NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Tonari no Seki no Yankee Shimizu-san ga Kami o Kuroku Somete Kita - Volume 1 - Chapter 3.4 [IND]

 


Translator: Qirin.

Editor: Rion

Chapter 3 - Bento Shimizu-san (part 5)



 "Err, Shimizu-san? Maaf, tapi sulit bagiku untuk makan dengan kamu yang menatapku seperti itu..."

"Hondo, apa kamu baik-baik saja? Apakah kamu memaksakan diri untuk memakan itu semua?"

Aku hanya mengatakan apa yang aku pikirkan.

"Aku sedikit takut dengan pertanyaanmu. Apakah daging babi jahe ini memiliki bumbu yang biasanya tidak kamu masukan?"

"Aku tidak memasukkan sesuatu yang seperti itu, tapi….. Maksudku, Hondo, apakah kamu benar-benar tidak merasakan apa-apa setelah memakan daging babi jahe itu?"

Ketika Ai mencicipinya untuk pertama kali, dia mengatakan kepadaku bahwa daging babi jahe bisa mengekspresikan keputusasaan.


"Aku tidak tau, aku suka daging babi jahe, jadi aku memakannya dengan penuh harap….."

Seperti yang pernah aku dengar sebelumnya, Hondo tampaknya adalah seorang pecinta daging babi jahe. Tapi bukan itu jawaban yang ingin aku dengar sekarang.

"Jika kamu tidak menyukainya, kamu bisa mengatakan bahwa rasanya tidak enak."

"Kenapa? Aku tidak akan mengatakan itu. Terutama setelah kamu memberikan bento yang kamu buat, Shimizu-san."

"Kamu, kenapa kamu pikir aku yang membuatnya…?"

Karena aku tidak mengatakan bahwa aku yang membuat bento sebelumnya, siapa pun akan berpikir bahwa orangtuaku lah yang membuatnya. Aku ingin tau dari mana Hondo dapat menyimpulkannya seperti itu.

"Karena Shimizu-san, ketika aku bertanya apakah ada sesuatu di dalam daging babi jahe, kamu menyakinkanku bahwa tidak ada, kan? Aku pikir ini adalah sesuatu yang tidak akan dikatakan oleh Shimizu-san jika dia tidak membuat daging babi jahe ini."

"Tapi itu tidak cukup untuk membuktikannya, bukan?"

"Juga, kamu bilang tadi bahwa tidak apa-apa untuk mengatakan itu tidak enak jika menerutku tidak enak. Kurasa Shimizu-san tidak akan mengatakan itu jika bukan kamu yang membuanya sendiri."

"Ughhh….."

Aku ingin membuat alasan, tapi aku merasa kebohongan yang buruk akan segera terungkap.

"Kurasa aku benar. Lagipula, bento yang kamu buat dengan susah payah, apa kamu yakin tidak masalah jika aku memakannya, Shimizu-san?"

Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku mengatakan yang sebenarnya? Aku membuat bento itu karena aku ingin Hondo memakannya, dan aku senang bahwa dia benar-benar mengatakannya….. Tidak. 

Memikirkannya saja membuatku ingin menghilang karena malu. Keheningan terjadi diantara aku dan Hondo.


"Shimizu-san?"

Hondo memecah keheningan, mungkin merasa bingung dengan kurangnya tanggapanku.

"…..khawatir."

"Apa."

"Aku bilang jangan khawatir. Bento itu hanya sesuatu yang ingin aku buat dengan iseng. Dan aku memberikannya padamu karena kupikir aku tidak bisa memakannya sendiri hari ini."

"Apakah iseng untuk memasak salama seminggu?"

Hondo menyentuh bagian yang sakit dengan ucapannya. Kupikir dia hanya mengungkapkan keraguannya, tatapi itu membuatku bertanya-tanya apakah aku tidak sengaja mengatakan sesuatu yang penting.

"Bagaimana kamu tahu kalau aku sudah membuat bento selama seminggu…..?"

Aku buru-buru mencoba memotong kata-kataku di tengah kalimat. Tapi Hondo sepertinya sudah tahu jawabannya. Hondo menunjuk tanganku yang dibalut plester.

"Kamu memakai plester di tanganmu karena jarimu terluka saat memasak, kan? Awalnya, aku tidak mengerti mengapa kamu terluka, tapi setelah melihat bento hari ini, aku akhirnya memahaminya."

Hondo, tidak seperti teman-teman sekelasku yang lain, dia tidak pernah mengira aku terluka dalam perkelahian.

~~Rasa gatal yang tak terlukiskan, tumbuh di dalam diriku.

"Shimizu-san? Hei?"

Aku begitu terguncang oleh kata-kata Hondo, sehingga aku mengurungkan niat untuk menjelaskan alasan mengapa aku telah membuat bento selama seminggu. 

Aku buru-buru mencoba berpikir, tetapi tidak ada yang terlintas di benakku. Aku memutuskan untuk maju dengan momentum.


"…..Tidak masalah kapan aku membuat bento. Ng-ngomong-ngomong, tidak ada alasan khusus aku membrimu bento itu! Mengerti!

"Um, oke. Kalau begitu, tidak apa-apa jika Shimizu-san bilang begitu."

Hondo tampaknya telah memutuskan untuk tidak melanjutkan masalah ini lebih jauh.

"Jika kamu sudah mengerti, maka makanlah dengan cepat."

"Ya, terimakasih banyak."

Setelah itu, Hondo terus memakan bento dalam diam dan akhirnya menghabiskan semuanya.

"Terimakasih banyak atas mekanannya."

"…..Kembalikan kotak bentoku setelah kamu selesai."

Aku mengulurkan tangan kearah Hondo dan mendesaknya untuk menyerahkan kotak bento.

"Aku ingin mencucinya dan mengembalikannya nanti."

"Tidak perlu, aku sudah bilang karena aku tidak bisa memakan dua bento sendirian, dan bento ini adalah ucapan terimakasih untuk kelas memasak. Tentu saja aku akan membantumu sampai akhir."

"…..Baiklah, Shimizu-san, sekali lagi terimakasih untuk makanannya."

Dengan itu, Hondo menyerahkan bungkus yang berisi kotak bento.

"…..Ya."

"Dan-bolehkah aku mengatakan satu hal lagi?"

"A-apa."

Aku sedikit tegang ketika dia mengatakan hal seperti ini.


"Aku sangat berterimakasih atas bento hari ini. Aku lupa membawa dompet dan sedang dalam masalah, jadi ini sangat membantuku. Aku senang mendapatkan bento yang dibuat oleh Shimizu-san. Lain kali, aku akan melakukan sesuatu untuk mu sebagai ucapan terimakasih."

---Aku sangat senang….. Aku senang….. Aku senang….. 

TL/N: nih anak mulai gemesin deh


Kata-kata itu terngiang-ngiang di kapalaku. Aku merasa bahwa Hondo telah menegaskan bahwa sary minggu yang sulit, melelahkan, dan seperti neraka yang kujalani hingga hari ini tidak sia-sia.


"Apa kamu baik-baik saja, Shimizu-san?"

Kata-kata Hondo menyadarkanku. Sepertinya aku begitu terharu sehingga kesadaranku melayang jauh.

"Tidak perlu berterimakasih pada ku….. cukup….."

"Apa?"

"Jika aku membuat bento lagi secara iseng, makanlah."

Hondo terlihat terkejut sejenak, lalu dengan cepat kembali tersenyum.

"Ya, kalau begitu, aku akan menantikannya."

Dalam hati, aku melakukan fist pump (gerakan kemenangan) dengan penuh sukacita.



0

Post a Comment