NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Repurika datte, koi o suru - Volume 1 - Chapter 1.1 [IND]

 


Translator: Distrea 

Editor: Rion

Chapter 1 - Replika, bukanlah mimpi (part 1)



 Aku sama sekali belum pernah tidur di atas tempat tidur. 

Aku pernah menjemur futon di tiang pengeringan di halaman dan membiarkannya terkena sinar matahari. Aku bahkan juga telah mengambilnya sebelum matahari terbenam.

Tapi, aku tidak tahu bagaimana rasanya sensasi berbaring di atas futon putih yang telah rapi di atas tempat tidur.

Membayangkannya membuatku berdebar-debar. Aku bertanya-tanya seberapa empuk itu jika aku bisa berbaring disana.


"Apa yang sedang kamu pikirkan dengan tatapan kosong seperti itu?"

Aku membuka mata perlahan. Aku berkedip beberapa kali.

Cahaya terlihat seperti tertutup oleh selaput, karena penglihatan saat berbaring di tempat tidur masih belum jelas.


"Maaf. Selamat pagi."

Tidak ada balasan untuk salam itu.

Tanpa menatap,dia mengayunkan tangan dengan tegas seolah mengusir kucing.


TL/N: LN ini bercerita mengenai gangguan psikologi yang seringkali disebabkan oleh depresi dan tekanan batin yang mana membuat penderita mengalami krisis jati diri dan identitas, yang membuat mereka menciptakan kepriadian baru, atau dikenal dengan Alter Ego. 

Jadi akan ada banyak bagian yang bercerita mengenai interaksi antar kepribadian yang mungkin sedikit membingungkan.


"Aku kelelahan di hari kedua. Pergilah."

Aku mengangguk setuju, merasa lega.

.

.

Setelah meninggalkan kamar dan menuju wastafel di lantai pertama. 

Walaupun aku tahu bahwa pada waktu-waktu ini tidak akan ada orang, tetapi aku sudah terbiasa untuk menghilangkan suara langkah.

Aku membilas wajah dengan air dingin yang mengalir, lalu berlanjut menggosok gigi. Pada titik ini, kepalaku menjadi lebih tenang dan jernih.

Saat aku memandang kembali dari cermin yang bersih,aku melihat seorang gadis berambut coklat.

Dahi yang sempit dan alis yang tipis. Mata besar dan bulat yang dihiasi oleh kelopak mata yang lipatannya tegas, serta bulu mata panjang.

Hidung yang terbentuk indah, bibir mungil berwarna ceri. Tangan dan kaki yang lentur seperti kucing, tubuh yang proporsional.

Dari gadis yang bisa dianggap manis atau cantik oleh orang lain, aku berpaling dan mengelap bibir yang basah dengan handuk baru.

Setelah air selesai dikeringkan, aku mengoleskan air toner, serum, dan krim pada wajahku.

Terakhir, aku mengoleskan krim tabir surya pada wajah, leher, dan anggota tubuh. Aku tahu aku hanya perlu menggunakannya sedikit, tapi sebagai seorang perempuan, aku tetap peduli dengan perawatan kulit.

Setelah menyisir rambut panjang dengan hati-hati, aku mengambil rambut yang menempel di sisir dan membuangnya ke dalam tempat sampah. Semua ini adalah barang pinjaman, jadi aku harus menggunakan mereka dengan hati-hati.


Kemudian aku pergi ke dapur, membalikkan dua gelas di rak pengeringan dan menuangkan air dari keran ke dalam masing-masing gelas. Meneguk air adalah sarapan pagi untukku.

Dengan gelas dan obat pereda nyeri di tangan, serta bento dalam kantong di tangan yang lain, aku kembali ke kamarnya. 

Aku melihat gumpalan selimut yang bergerak dan dari sana hanya wajah mungil yang terlihat dari baliknya.

Dia memiliki wajah yang sama dengan orang yang terlihat di cermin.


"Apa sarapan pagi hari ini?"

"Sesuatu ala Jepang, sepertinya. Nasi putih, potongan salmon, sup miso dengan lobak, telur dadar, dan..." aku hampir selesai berbicara ketika dia langsung memotongku

"Tidak usah."

Dia memutus dengan nada yang agak kesal. 

Seperti yang diduga,sarapan di kediaman Aikawa terdiri dari dua jenis: gaya Jepang atau gaya Barat, dengan lebih banyak pilihan gaya Jepang. Meskipun ada sedikit perbedaan, jenis hidangan utama sepertinya tetap sama.

Ibu, yang bekerja sebagai apoteker, bangun saat fajar untuk pergi bekerja setelah menyiapkan sarapan. Dia akan kembali sekitar awal malam dan dengan cepat menyiapkan makan malam.

Kebanyakan aku lebih sering melihat punggungnya yang mengenakan apron daripada wajahnya.


Setelah bangun, dia meraih gelas dan obat dengan cepat dari tanganku.

Sebenarnya lebih baik minum obat setelah makan untuk menjaga lambung. 

Selain itu, jika dia makan terlebih dahulu, itu akan lebih membantu lagi bagi diriku juga. 

Tetapi dia tidak suka jika aku mengingatkan, jadi aku hanya berpaling ke arah dinding berwarna krem.


"Kamu hebat, kamu berdarah tanpa merasakan sakit."


TL/N: Menstruasi


"Ya."

Dia melihatku dengan ekspresi agak kesal karena aku hanya memberikan tanggapan singkat. 

Aku menerima setengah gelas air yang masih tersisa dan kotak kemasan yang sudah kosong. Lagi-lagi pergi bolak-balik antara kamar dan dapur.

Setelah kembali ke kamar di lantai dua, aku dengan diam-diam melepas piyama di sudut kamar.

Aku melipat piyama yang telah dilepas dan menyembunyikannya di bawah tempat tidur, kemudian melepas seragam yang telah disetrika dari gantungan di dinding.

Kemeja putih dan rok plisket bermotif kotak-kotak. Pita biru turquoise di dada. Seragam yang pernah populer di media sosial karena dianggap imut. Seragam musim dingin juga mencakup blazer warna biru tua.

Dia memilih sekolah ini karena terpikat desain seragamnya.

Aku juga suka seragam imut ini.

Hanya dengan mengenakannya, aku merasa lebih terjaga dan ingin berjalan dengan tegak.


"Aku minta empat pembalut ya."

Tentu saja, dia tidak menjawab. Sepertinya membuka mulut untuk berbicara padaku terasa begitu merepotkan baginya.

Untuk memastikan, aku melihat jadwal pelajaran yang sudah dilipat di dalam kotak pensil sambil memeriksa buku-buku pelajaran dan catatan yang kumasukkan ke dalam tas sekolah.

Panggilan terakhirku adalah lima hari yang lalu. Ujian akhir semester akan datang dalam dua minggu. Aku harus mendapatkan nilai bagus kali ini juga.

Saat aku selesai dengan persiapan, aku berbicara ke arah tempat tidur.


"Handphone-nya?"

Ada helaan napas besar sebagai jawaban.

Di atas telapak tangan yang diulurkan terdapat ponsel yang kukenal. Casing ponsel berwarna pink pudar, sederhana.

Saat ini ponselnya sedikit hangat. Dia pasti bermain-main dengan ponsel di dalam selimut.


"Aku pergi dulu. Pastikan mengunci pintu kamarmu dengan baik."

Aku tidak mengharapkan jawaban karena sudah tahu dia tidak akan menjawab. Sebelum dia bisa memberikan perintah lain, aku keluar dari kamar.

Aku mampir ke kamar mandi yang berada di ujung koridor untuk mengganti pembalut. Sambil turun tangga, aku melihat prakiraan cuaca dari aplikasi cuaca di ponsel. Hari ini diperkirakan cerah sepanjang hari, jadi aku mematikan ponsel.


Sekarang jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi.

Aku mencoba mengenakan sepatu loafer, dan aku sadar bahwa bagian tumitnya agak rusak. Aku merasa sedikit kecewa karena aku selalu merawatnya. Kulit yang keras akan hancur jika terlipat, dan aku harus mengganti bagian bawah sepatu.

Aku bisa saja memberi saran kepada ibu, tetapi jika aku melakukannya tanpa izin, aku akan ditegur olehnya. Namun, jika aku memberi tahu langsung kepada ibu, dia mungkin akan mengartikannya sebagai sindiran dan itu akan menjadi lebih merepotkan.

Aku meratakan kulit tumit yang terlipat sambil menekan ujung jari di atasnya. Setelah terpasang, aku mengetuk-ngetuk lantai dengan ujung sepatuku.

Aku meletakkan tas sekolah di dalam keranjang sepeda yang ada di depan pintu masuk, lalu membawanya keluar. Sepeda disimpan di dalam rumah untuk melindunginya dari karat yang disebabkan oleh angin laut.

Di atas sana, terlihat langit biru dengan beberapa awan putih. Sepertinya hari ini adalah cuaca cerah selama musim hujan. 


TL/N: Maksudnya selalu cerah gitu.


Aku tidak bisa merasakan perubahan musim dengan baik jika tidak melihat langit.

Aku melindungi mataku dengan tangan dan menatap garis horison. Dari jauh, angin membawa suara ombak yang menggelegar. Pantai yang sering terpapar topan tampak ramai seperti biasa.

Aku memastikan pintu masuk terkunci dengan baik. Aku tidak hanya khawatir akan pencuri, tetapi juga tentang orang lain yang bisa melihatnya.

Meskipun orang tua kami berdua bekerja dan pergi, dan jarang ada yang datang berkunjung, aku tidak ingin risiko orang lain melihatnya saat dia beristirahat di kamarnya.

Kamarnya juga terkunci. Saat dia masih berada dalam selimut, dia pasti sedang memutar kunci dengan napas tertahan.

Seharusnya, dia pasti sudah bangun dari balik selimut dan memutar kunci sekarang.

Aku mengendarai sepeda dan memulai perjalanan.

Di sekitar area dekat pantai ini,samar-samar ada aroma air laut, tapi hidungku yang sudah terbiasa tidak bisa merasakannya dengan baik.


Aku adalah 'tiruan' dari gadis bernama Aikawa Sunao.

Aikawa Sunao menciptakanku saat dia berusia tujuh tahun. Aku memiliki penampilan yang mirip dengannya dan suara yang sama, namun aku diciptakan dengan peran untuk menggantikannya pergi ke sekolah.

Terkait perbedaan penampilan dan suara, aku adalah penggantinya untuk pergi ke sekolah.

Tidak ada yang menyadari bahwa aku adalah tiruan dari Aikawa Sunao. Tidak ada yang tahu bahwa Aikawa Sunao yang asli sedang tidur pulas di dalam kamarnya.

Aku memberi salam kepada tetangga yang aku lewati dan mengayuh sepeda semakin cepat. Aku melewati seorang kakek yang sedang jalan-jalan dengan anjingnya. Seekor Yorkshire Terrier berbulu lebat. Langkahnya lincah, lebih berbahaya daripada kakek tersebut. Semoga dia melewati musim panas tahun ini dengan baik.

Roda berputar dengan derak. Ban terasa sedikit kekurangan udara. Mengganti gigi tidak membuatku mendapatkan kecepatan sebanyak yang kuharapkan. Aku harus mengingat untuk mengisi udara ke dalam ban saat kembali ke rumah.


Roda berputar dengan derak.

Pemandangan yang akrab bergerak dari depan ke belakang.

Saat lampu lalu lintas berubah,aku melintasi jalan tanpa menggunakan rem. Aku naik ke jembatan Ōka yang tenang. 

Aku harus memutar gigi ke posisi lebih rendah dan berdiri untuk memindahkan sepeda karena angin kencang bertiup dari gunung, dan jika tidak begitu, aku akan sulit bergerak ke depan.

Sementara aku bergumul, mobil melewati sebelah kiri dengan kecepatan tinggi. 

Meskipun ban sepedaku terisi penuh udara dan aku tidak sedang menstruasi, aku tetap takkan bisa bersaing dengan mobil. 

Aku yakin Aikawa Sunao juga pasti akan merasakan hal yang sama.



0

Post a Comment