Translator: Qirin.
Editor: Rion
Chapter 3 - Bento Shimizu-san (part 3)
Saat istirahat makan siang, aku menyelesaikan makan siangku lebih awal dan tidak ada yang perlu kulakukan, jadi aku berbaring di mejaku.
Aku bisa mendengar Hondo dan Matsuoka berbicara satu sama lain dari kursi di sebelahku.
“Aku benar-benar ingin makan bento buatan Seto-san~”
“Toshiya, apa kau masih terpaku pada apa yang terjadi selama kelas memasak?”
“Saat itu, aku pikir aku sudah bisa menerimanya, tapi bukankah setiap pria ingin memakan masakan buatan sendiri dari seorang gadis yang disukainnya?”
“Aku pikir topiknya agak terlalu besar, tapi kau mungkin benar, jarang sekali kau memiliki kesempatan untuk menyantap makanan yang dibuat oleh seorang gadis yang kau sukai, dan kupikir itu juga akan membuat siapa pun bahagia.”
Tampaknya Hondo juga tertarik dengan makanan buatan dari lawan jenis. Bagus, berarti aku melakukan upaya tepat kearah yang benar.
“Benar?! Aku ingin tau apakah Sento-san akan membuat bento dan memberikannya padaku…..”
“Pada titik ini, itu lebih merupakan fantasi dari pada imajinasi…..”
Mungkin karena mereka adalah teman dekat. Hondo terkadang bisa berterus terang pada Matsuoka.
“Aku tak peduli apakah itu fantasi atau imajinasi, aku pasti akan mewujudkan nya suatu saat nanti!”
“Semoga berhasil dengan itu.”
“Ya, maksudku, meskipun itu bukan makanan buatan dari gadis yang kau sukai, namun ada sesuatu yang menyenangkan dari makanan buatan orang lain.”
“Setuju. Memasak sendiri memang enak, tapi ada sesuatu yang istimewa jika orang lain yang memasakkannya untukmu.”
Itu adalah informasi yang bagus. Ini berarti mereka akan merasa senang jika ada orang yang memasak untuk mereka, meskipun bukan dari orang yang mereka sukai.
“Ngomong-ngomong, aku hanya ingin tau, ketika kita berbicara tentang cinta sebelumnya, apakah Daiki pernah berpikir untuk membuat bento sendiri?”
Matsuoka tiba-tiba menanyai Hondo.
“Aku pernah memikirkannya, tapi pada akhirnya aku menyerah karena aku tak bisa bangun pagi-pagi sekali.”
“Oh, begitu. Jadi kau harus mengandalkan kantin sekolah untuk sementara waktu.”
“Aku rasa begitu. Tapi saat kita bicara tentang bento sebelumnya, aku jadi sedikit penasaran dan ingin mencoba membuatnya jika aku bangun lebih awal di lain waktu.”
Aku mendengarkan dengan sentai, dan sekarang aku dalam masalah besar.
Ada perbedaan yang sangat besar dalam keterampilan memasak antara aku dan Hondo. Jika Hondo membuat bento sendiri, akan agak sulit bagiku untuk memberikannya nanti.
Aku pikir bahwa aku bisa memberikan bento padanya nanti ketika aku sudah puas setelah beberapa kali latihan, tetapi aku menyadari bahwa aku harus cepat-cepat memyelesaikan bento tersebut.
“Hei, kurasa Shimizu-san sedang dalam suasana hati yang buruk selama sekitar seminggu terakhir ini, apa kau tau, megapa?”
“Aku pernah mendengar rumor bahwa bekas luka ditangannya semakin bertambah dari hari ke hari karena dia berkelahi dengan siswa dari sekolah lain setiap hari, lalu ada juga teori yang mengatakan bahwa ada seseorang yang membuat Shimizu-san kesal dan juga berbagai teori lainnya. Tapi aku tidak tau mana yang benar. Satu-satunya hal yang aku tahu adalah bahwa kita tidak boleh terlibat dengan Shimizu-san dalam keadaan seperti itu.”
“Aku setuju. Aku juga akan berhati-hati.”
Aku dapat merasakan teman-teman sekelasku bergosip tentangku di sudut kelas, tetapi aku tak punya energi untuk menanggapinya.
Sudah seminggu sejak aku mulai membuat bento, dan sejujurnya, aku belum puas dengan bento buatanku.
Tidak peduli seberapa hati-hati Ai mengajariku setiap pagi, keterampilan memasakku tidak meningkat, dan meskipun ibu mulai mengajariku beberapa hari yang lalu, hasilnya tetap sama.
Ketika aku memakan bentoku yang gagal dari hari demi hari, aku dan Ai perlahan-lahan mulai putus asa.
‘Aku tidak menyangka kemampuan mamasakku seburuk ini…..’
Tidak ada yang memiliki tenaga untuk memakan hidangan yang gagal pagi ini, jadi aku mengemasnya ke dalam kotak bento dan membawanya untuk makan siang hari ini.
Akan sulit bagiku dan tidak baik bagi Ai untuk melanjutkan membuat bento lagi. Aku memutuskan untuk berhenti membuat bento mulai hari ini.
Saat makan siang, aku mengeluarkan bento yang dibuat ibuku dan bento yang kubuat sendiri. Aku harus memakan keduannya saat makan siang....
Aku hanya bisa menghela nafas.
‘…..hhaahhh.”
Suara itu bukan milikku. Aku menoleh kearah suara itu berasal, dan aku melihat Hondo meletakkan dagunnya di atas tangannya, tampak linglung.
“Ada apa? Wajahmu terlihat muram.”
Aku penasaran dan mau tidak mau bertanya karena Hondo jarang sekali menghela nafas seperti itu.
“Ah, maaf, Shimizu-san.”
“Tak perlu minta maaf, tapi apa yang terjadi?”
Karena aku berinisitif untuk berbicara dengannya, setidaknya aku ingin mengetahui alasan dari desahannya barusan.
Post a Comment