NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Tomodachi no Ushiro de Kossori Tewotsunaide - Volume 1 - Chapter 7 [IND]

 


Translator: Aldiwang 

Editor: Aldiwang 

Chapter 7 - Kembang Api



 Sore di hari festival kembang api.

Kami berlima semuanya memakai yukata, dan berkumpul di stasiun terdekat dari sekolah.

Laki-laki mengenakan yukata berwarna hitam, biru, ataupun warna polos yang tidak terlalu terang, sedangkan perempuan mengenakan yukata yang berwarna warni.

Asagiri-san mengenakan yukata berwarna kuning, dan Narushima-san mengenakan yukata berwarna pink. Mereka juga menyelipkan kipas di obinya, dan itu terlihat bagus. Beginilah suasana musim panas di Jepang. Rasanya sangat damai.

"Hei para lelaki dan anak-anak, jika kalian melihat gadis mengenakan yukata tapi kalian tidak memberikan kesan kalian, itu kasar lho."

"Soalnya, kemarin kita membeli itu bersama-sama kan..."

Seiran memberi jawaban yang menyebalkan itu setelah Asagiri-san mengatakan dengan percaya diri.

"Tapi mengatakan kesan kalian juga termasuk dari tata krama lho..."

"Ahh, baiklah, aku mengerti. Kalian berdua sangat cocok dengan itu."

"Ufufu, begitu katanya. Syukurlah kalau begitu, iya kan Yoru?"

Narushima-san yang sedang terguncang hanya menggumamkannya dengan pelan "Yeah...". Tapi sebenarnya ia sangat senang.

"Lalu, bagaimana dengan Koga-kun dan Tanaka-kun? Sepertinya kalian belum mengatakan kesan kalian."

Dia menatap kesini dengan pandangan berapi. Aku nggak kuat sama yang beginian...

"Yahh, kalian sangat cocok, bukan?"

Lalu aku melemparnya pada Shintarou,

"Umu umu. Asagiri-san yang selalu ceria sangat cocok dengan warna kuning, dan kupikir Narushima-san sangat imut ketika mengenakan yukata warna pink. Pilihan kalian boleh juga, ya. Sekali lagi, kalian sangat mengagumkan."

Dia memberikan pujian yang sangat sopan seperti reporter kuliner yang sudah ahli.

"Yeah, Tanaka-kun menang. Dan Koga-kun, tolong ulangi."

"Kenapa!?"

"Soalnya kau mengatakan hal yang sama seperti Seiran-kun, dan itu sangat membosankan. Iya kan, Yoru?"

"Ahaha, benar juga... Koga-kun, tolong lakukan sekali lagi."

"Ayo cepat naik keretanya."

Dua gadis ini, mereka tidak mau bergerak sedikitpun dari loket tiket sebelum mereka puas.

Sebuah sungai yang besar dan membelah kota akan menjadi tempat diadakannya festival kembang api.

Para master kembang api menaiki perahu di tengah sungai dan dari sana mereka aan menyalakan kembang api yang indah.

Di pinggir sungai, terdapat banyak sekali kios berbaris, dan kerumunan penonton juga pelanggan yang menanti kembang api.

Kami berlima juga berada di kerumunan tersebut dan sedang berkeliling santai diantara kios-kios tersebut.

Kios permen kapas, menciduk ikan mas, permen apel, permainan lempar gelang, es serut, mentimun dingin, dan lain-lain.

Ada berbagai macam disini, tetapi aku sudah ahli dalam kategori hanya melihat-lihat.

Soalnya kios manapun pasti memasang harga festivl, dan itu mahal banget.

Contohnya, lihatlah cola disana yang hanya berukuran kaleng biasa, tapi harganya 300 Yen. Kalau begini, lebih baik jika kau berlari ke toko serba ada terdekat dan membelinya disana.

"Eh? Kemana Seiran dan Narushima-san?"

Tiba-tiba pertanyaan seperti itu keluar dari mulut Shintarou.

Aku melihat sekitar, sepertinya mereka berdua menghilang sebelum aku menyadarinya. Dan disampingku hanya ada Shintarou dan Asagiri-san.

Sepertinya mereka terpisah di tengah kerumunan ini──tunggu dulu, tak mungkin seperti itu.

Soalnya ini Narushima-san. Mungkin saja dia mengatakan sesuatu untuk mengajak Seiran ke suatu tempat.

"Duh... Pergi kemana sih mereka? Padahal sudah kubilang kita akan berkeliling bersama..."

Nada bicaranya sedikit berbeda, tak biasanya Shintarou begitu.

"Yahh, apa bolah buat, kan?"

Aku dan Shintarou memahami apa maksud "apa bolah buat, kan?' dari Asagiri-san.

─Jangan coba-coba ikut campur. Karena itu benar-benar tak terhindarkan.

"Hei lihat-lihat! Ada kios menembak disana! Aku menyukai itu~"

Asagiri-san menjadi bersemangat dan berteriak kegirangana ketika ia menemukan kios menembak.

"Hei, ayo kita kesana! Aku ingin mencobanya!"

Dengan senyum yang lebar, dia memukul-mukul punggungku dan punggung Shintarou dan mengarahkan kami ke kios menembak.

Itu memang dia yang bersemangat seperti biasanya, namun bisa saja ia sedang memalingkanku pada hal lain.

Mungkin pikiranku sama seperti Shintarou, dia ingin mengembalikan keceriaan kami.

"Oh iya, Asagiri-san, apa kau tahu? Suara senapan yang kita dengar di film itu hanyalah suara palsu yang dibuat dengan efek suara. Meskipun kau menggunakan yang asli, itu tak akan sebagus yang kau lihat di layar."

"Eh, begitukah? Aku tidak tahu itu, padhal aku sering menonton film. Jadi, suara aslinya itu bagaimana ya?"

Asagiri-san memberikan recehan kepada penjaga kios menembak, lalu ia megambil sebuah senapan mainan yang diberikan penjaga kios.

"Kalau itu seperti gelombang kejut, sepeertinya hebat ya. Dari apa yang kudengar, suaranya itu lebih berat dan sangat kencang, itu membuat gendang telingamu bergetar dan terasa memenuhi telingamu."

"Oh, begitu kah? Pastinya begitu ya."

Asagiri-san menggumamkan itu dengan wajah resah sambil menggulung lengan yukatanya, dan membidik dengan senapan mainan.

"Senapan itu bersuara sekeras itu untuk mengincar hidup seseorang, menurutku itu menyedihkan. Jika seperti itu, aku tak ingin mendengar yang aslinya."

──Asagiri-san ternyata bisa mengatakan hal semacam itu.

Padahal dia hanyalah anak yang terlihat seperti orang dewasa, tapi ketika ia bersama kami, ia selalu bersenang-senang bersama kami layaknya seorang anak-anak.

Namun terkadang, sebagai murid kelas 1 SMA, ia mengatakan hal yang tak bisa kupahami.

Kemudian hanya pada saat itu, dia membuat ekspresi seperti wanita dewasa yang sangat kebosanan.

Karena itu aku tidak bisa memahami perasaan khas yang dimiliki Asagiri-san───

─Ctakk...

Suara garing dari dari senapan yang dipegang Asagiri-san terdengar.

Itu bukanlah teriakan dari seorang pembunuh, melainkan hanya suara yang bercampur dengan meriahnya musim panas.

"Yaay, aku mengenainya dalam satu tembakan. Ini keberuntungan yang langka!"

Asagiri-san menunjuk manisan yang dikenainya, dan ia berjingkrak-jingkrak seperti anak kecil.

Dan di saat itu, bayangan wanita dewasa yang kebosanan darinya menghilang tanpa sisa sedikitpun. Akupun refleks tersenyum melihat itu.

"Itu bagus, Asagiri-san. Kuingin kau menunjukkannya juga pada Narushima-san dan Seiran."

"Ahaha! Kalau begitu, kita harus kesini lagi kapan-kapan!"

"Yeah! Apa kita akan pergi berlima lagi untuk festival terdekat selanjutnya? Eh nggak, tunggu dulu. Kalau kita ingin mengejutkan mereka, kita bisa menyimpannya sampai kunjungan kuil di awal tahun. Sepertinya───"

Disana kata-kataku terhenti.

Saat kunjungan kuil awal tahun nanti, kami mungkin sudah tidak bersama lagi.

Karena setelah musim panas ini berakhir, kuyakin───

"Ada apa?"

"A-ah, nggak apa-apa. Ahaha. Oiya, Seiran dan Narushima-san kemana perginya ya."

Bayangan bahwa akan ada seseorang yang pergi dari kelompok ini terlintas dalam benakku, akhirnya aku buru-buru membenahi kalimatku.

"...Hei. Sejak dulu aku memikirkan ini."

Asagiri-san tertawa pelan sambil bergaya seakan mengisi peluru senapan.

"Koga-kun itu, sangat menyukai ketika membuat keributan bodoh bersama semuanya ya. Selain itu, kau adalah tipe yang tak memperdulikan gender, dan menganggap rata semuanya sebagai teman. Aku tak menduga ternyata ada orang yang seperti itu."

Dia membidik salahsatu target dari tempat ia berdiri, lalu terdengar lagi suara "Ctakk", dia mengenai hadiah manisan yang kedua kalinya.

"Begitu kah? ...Tetapi, Asagiri-san juga begitu."

"Umu. Tapi kurasa, Koga-kun adalah orang yang memiliki perasaan tersebut lebih kuat dari siapapun. Bisa dibilang perasaan "Pokoknya ayo kita buat keributan bersama-sama" darimu sangat tersampaikan. Apakah sifat pemimpin tertanam dalam dirinya? Dan kurasa, hal itu sangatlah bagus."

Bahkan sambil berbicara pun, lagi-lagi Asagiri-san mengenai hadiah disana. Dia benar-benar jago...

"A-ahaha, tetapi dulu aku tidak seperti ini lho... Setidaknya, bukan aku pemimpinnya."

Aku menggelengkan kepalaku dengan malu-malu.

Ketika aku masih bersama Kazumichi dan Megumi, aku juga sering membual seperti ini, namun aku lebih pendiam.

Dan perubahan itu terjadi ketika aku berpisah dengan mereka.

Saat itu, kupikir aku benar-benar kehilangan semua temanku. Sungguh sial diriku.

Tapi ternyata Shintarou datang lagi menghampiriku. Lalu aku bertemu dengan teman baru yang bernama Seiran.

Dari lubuk hatiiku yang terdalam, aku merasa benar-benar tereselamatkan.

Meski begitu, itulah manusia, dan aku menyadari bahwa mereka pasti akan berpisah suatu hari nanti. Akhirnya aku memutukan untuk membuat kenangan bersama teman-temanku yang berharga sebanyak yang kubisa.

Kenangan tentang kebodohan yang indah, dan juga sejarah kelam yang terbaik.

Untuk membuat banyak kenangan indah seperti itu, aku memutuskan untuk menjadi orang yang paling ribut dibandingkan siapapun.

Kemudian, yang awalnya hanya ada tiga orang disini, akhirnya berkembang menjadi lima.

Dan pada saat itu, gender tidaklah penting. Karena semua yang disini adalah temanku.

"Benar juga ya... Sejak hal itu terjadi, aku bertemu dengan teman-teman baru..."

Aku hanya bicara sendiri saat itu.

"Apa maksudmu "hal itu"?"

sepertinya itu sampai ke telinga Asagiri-san, dan diapun menghentikan permainan menembaknya, lalu menatap ke arahku.

...Yahh, sepertinya aku tak perlu menyembunyikannya. 

Karena ia temanku, malahan kuingin agar dia mendengarkannya.

Aku mulai memberitahu Asagiri-san tentang apa yang terjadi padaku ketika aku masih SMP, juga tentang Kazumichi dan Megumi.

Di tengah kelip lampu kios, kami berjalan bertiga dan aku memberitahu semuanya.

Aku yang menyukai Megumi, aku yang super bodoh, bermuka tebal, dan tak tahu malu, semua kuberitahu padanya.

Meski Shintarou dan Asagiri-san sama-sama terdiam mendengarkan ceritaku, mereka menatap ke arah yang berbeda. Shintarou selalu memandang ke bawah, dan Asagiri-san selalu memandangiku.

"Begitu rupanya... Ada pasangan dalam kelompok..."

"Ya. Setelah itu, kami berempat yang biasanya bermain bersama akhirnya terpisah. Sejak sat itu, aku berpikir untuk selalu membuat keributan bodoh bersama teman-teman yang kupunya."

Asagiri-san yang sedang memegangi tali dompetnya, ia menawarkan hadiah ramune yang ia dapatkan dari kios menembak tadi.

(T/N : Ramune (ラムネ) adalah salahsatu jenis minuman berkarbonasi (Wikipedia))

"Kau mau?"

Aku menolaknya dengan halus, lalu ia lanjut memasukkam ramune itu dalam mulutnya.

"Hmmm... Ini masalah yang agak rumit. Ketika dua orang dalam kelompok mulai pacaran, semuanya pasti tak akan berjalan sama seperti sebelumnya. Tapi melihat dari betapa dekatnya mereka, aku bisa memahami kalau akhirnya mereka jatuh cinta."

"Ah, kubilang begini pada kalian, bukan berarti aku ingin menghentikan kalian jika itu terjadi oke? Karena yang namanya jatuh cinta adalah hal yang wajar. Itu juga berlaku untuk Shintarou dan Asagiri-san. Bukahkah bagus bila kita semua punya pacar?"

Jatuh cinta adalah hal yang wajar. Dan siapapun tak berhak menyerah akan hal itu hanya karena orang yang ia sukai berada dalam kelompok yang sama.

Karena itu, saat itu terjadi, semuanya tak dapat terhindari, karena memang itu adalah hal yang wajar.

Hanya saja, diriku sedang tak ingin pacaran dengan siapapun. Terlebih dengan seeorang dalam kelompok.

"Jatuh cinta itu wajar...kah..."

Shintarou yang akhirnya bicara setelah terdiam lama, dia bergumam seperti itu dengan tatapan yang cerah.

Lalu ia tersenyum padaku.

"Kalau begitu, misalkan aku jatuh cinta pada seseorang, aku pasti akan memberitahu Junya!"

"Eh, apa-apaan itu, Shintarou? Jangan-jangan, kau sedang jatuh cinta pada seseorang dalam kelompok kita?"

"Bu-bukan begitu! Kubilang ini hanya permisalan!"

"Ahaha. Tapi jika itu terjadi, jangan menahan diri oke?"

Asagiri-san mengangguk dengan wajah yang serius.

"Umu, akupun begitu... Jika aku menemukan seseorang yang kusuka, pasti akan kuberitahu pada Koga-kun!"

"Maaf karena membuat kalian memperdulikanku. Tapi karena kalian bilang begitu, aku sangat senang."

"Oiya, Koga-kun, apa kau mau pacaran denganku~"

Asagiri-san tertawa seperti anak yang jahil, dan tiba-tib memeluk lenganku.

Tak kusangka dadanya yang tumbuh dengan baik menempel dengan badanku dari balik kain yukata yang tipis──.

"~~~Huft!?"

Seakan api keluar dari wajahku. Atau malahan, mungkin memang sudah keluar.

"...Hei, Junya. Sepertinya wajahmu memerah."

Tentu saja bgitu. Soalnya aku memang tertarik pada Asagiri-san.

Orang sepertinya bercanda dengan bertanya "Maukah kau pacaran denganku?" sambil memeluk tanganku, siapapun pasti kebingungan.

"Ca-candaanmu terlalu berat, Asagiri-san..."

Aku menarik tanganku dengan perlahan.

Lalu Asagiri-san mengatakan "Maaf maaf" sambil tersenyum cerah, secerah kios yang ada disini.

"Tapi kurasa, aku tak masalah jika tak punya pacar. Soalnya, aku masih ingin bersenang-senang berlima seperti ini sedikit lebih lama lagi."

Dia bilang begitu.

Mungkin maksudnya juga sampai ketika Narushima-san menyatakan perasaannya pada Seiran.

Setelah rencana musim panas berakhir──Itu berarti setelah kami semua melihat kunang-kunang, Narushima-san akan menyatakan perasaannya pada Seiran.



Seiran memang bilang "Aku tak akan pacaran dengannya"... Namun, entah bagaimana jadinya hubungan kami berlima setelah itu.

"Ah, aku mendapat balasan dari eiran, katanya ia sedang berada di bawah jembatan bersama Narushima-san."

Shintarou tadi sedang melihat ponselnya, lalu menunjuk ke arah kerumunan disana.

Mereka berdua sedang berdiri di depan kios yakisoba.

Seorang pria tinggi dan seorang gadis kecil namun besar dadanya tidak masuk akal.

Karena itulah Narushima-san dan Seiran terlihat mencolok meskipun berada di tengah kerumunan.

"Sori sori~ Aku terus-terusan memandangi kios-kios yang ada sampai akhirnya aku tersesat sebelum aku menyadarinya."

Seiran sedang menyantap yakisoba yang ditempatkan dalam sebuah wadah transparan.

Lalu aku mendekat ke arah Narushima-san yang berdiri di sebelah Seiran, lalu berbisik di telinganya.

"Oh, jadi Narshima-san sengaja membawa Seiran kesini..."

"...Bukan begitu. Aku yakin aku mengekor di belakang Seiran-kun, aku sungguh tersesat."

Yahh, mau bagaimanapun juga, tak masalah sih.

Kemudian Asagiri-san memeriksa jam diponselnya.

"Hei, kembang apinya sudah mau dimulai. Bagaimana kalau kita cari tempat dimana kita bisa melihatnya lebih jelas?"

..................................

Kembang api besar meluncur silih berganti dari perahu yang berada di tengah sungai.

Warna merah, biru, kuning, dan hijau.

Kembang api dengan berbagai warna di langit malam, cahayanya terpantul jelas di permukaan sungai.

Hilir mudik sungai yang berpadu dengan api unggun, itu sungguh pemandangan yang luar biasa.

"Uwaahhh~sangat indah... Aku sampai...ingin menangis..."

"Kembang api tahun ini juga sangat indah, ya. Aku bersyukur karena bisa melihatnya."

"Seiran, kau kesini hanya untuk melihat-lihat kios yang ada disini kan?"

"Tapi sungguh, ini benar-benar indah... Aku sangat bersyukur karena datang kesini untuk melihatnya."

Kami berlima berdiri bersebelahan di jembatan besar yang menggantung diatas sungai sambil menikmati pemandangan yang memenuhi langit malam dan permukaan air. 

Satu lagi kenangan tentang kami berlima terbentuk.

Aku memikirkan hal itu sambil memandangi kembang api yang menyala silih berganti.

Tiba-tiba, sesuatu yang lembut dan hangat menggenggam tanganku.

Kulihat Narushima-san di sebelahku. Dia tersenyum padaku dengan senyuman jahilnya yang biasanya.

Lalu berbicara dengan suara yang hanya bisa didengar olehku,

"...Tadi aku beneran tersesat, kau tahu?"

Dia bilang begitu. Lalu aku membalasnya dengan nada yang sama,

"Tapi, kenapa kau harus menggeggam tanganku?"

Aku mencoba melepaskannya, namun ia mengeratkan pegangannya, seperti orang yang sedang pacaran.

"Kalau kau membayangkan diriku sebagai Hinoko-chan, bukankah itu membuatmu deg-degan?"

"Ah, ternyata itu maksudmu. Sudahlah, lepaskan saja tanganku.Semuanya sedang berada disini..."

Kami mengatakan itu dengan berbisik.

Tiga orang yang lainnya terus terpaku pada kembang api yang datang satu persatu, hingga mereka tak menyadari kami yang diam-diam sedang berpegangan tangan.

Gawat. Aku sangat payah. Benar-benar payah.

Soalnya, padahal yang mengatakan itu adalah Narushima-san, tapi aku sudah deg-degan.

Entah bagaimana jadinya kalau itu tangannya Asagiri-san───Ah, apa sih yang kupikirkan.

Ini harus menjadi rahasia dari yang lain, kalau aku mudah deg-degan ketika menggandeng tangan seorang gadis. 



Ketika aku menggenggam tangan gadis.

Rasanya seperti ketika kau bisa merasakan pahit dan manis menggunakan telapak tanganmu.

Dalam kondisi tertekan karena takut mereka memergokiku yang sedang berpegangan tangan, entah mengapa aku merasakan perasaan optimis yang aneh.

Perasaan itu memenuhi dadaku.

"Ini pertama kalinya aku punya pengalaman musim panas yang menyenangkan. Terima kasih...──kun."

Suara Narushima-san yang tipis tenggelam dalam suara kembang api yang paling besar dan ramainya sorakan orang-orang di sekitar.

Sungguh, apa-apaan orang ini...

Lalu, untuk sekalinya, aku balik menggengam tangan Narushima-san dengan erat.

Kuharap, dia tidak terpisah dari kelompok ini, walaupun setelah musim panas ini berakhir.

Namun, itu sangatlah sulit.

Sebelum semuanya menyadari, akhirnya aku perlahan melepaskan jari-jariku.

Aku tak bisa mengubah dirinya yang lebih mengedepankan cinta dibanding pertemanan.

Akhirnya tangan kami terlepas tanpa memerlukan sedikitpun tenaga.




0

Post a Comment