran renang untuk hari ini dan beristirahat di tepi kolam, Shintarou menghampiriku.

"Gila... Gue nggak kuat kalau harus melakukan ini setiap hari selama seminggu kedepan..."

Aku sangat setuju dengannya. Sampai kurasa aku sangat ingin memukul diriku yang sedang bersenang-senang ketika membolos pelajaran.

"Ke-kerja bagus, kalian berdua..."

Narushima-san yang sepertinya sudah menyelesaikan bagiannya hari ini datang kesini.

Dia sepertinya merasa sangat lelah, dan napasnya berat. Tapi karena dadanya yang ekstra besar mencetak di pakaian renang sekolah yang ia kenakan, itu malah terdengar sangat erotis.

"Haah, haah, ha-hari ini...kita akan pulang bersama, kan? Digerbang sekolah nanti...tunggu dulu..."

Narushima-san sedang meninggalkan kolam renang dengan langkah yang sempoyongan.

Lalu Shintarou yang tersihir dengan garis punggungnya melanjutkan kalimatnya.

"...Dilihat bagaimanapun, Naruhima-san sangat "menakjubkan" ya..."

"A-aahh..."

Sebagai sahabat baiknya, tentu saja kami bisa memahami apa yang ia maksud "menakjubkan" meskipun ia tak mengatakannya.

Ketika kami punya jadwal kelas renang tambahan, kami selalu bertemu di gerbang sekolah setelah kelas usai kemudian pulang bersama.

Meskipun sedang liburan musim panas, sekolah menetapkan peraturan untuk memakai seragam ketika memasuki area sekolah, jadi kami memakainya.

"Sepertinya pergi melihat kunang-kunang di hari dimana kita tidak ada kelas tambahan memang tepat. Aku sudah selelah ini, tak mungkin aku bisa mengayuh sepeda."

"Makanya sudah kubilang sejak awal. Isi pikiran Junya hanya bermain saja sih."

"Ahaha... Tapi sepertinya melihat kunang-kunang nanti akan menyenangkan..."

Keputusannya, kami akan pergi tanggal 9 Agustus.

Itu memang hari kerja, tetapi kelas renang tambahan sudah selesai di hari itu.

Tapi masalahnya, entah apa kami masih bisa melihat kunang-kunang di hari itu atau tidak. Karena tak aneh jika di waktu-waktu terebut kunang-kunangnya sudah tidak ada. Kumohon padamu ya Tuhan. Bukan, kumohon padamu wahai kunang-kunang.

Di tengah suara tonggeret yang bersahutan dibawah teriknya matahari, kami bertiga berjalan di jalan pedesaan dengan langkah yang lemas.

Dan akhirnya kami mendekati persimpangan yang terpotong oleh jalur kereta api, tempat kami biasanya berpisah.

"Kalau begitu, sampai jumpa. Juga, semangat untuk kelas tambahan besok."

"Etto...semoga kita bisa bertahan untuk kelas tambahan yang akan datang..."

Narushima-san yang tinggal di apartemen yang sama denganku membalas begitu sambil berbalik.

"Ah, tunggu, Junya."

Shintarou menghentikanku.

"Um, begini, bolehkah aku pergi ke tempatmu sekarang?"

"Oh, boleh saja. datanglah, datanglah."

"Etto...apa kalian akan melakukan sesuatu? Atau kalian akan pergi main?"

Narishima-san malu-malu menatapku dengan tatapan yang berharap.

Ah, begitu kah. Dia ingin agar aku mengajaknya juga.

"Ah, kalau Narushima-san juga ingin ikut──"

"Tunggu tunggu!"

Shintarou menyela ajakanku.

"Anu, bagaimana kalau kita makan di suatu tempat? Aku ingin konsultasi dengan Junya..."

Apa-apan kau ini? Apa hal yang ingin kau bicarakan tak boleh didengar oleh Narushima-san?

"Oh, tak masalah kok. Jadi, kalian akan pergi ke stasiun?"

Entah apa dia peduli padaku, tapi raut wajahnya yang tadi sudah menghilang.

"Maaf ya. Kalau begitu, sampai jumpa, Narushima-san."

"Yeah, kalian berdua juga... Sampai jumpa."

Narushima-san melempar senyum tipis di wajahnya, lalu aku dan Shintarou berjalan menuju stasiun.

..............................................

Kami memasuki salah satu restoran keluarga, lalu memesan menu yang ada.

Kukira perutku tak akan menerimanya setelah berenang selama itu. Namun anehnya, perutku terasa sangat lapar ketika melihat menu.

"Setelah berenang, sepertinya makan kare akan terasa enak. Kau mau pesan apa?"

"Kau sudah tau kalau aku tidak suka kare bukan? Nasi dengan kuah lengket seperti itu, aku tak bisa memakannya."

"Ahaha. Kalau dipikir lagi, sepertinya sudah lama sekali aku tak makan bareng denganmu."

"Sepertinya begitu. Soalnya sejak SMP, aku hampir selalu bersama Seiran."

Sampai saat itu, kami tidak membicarakan ketika kami bersama Kazumichi dan yang lainnya.

"Apa kau ingin mengajak Seiran juga? Dia sepertinya sedang luang."

Aku mengeluarkan ponselku, tetapi Shintarou menghentikanku.

"Nggak usah, nggak usah. Akan lebih sulit bagiku untuk mengatakannya jika Seiran disini."

"Ah, benar juga, tadi kau bilang ada yang ingin kau konsultasikan denganku."

"...Ya."

Shintarou kebingungan.

"Ada apa? Apakah itu hal yang sangat sulit untuk kau katakan?"

"...Begitulah. Ini hal yang sangat sulit untuk kukatakan."

Kalau begini, aku tak bisa memaksanya untuk buru-buru.

Shintarou terlihat sangat memikirkannya, jadi aku akan menunggu hingga mulutnya terbuka.

Ketika pesanan kare dan zarusoba kami tiba, Shintarou akhirnya memutuskan.

"Begini... Ketika festival kembang api, Junya pernah bilang kan. Ketika seeorang jatuh cinta, itu hal yang tak terhindarkan, dan tak masalah kalau kita semua punya pacar."

"Oh, aku bilang begitu ya."

"Kemudian...kau tahu. Aku adalah orang yang paling lama berteman dengan Junya, dan aku yang paling tahu kalau Junya adalah orang yang sangat menghargai hubungan kelompok kita sebagai teman. Tetapi..."

Apa-apaan situasi ini. 

Jangan-jangan...ini masalah percintaan?

Dulu aku memang pernah menyindirnya tentang ini, tapi sepertinya, Shintarou telah jatuh cinta pada seeorang dalam kelompok.

Kalau begitu, orangnya pastilah───Asagiri-san?

Aku juga menyukai Asagiri-san, tapi aku tak pernah ingin menyatakan perasaanku padanya.

Jadi kalau misalnya, Shintarou dan Asagiri-san saling menyukai, maka aku akan mendukung mereka.

"Sepertinya, aku jatuh cinta pada Narushima-san."

"Eeeh, ternyata dia!?"

Aku refleks berteriak.

Jujur saja, kemungkinan itu sama sekali tak terbersit dalam pikiranku.

"K-kau sebegitu terkejutnya? Soalnya Narushima-san itu pemberani, rendah hati, dan sangat feminim... Yahh, masih banyak sih alasan lainnya. Intinya, kupikir dia gadis yang menarik..."

Nggak, nggak. Itu hanyalah kostum kucingnya.

Sosok aslinya, dia itu iblis, mulutnya brengsek, agak kasar, menakutkan, dan dia adalah sadistis yang senang menjahiliku.

Tapi tak ada yang mengetahui hal itu kecuali diriku.

Memang benar, kalau hanya melihat wajahnya, dia benar-benar imut... Dadanya juga besar pula.

"Ketika festival kembang api, aku sudah janji bukan? Kalau aku menemukan orang yang kusukai, aku akan memberitahu Junya. Jadi...sebenarnya aku sudah lama aku merahasiakan hal ini, dan kuberitahu padamu yang sejujurnya..."

"Ah, jadi begitu."

Tapi, Narushima-san───

"Tapi sepertinya dia menyukai Seiran, kah..."

Dia mengakhiri perkataannya dengan kalimat itu, seakan dia telah mengetahui apa yang sedang kupikirkan.

Tapi dia belum punya bukti───Tidak, mungkin dia hanya tak ingin memilikinya, dan aku mendengarnya langsung dari Narushima-san.

Dan ketika rencana musim panas kami usai, dia bilang akan menyatakan perasaannya pada Seiran.

"Hei, Junya... Apa menurutmu, lebih baik aku tak menyampaikan peraaanku pada Narushima-san?"

"Kalau itu..."

Jika Shintaoru menyatakan perasaannya sekarang, kurasa itu tak akan berjalan dengan baik.

Aku hanya bisa membayangkan kalau dia akan ditolak, kemudian dia akan sangat patah hati hingga depresi.

Terlebih, jika setelah itu Narushima-san pergi dari kelompok, Shintarou akan benar-benar menyalahkan dirinya sendiri dan mengatakan "semua adalah salahku", padahal itu bukanlah salahnya.

Jadi, aku──

"Umm...aku mengerti perasaanmu. Dan jika kau menyatakan perasaanmu...anu, kurasa lebih baik jika kau tidak melakukannya."

──Perkataan itu keluar dari mulutku.

Shintarou terus menatapku setelah itu, dan akhirnya menundukan pandangannya dengan kecewa.

"...Sepertinya benar begitu. Sepertinya diriku...tak mungkin bisa menyatakan perasaanku."

Aku tak mengatakan apapun setelah itu. Aku tak bisa menyetujuinya, namun juga tak bisa menyangkalnya.

Meskipun kutahu, jika aku diam pada saat itu, itu akan sangat menyakitkan bagi Shintarou.

Bukan begitu, shintarou. Sebenarnya aku, ingin sekali mendorong punggung teman baikku yang satu ini.

Tetapi Narushima-san sudah memutuskan bahwa dia akan menyatakan perasaannya pada Seiran di musim panas kali ini.

Jadi jika kau menyatakan perasaanmu sekarang, aku tahu kalau semuanya tak akan berjalan dengan baik. Meski begitu, aku tak bisa mendorong punggungmu...

Tentu saja, aku tak bisa mengatakan hal itu dari mulutku.

Aku dan Shintarou sama-sama terdiam, dan kami sama sekali tak menyentuh makanan yang berada di depan kami.

Sungguh, entah apa yang terjadi pada kami.

Meskipun hubungan kami semua adalah teman, namun perasaan cinta bisa saja terjadi.

Jika begitu, mungkin hubungan kita tidak akan bertahan sama seperti sebelumnya.

Tapi, meski kami memahami hal itu, tetap ada diantara kami yang jatuh cinta.

Itu, hal yang mereka bilang sebagai tumbuh menjadi orang dewasa.

Sepertinya, hanya diriku yang tetap seperti anak kecil.

"Aku bosan..."

Setelah berpisah dengan Koga-kun dan Tanaka-kun, aku berbicara sendiri.

Ketika aku sendirian, itu terasa sangat membosankan───aku sudah tahu hal ini sejak lama.

Dan ketika aku bersama dengan teman, itu terasa menyenangkan───dan sejak dulu aku tidak mengetahui hal ini.

Kami berlima mengadakan takoyaki party, nonton anime bersama, bermain air, membeli yukata bersama, dan pergi ke festival kembang api bersama.

Semua itu adalah kenangan yang sangat berharga bagiku.

Padahal aku sendiri kaget ketika aku mendapat teman, dan hari yang menyenangkan yang selalu kupikirkan akhirnya tiba.

"Ufufu."

Aku tertawa sendiri.

Selanjutnya, kami akan melihat kunang-kunang bersama, dan aku sangat menantikannya.

Aku sangat bersyukur karena ide cemerlang dari Koga-kun.

Ahaha... Belakangan ini, aku sedikit keterlaluan menjahilinya, aku jadi merasa tak enak padanya. Oh iya, ketika mengingat Koga-kun, aku jadi teringat dengan Honoko-chan.

Honoko-chan sedang senggang nggak ya...

Jika dibilang bosan, aku lebih merasa kesepian, jadi aku mengambil ponselku lalu mencoba menghubunginya.

"Hmm~tumben sekali aku mendapat telepon dari Yoru."

"Y, yeah. Apa kau sibuk sekarang?"

"Hmm? Sama sekali tidak. Aku sedang memikirkan hal untuk dilakukan."

..............................................

Aku berganti kereta, lalu datang berkunjung ke rumah Honoko-chan.

Ini kali kedua aku datang bermain ke rumahnya.

Kali pertama aku datang kesini adalah sebelum aku tinggal sendiri, dan dia memaksaku untuk datang.

Aku dan Honoko-chan bersekolah di SMP yang berbeda, tetatpi kami turun di stasiun yang sama, dan rumah orangtua kami juga cukup berdekatan.

Kemudian ketika aku pulang sekolah, seakan dia mengatakan "Mampirlah ke rumahku" tapi dengan nada memaksa.

Dia yang selalu semangat, optimis, dan juga dari langkah kakinya, kurasa dia sedikit mirip dengan Koga-kun.

Entah apakah yang lain menyadarinya atau tidak, tetapi sejauh yang kutahu, orang pertama yang merespon ajakan bermain dari Koga-kun bukanlah Seiran-kun ataupun Tanaka-kun, melainkan Honoko-chan.

Ketika takoyaki party, dan begitu juga ketika usulan tentang rencana melihat kunang-kunang muncul.

Meskipun dia terlihat seperti orang dewasa, sebenrnya dia terlihat selalu berlagak seperti anak-anak, entah apa alasannya.

Mungkin dia ingin benar-benar bersenang-senang melakukan hal bodoh dengan yang lainnya. Aku bisa memahami kesan yang seperti itu.

Tak lama lalu, Koga kun bilang "Itu sangat cocok dengan kalian" dan kurasa dia tidak bohong dengan itu. 

Sungguh, kupikir itu sangat cocok dengannya.

Jika Koga-kun pacaran dengan Honoko-chan, kupikir mereka pasti akan menjadi pasangan yang cocok.

"Apa kau mau kopi?"

"Yeah, terima kasih."

Lalu dia keluar dari kamarnya untuk menyeduh kopi.

Kemudian terdengar suara keras dari balik pintu.

"Eh!? Onii-chan, apa kau yang makan kueku!?"

"Maaf, maaf. Aku akan membelikannya lagi."

Honoko-chan punya seorang kakak laki-laki. Sepertinya mereka sangat akur.

Sebenarnya, awalnya aku tak ingin akrab dengan Honoko-chan.

Ketika aku masuk SMA, aku sekelas dengan seseorang yang terlihat sangat dewasa bernama Seiran-kun dan aku berpikir "Ah, dia benar-benar tipeku". Kemudian, aku bergabung dalam kelompok Koga-kun, dimana ada Seiran-kun disana.

Ketika aku memikirkan cara agar aku bisa lebih dekat dengan Seiran-kun, kemudian Honoko-chan bergabung dalam kelompok.

"Sepertinya, terlihat seakan tiga laki-laki berandalan menyeret gadis lemah ke dalam kelompoknya, bukan?" kubilang seperti itu.

Tapi, ketika jumlah gadis bertambah, mungkin persaingan akan semakin meningkat.

Ketika aku memikirkan hal itu, aku jadi tak ingin akrab dengan Honoko-chan.

Akupun merasa kalau aku memang gadis yang brengsek.

Meski begitu, aku tetaplah makhluk yang selalu mengedepankan masalah cinta.

Karena itu, ketika aku pertama kali diajak kesini, aku menegaskan padanya.

"Kalau seandainya kita menyukai orang yang sama, aku adalah tipe orang yang tanpa ragu merebut laki-laki ketimbang mempertahankan hubungan pertemananku dengan seorang gadis."

Biasanya, gadis lain akan menunjukkan wajah tak senang setelah aku mengatakan itu. Lalu mereka akan menjaga jarak denganku.

Aku sudah sering mengalami itu sejak SMP.

Tapi meski begitu, Honoko-chan mengatakan ini sambil tertawa "Ah, ternyata Yoru adalah tipe orang yang mementingkan masalah cinta daripada pertemanan. Bagus kalau begitu, itu mengesankan. Kalau begitu, jika hal itu terjadi, aku juga akan menjadi lawanmu."

Setelah itu, ketika aku mengatakan padanya "Sepertinya aku akan menyatakan perasaanku pada Seiran-kun", dia mengatakan "Kalau begitu, maafkan aku jika aku menyukainya sampai saat itu."

Aku benar-benar belum pernah menemui gadis yang seperti ini, dan aku punya firasat baik tentangnya.

Soalnya dia tidak melihatku dengan pandangan buruk, tetapi dia menerima pemikiranku yang seperti ini. Malahan sebaliknya, dia membuatku yang gugup menjadi sedikit lebih tenang.

Dia sangat periang, menarik, dan menyenangkan.

Kupikir, saat ini dialah teman baik pertamaku.

Aku tak begitu bagus dalam bergaul dengan teman, jadi aku sangat jarang menghubunginya.

Kuharap aku bisa terus berhubungan dengannya mulai saat ini.

Aku yang berpikiran seperti inipun, kurasa ini juga berkat semuanya.

"Maaf membuatmu menunggu~"

Honoko-chan kembali dengan membawa nampan dan dua gelas kopi diatasnya.

"Maaf, sebenarnya ada kue juga. Tetapi kakakku yang bodoh seenaknya memakannya."

"Ahaha... Tak masalah, tak masalah."

Kemudian, kami menghabiskan waktu dengan mengobrol panjang lebar.

Kami melihat berbagai foto dan video, kebanyakan yang kami obrolkan adalah tentang kami berlima.

Seperti meminta Tanaka-kun untuk menonton anime lagi bersama, atau tentang indahnya fetival kembang api saat itu.

"Oh, iya. Aku ingat saat festival kembang api."

Wajah Honoko-chan berubah menjadi sedikit serius.

"Hmm?"

"Waktu itu kau pernah bilang kalau akan menyatakan perasaanmu pada seiran. Apa kau sudah memutuskan kapan akan melakukan itu?"

Kalau diingat, aku memang belum mengataknnya pada Honoko-chan.

"...Setelah kita melihat kunang-kunag bersama. Kupikir aku akan menyatakan perasaanku saat itu."

Aku pernah bilang sebelumnya pada Koga-kun, aku tak tahu apakah ini perasaan cinta atau bukan.

Tapi, tak salah lagi kalau seiran-kun adalah tipeku. Karena aku menyukai tipe orang yang dewasa.

Dan kemudian, kupikir aku bisa jatuh cinta pada laki-laki yang seperti itu.

Yeah, mungkin lebih cocok jika dibilang kalau aku tergila-gila dengan hal itu.

Aku hanya akan mengejar banyangan "dirinya", dan aku hanya akan mencari kepingan dari "cintanya".

Jadi, mungkin butuh waktu lama bagiku untuk memahami arti cinta yang sebenarnya.

Kuyakin setelah aku mencoba pacaran dengan orang dewasa seperti "dirinya" dan melalui banyak hal dengannya, aku pasti akan memahaminya.

Perasaan setengah-setengah yang kurasa akan mengganggu kelompok kami, sejujurnya akupun merasa itu akan buruk.

Meski begitu, diriku───

"hei, Yoru. Tentan pernyataan cinta yang kau bilang tadi, sebelumnya kau sudah memberitahukannya pada Koga-kun,kah?"

"Eh?"

Aku memang sudah memberitahu itu pada Koga-kun.

Tapi, entah mengapa saat ini aku sangat penasaran kenapa nama itu tib-tiba muncul.

"...Aku mendengar semuanya, ketika festival kembang api. Sepertinya Koga-kun adalah orang yang sangat menghargai hubungan pertemanan. Dan aku juga mendengar apa yang menjadi penyebabnya."

Kemudian Honoko-chan menceritakanku tentang kisah cinta yang melibatkan Koga-kun ketika ia masih kelas 2 SMP.

Kisah cinta dimana sebuah pasangan terbentuk dalam grup dan Koga-kun ditinggalkan sendirian.

Namun bagiku, cerita itu...

...bukanlah cerita yang bisa kudengarkan dengan mudah.

..............................................

Ketika aku meninggalkan rumah Honoko-chan, hari sudah petang.

Pemandangan kota yang diselimuti warna oranye dan tertutupi awan dari atasnya, kini kian menggelap.

Seakan-akan itu semua menggambarkan perasaanku.

Setelah menceritakan itu, Honoko-chan bilang padaku.

"Koga-kun juga bilang kalau jatuh cinta itu bukanlah har yang terhindarkan, dan bukannya aku ingin menghentikan Yoru untuk menyatakan perasaannya. Hanya saja, jika kau ingin menyatakan perasaanmu pada seeorang dalam kelompok, kupikir setidaknya akan lebih baik jika kau memberitahukannya pada Koga-kun terlebih dahulu. Maaf jika itu merepotkanmu."

Honoko-chan memang gadis yang baik.

Tapi, aku sudah...

Meski tak sepenuhnya, aku tak bisa menyatakan perasaanku.

Setelah mendengar cerita itu, rasanya tak mungkin lagi bagiku untuk melakukannya.

Karena Koga-kun sama sepertiku, jadi aku mengerti hal itu.

Kukira dia tak ingin memiliki pacar hanya karena dia tak terbiasa dengan para gadis.

Ketika aku menjahili Koga-kun, aku selalu membuatnya agar terbiasa dengan para gadis.

Padahal aku sendiri belum mengerti apa arti cinta yang sebenarnya, tapi aku malah mengatakan "Aku akan mengajarimu cara mendapatkan pacar" dengan nada yang sok.

Tapi ternyata bukan begitu.

Itu tak ada hubungannya dengan 'tak terbiasa dengan gadis'.

Koga-kun telah melalui hal yang sama denganku, dan diatas semua itu, aku hanya telah sampai pada jawaban yang berbeda dengannya.

Dan jawaban itu adalah, hubungan pertemanan adalah hal yang lebih penting dibandingkan hubungan cinta.

Aku berulang kali bilang padanya "Aku tak tahu hubungan macam apa yang terjadi dalam kelompok."

Sebenarnya, hingga beberapa saat yang lalu, aku sama sekali tak mempedulikan kelompok. Setelah aku menyatakan cintaku pada Seiran-kun, aku akan segera meninggalkan kelompok, entah itu akan berjalan baik atau tidak.

Aku tak ingin sendirian, jadi aku hanya akan berkumpul dengan teman-temanku. Aku terus melakukan itu, dan jika ada seseorang yang pergi, pasti akan ada orang lain lagi yang menggantikannya. Padahal hanya sesimpel itu, tapi entah mengapa Koga-kun tetap teguh pada pendiriannya.

Aku selalu berpikir begitu.

Tapi bagi Koga-kun, teman bukanlah keberadaan yang sesederhana itu. Seseorang yang telah menyelamatkanku dari rasa kesepian, dia memang orang yang benar-benar dapat diandalkan.

Aku memang belum punya teman hingga saat ini, tapi aku sangat memahami hal itu.

Padahal aku sangat memahami ketika aku mengejar cinta seseorang, aku akan merasa kesepian, dan itu membuat hatiku hancur.

Meskipun begitu, aku yang masih belum mengerti apa itu cinta, dan perasaanku yang hanya setengah-setengah.

Aku malah ingin merebut sesuatu yang sangat berharga bagi seseorang yang sama sepertiku, Koga-kun.

Karena cerita dari Honoko-chan, semuanya menjadi jelas bagiku.

"U....ghhh..."

Perutku terasa mual karena rasa kebencian terhadap diriku sendiri.

Maafkan aku, Koga-kun... Aku sungguh minta maaf...

Aku berdiri memegang tiang listrik, sambil memegangi mulutku.

Aku───sungguh gadis yang buruk.

Soalnya, setelah sekian banyak perkataan buruk yang terlontar dariku, baru sekarang aku menyadari betapa khawatirnya Koga-kun.

Hanya memikirkan perasaan Koga-kun saja pada saat itu, sudah membuatku ingin muntah.

Meski begitu, masih ada perasaan dalam diriku untuk tetap bersama mereka, walaupun kurasa aku tidak pantas.

Bukan karena alasan Seiran-kun. Tentu saja aku masih menyukainya, tetapi kurasa takkan ada perkembangan dari "cinta" yang kamksudkan.

Karena itu, saat inipun aku masih tetap ingin bersama dengan semuanya, termasuk Seiran-kun.

Tanpa hubungan cinta ataupun maksud apapun, aku hanya ingin kelompo k5 orang dengan keakraban yang biasanya.

Bersama teman pertamaku Honoko-chan, Seiran-kun yang selalu bisa memeriahkan suasana, Tanaka-kun yang rendah hati dan selalu mengawasi kami dari belakang.

Dan Koga-kun, seseorang yang sama sepertiku karena pernah ditinggalkan sendirian di masa lalu.

Dia adalah orang yang paling khawatir jika terjadi perubahan dalam kelompok. Namun meski begitu, dia masih menerima keegoisanku tanpa mempermasalahkannya sedikitpun.

...Tetapi apa diriku...masih boleh untuk tetap bersama mereka?

...Apakah diriku yang egois dan buruk ini, masih boleh untuk bersama orang-orang baik seperti mereka?

Aku tak bisa memutuskan hal itu, dan tahu-tahu aku sudah tiba di stasiun.

"Eh? Bukankah kau Yoru?"

Sekumpulan pemuda yang terlihat nakal sedang nongkrong di depan stasiun dan mereka melihat ke arahku.

Ini adalah kampung halamanku, jadi sangat mungkin jika aku bertemu dengan "kenalanku" disini.

Tetapi, meski begitu...

Kenapa harus di waktu seperti ini.

Karena semakin aku melihat wajah mereka, semakin aku menyadarinya.

Sepertinya, aku dan Koga-kun memang hidup di dunia yang berbeda sejak awal.

Laki-laki berambut pendek dengan umur 30an yang ada di depanku itu (namanya Masashi, tapi aku tak tahu bagaimana menulis namanya dengan Kanji) meletakkan tangannya di pundakku dengan santainya.

"Lama tak jumpa. Baru-baru ini, aku tak bisa menghubungimu, aku jadi khawatir."

"Oh begitukah? Bagiku tidak seperti itu."

"Ahaha~ Kau masih dingin seperti biasanya. Omong-omong, bagaimana keuanganmu saat ini? Aku punya pekerjaan sampingan lain untukmu."

Keputusanku tiba-tiba muncul.

Sepertinya akan lebih baik jika gadis sepertiku tidak ada dalam kelompok Koga-kun.

Akhirnya aku memutuskan untuk mendengarkan pekerjaan sampingan yang dijelaskan Masashi.

Lagipula, tak ada orang yang akan melarangku.

Sejak aku bertemu dengan Masashi ketika aku kelas 3 SMP, sepertinya aku sudah tidak bisa lagi pergi ke tempat yang disinari matahari.

...Yep, hidupku memang berbeda.

Kehidupanku sejak awal berbeda, bahkan jauh sebelum itu.

Sejak aku berada di sekolah dasar, aku sudah tertarik dengan sihir dari "cinta".

Akhirnya, atas kemauanku sendiri, aku melangkahkan kakiku ke dunia gila yang berbeda dengan teman-temanku.




Post a Comment

Post a Comment