NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Tomodachi no Ushiro de Kossori Tewotsunaide - Volume 1 - Chapter 3 [IND]

 


Translator: Aldiwang 

Editor: Tanaka Hinagizawa 

Chapter 3 - Kepolosan



 Shintarou bukanlah satu-satunya orang yang punya hubungan yang tak terpiahkan denganku sejak lama.

Sebenarnya ada dua orang lagi.

Yaitu Terai Kazumichi dan Maeda Megumi.

Kami sekarang berada di SMA yang berbeda dan mulai jarang saling mengontak, tetapi.

Sejak hari itu, aku tak pernah melupakan mereka, tak satupun momen yang terlupa.

Biasanya, aku akan mengatakan hal bodoh seperti 「Ayo buat kenangan kelam yang terbaik.」

Jika dihubungkan dengan hal ini, itu sangat memalukan juga menyakitkan.

Itu adalah 「sejarah kelam」 yang sangat parah hingga aku tak akan mau membicarakannya.

Apa kenanganmu yang paling tua?

Jika diriku, itu adalah ingatan tentang bermain perosotan di taman bersama Megumi.

Aku tak ingat berapa umur kami saat itu.

Pokoknya, Maeda Megumi dan aku berasal dari playgroup yang sama, dan kami selalu bersama setiap hari selama yang bisa kuingat.

Kami juga tinggal berdekatan dan memanggil dengan panggilan 「Jun-Kun」 dan 「Megumi」.

Yang bisa kukatakan adalah, kami seperti saudara kandung yang umurnya sama.

Ada saat dimana aku bertanya-tanya mengapa kami tidak hidup berama. Kami teman masa kecil yang sedekat itu hingga seakan seperti keluarga.

Ketika Megumi dan aku masuk ke SD yang sama, dan kami berada di kela yang sama, kami mulai bertemu setiap pagi dan berangkat sekolah bersama.

Kukira kami juga bergandengan tangan pada awalnya.

Aku tak pernah menanyakan kenapa.

Itu hanyalah hubungan yang alami.

Tak lama kemmudian, aku mulai berkenalan dengan anak-anak di kelasku. Aku masih tak mengingat bagaimana kejadiannya, tapi kemudian dua teman baru bergabung dengan Megumi dan aku.

Mereka adalah Tanaka Shintarou dan Terai Kazumichi.

Shintarou adalah anak yang memiliki kepribadian lembut, dan Kazumichi adalah anak yang aktif dan memiliki sifat seperti anak kecil pada umumnya. Kami berempat, termasuk Shintarou dan Kazumichi berteman sangat akrab.

Aku juga berteman dengan yang lain, tapi kelompok empat orang ini istimewa menurutku.

Kupikir fakta bahwa kami berempat telah bersama di kelas yang sama sejak kelas satu sungguh menambah kesan istimewa.

Kami berempat selalu pulang sekolah bersama dan selalu bermain bersama ketika liburan musim panas.

Kami bermain di tepi sungai terdekat, pergi ke gunung untuk menangkap serangga, dan berkumpul di rumah salah satu dari kami untuk menghabiskan waktu. Kami sering berhubungan lewat game hingga larut malam.

Meski kami sudah naik ke SMP, hubungan kami masih tetap sama.

Kami berempat berda di kelas yang sama lagi, bahkan di kelas 1 SMP.

Kupikir kami sudah ditakdirkan bersama.

"Kuharap kita berempat bisa terus bersama sepanjang waktu. Maksudku, ayo kita terus bersama. Tentu saja kan?"

Kazumichi, sebagai pemimpin geng, terus mengatakan itu sejak SD, dan tak terbayangkan olehku bahwa kami berempat akan berpisah.

Tapi keajaiban dimana kami berada di kela yang sama tidak terjadi selamanya.

Kami berada di kelas dua, dan untuk pertama kalinya, kami berada di kelas yang berbeda-beda.

Hanya Megumi dan aku yang sekelas, tapi tidak dengan Kazumichi dan Shintarou.

Kelas Kazumichi ada di sebelah kelas kami, namun kelas Shintarou berada di lantai yang berbeda.

Bagi siswa SMP yang hidup dalam komunitas yang sempit, berbeda kelas seperti sedang berada di prefektur lain. Kelas Shintaraou berada di lantai yang berbeda, itu terasa seperti negara asing.

Awalnya, mereka datang untuk bermain di kelasku dan Megumi setiap waktu istirahat, Tapi akhirnya, hanya Shintarou yang tak datang lagi ke kelasku.

Karena aku adalah orang yang pemalu, aku tak bisa datang ke kelas Shintarou, dimana banyak sekali orang yang tak kukenal....terlebih lagi, aku belum punya smartphone, karena itu, aku dan Shitarou akhirnya menjadi terasing.

Akhirnya, tinggal kami bertiga, aku, Megumi, dan Kazumichi, yang masih sering muncul di kelas.

ï¼”─1=3.

Seperti itulah, kelompok empat orang yang selalu bersama sejak kelas satu, akhirnya berkurang menjadi tiga hanya karena mereka berada di kelas yang terpisah.

Bahkan ketika pulang sekolah, hanya aku, Megumi, dan Kazumichi.

Itulah perubahan pertama yang terjadi pada kami.

Dan perubahan berikutnya mungkin akan terjadi dalam jarak yang tak terlalu lama.

Seperti biasanya, hanya kami bertiga yang pulang bersama.

Kazumichi, yang rumahnya paling dekat, telah pulang duluan, dan tersisa aku dan megumi yang berjalan berdampingan.

"Oh iya! Aku punya game yang ingin kumainkan dengan kalian lain waktu....."

"Hey, Jun-kun."

Megumi menyela pembicaraanku yang tak penting.

"Kau tahu, sulit mengatakannya, tetapi... ketika kita sendirian, mengapa kita tidak pulang sendiri-sendiri saja?"

Dengan tatapan yang sulit dijelaskan di wajahnya, dia memotong pembicaraanku.

"Huh, mengapa?"

"A...Aku tak ingin seseorang melihat aku dan Jun-kun sedang bersama kemudian ada rumor aneh. Karena alasan itu, setelah kita berpisah dengan Kazumichi, aku akan pulang dengan jalan memutar."

Itulah ketika aku menyadari bahwa Megumi selalu berjalan lebih cepat ketika hanya kami berdua. Kupikir dia menghindariku secara halus ketika aku bicara dengannya tanpa ada Kazumichi disana.

Sebelumnya tak pernah seperti itu.

Mengapa tiba-tiba hal ini terjadi ketika kelas dua....aku bertanya-tanya.

Aku paham apa yang Megumi coba katakan.

Aku syok, tapi aku sadar bahwa gadis pada tahun kedua itu rumit dalam banyak urusan. Lagipula, hanya karena terlihat sedang mengobrol dengan laki-laki, mereka akan menggodanya dengan mengatakan, "Apa kalian berpacaran~?"

Kenyataannya, sulit untuk bepergian bersama gadis yang sudah kau kenal sejak kecil, tak peduli berapa umurmu, seperti di manga dan anime.

Jadi itulah mengapa sejak hari itu.

Hal yang sama pada diriku, Kazumichi, dan Megumi, hingga kami mengambil jalan pulang yang berbeda setelah berpisah dengan Kazumichi.

"Baiklah kalau begitu, aku mau mampir ke tempat game arcade dulu lalu pulang."

"Okay. Sampai jumpa, Jun-kun."

Setelah berpisah dengan Megumi, yang pergi dengan senyuman, aku mulai pulang sekolah sendirian.

Bukannya aku menyukai game arcade. Hanya saja, jika aku tak menghilang terlebih dahulu, Megumi bilangia akan mengambil jalan yang lebih jauh untuk pulang, jadi aku mulai pergi ke tempat game arcade untuk memastikannya aman.

Setiapp hari sepulang sekolah, aku menghabiskan hari-hariku dengan mederita, memainkan game arcade sendirian.

Hubungan kami yang terdiri dari kelompok empat orang, perlahan, tapi pasti berubah sedikit demi sedikit.

Aku sudah berada di kelas dengan tiga orang yang biasanya dan aku elalu bertingkah dalam geng berempat tersebut, jadi aku tak cukup cocok dengan teman-teman kelas dua lainnya.

Sebaliknya, Megumi adalah tipe yang selalu riang dan ramah sejak awal, jadi dia dikelilingi banyak teman, tanpa memperdulikan jenis kelamin.

Entah mengapa, aku merasa Megumi sudah pergi ke dunia yang jauh.

Kuharap aku bisa mengobrol dengannya juga, tapi karena ia memintaku untuk pulang sendiri sendiri, terasa sulit untuk bicara padanya.

Aku sudah menghabiskan banyak waktu bersama mereka hingga seakan mereka adalah keluargaku sejak playgroup, jadi aku selalu ingin tahu kenapa mereka bertindak egois.

Setiap waktu istirahat, aku selalu menunggu kedatangan Kazumichi secepatnya.

Karena jika Kazumichi datang ke kelasku...

"Hey, Junya. Apa kabar?"

Dia akan menghampiri tempatku duduk dengan cara seperti ini.

Lalu Megumi juga akan meninggalkan obrolannya dan datang ke arah kami.

Akhirnya kami kembali ke kumpulan kami bertiga seperti biasanya.

Dengan adanya Kazumichi, aku bisa mengobrol dengan Megumi, dan aku juga membuat rencana dengan bermacam-macam kegiatan yang menyenangkan bersama Kazumichi.

"Mengapa Koga-kun selalu ikut-ikutan dengan pasangan Megumi dan Kazumichi...?"

Aku mendengar obrolan seperti itu dari cewek sekelas, tapi aku sama sekali tak memperdulikannya.

Kami sudah berteman baik untuk waktu yang lama, jadi wajar saja bila kami nongkrong bersama.

Awalnya, Kazumichi dan Megumi tak ada hubungan apa-apa.

Mulai sekarang, kami bertiga──tidak, aku yakin satu hari nanti, Shintarou akan kembali, jadi kami berempat akan kembali bersenang-senang bersama lagi. Ketika kami naik kelas tiga, kuharap kami akan berada di kelas yang sama.

Itulah yang kupikirkan.

Beberapa hari sebelum liburan musim panas di tahun kedua.

"Apa, kalian berdua pacaran?"

Aku berteriak histeris, sedangkan Kazumichi dan Megumi mengangguk dengan malu-malu.

"Yeah. Itulah mengapa kupikir lebih baik memberitahu itu padamu terlebih dahulu sebelum hal lainnya."

"Aku mengerti... kalau begitu,selamat."

"Ehehe, aku sangat senang kau bilang begitu, Jun-kun."

Entah sejak kapan mereka saling punya perasaan, aku tak tahu, tapi sepertinya, mereka sudah saling jatuh cinta untuk waktu yang cukup lama.

Di hari lainnya, Megumi menyatakan contanya, dan akhirnya mereka benar-benar menjadi sepasang kekasih.

Beberapa saat sebelumnya, aku teringat ketika Megumi memintaku untuk 「Pulang sendiri-sendiri ketika hanya kita berdua」.

Kupikir itu hanyalah rasa malu yang aneh dari seorang gadis yang sedang dalam masa pubertas, tapi kelihatannya, bukan seperti itu.

Itu benar-benar berarti bahwa aku bukan apa-apa menurut pandangannya.

Aku tak ingin ada rumor tentang apa yang benar dan apa yang masih belum jelas, jika itu sampai pada telinga Kazumichi, sepertinya akan ada masalah.

Bagiku ketika melihat itu────aku bahagia.

Lagipula, tidakkah kau menyetujuinya? Jika Kazumichi dan Megumi mulai berpacaran, Megumi tak akan lagi mempedulikan aku. Dengan kata lain, kami bisa kembali pada hubungan kami sebelumnya.

Aku bisa nongkrong lagi dengan Megumi, dan kami bisa pulang bersama.

Normalnya, aku akan memikirkan ulang untuk melakukan hal semacam itu pada gadis yang sudah memiliki pacar.

Tapi kami adalah teman baik sejak sangat, sangat lama.

Aneh jika mengkhawatirkan tentang pasangan yang muncul dalam kelompok kami.

Aku adalah anak kelas dua, dan aku pasti berpikir begitu.

"Hey, Megumi, kau sudah ribut tentang memakai yukata untuk festival kembang api selanjutnya."

"Itu udah jelas, kan? Lagipula, ini festival kembang api pertama sejak aku mulai pacaran denganmu."

Melihat perubahan mereka yang bahagia antara mereka berdua, aku mengucapkan selamat dengan tulus.

Tanpa rasa malu, tanpa rasa sakit hati.

Aku tertawa dan mengatakan hal ini.

"Haha, kalau begitu, untuk festival kembang api tahun ini, ayo kita semua memakai yukata!"

Tak menyadari atmosfer yang halus antara mereka saat itu──aku benar-benar orang yang sangat idiot.

Aku tak menyadarinya hingga ketika liburan muim panas, ketika kami bertiga bersenang-senang berama.

Setelah sekolah usai, aku dipaksa oleh guru untuk membereskan peralatan lalu bergegas ke kelas dimana Kazumichi dan Megumi menungguku.

Saat itu aku hendak meletakkan tanganku di gagang pintu kelas.

“────Tetapi, dia selalu mengikutiku kemana-mana, tidakkah kau berpikir begitu? Koga-kun itu."

Suara Megumi sampai ke telingaku melalui celah pintu. Aku tak mungkin salah. Itu pastilah suara dari teman masa kecilku.

Untuk sesaat, aku tak mengetahui suara siapa itu.

Megumi sudah memanggilku dengan sebutan "Jun-kun" untuk waktu yang lama.

Tapi dia baru saja menyebut 「Koga-kun」, kan? Mengapa ia memanggilku dengan nama belakangku?

Aku mengerahkan sedikit tenaga untuk menggeser pintu. Memastikan bahwa disana benar-benar Megumi.

Namun, entah mengapa pintu itu terasa sangat berat, dan hanya membuka sedikit celah.

Aku mengintip melalui celah itu.

Yang berada dalam kelas berdebu yang disinari sinar matahari yang condong hanyalah Megumi dan Kazumichi.

"Hanya karena kami adalah teman masa kecil, bukan berarti kami harus terus bersama. Maksudku, bukankah itu sudah jelas?"

"Jangan bilang begitu. Junya sudah menjadi teman baikmu sejak lama."

Mendengar Kazumichi mengatakan 「teman baik」, hatiku merasa sedikit senang.

"Meski aku tahu itu....tetapi bukankah aku dan Kazu-kun sudah berpacaran? Kita bukan lagi sekedar teman, kan? Aku ingin kita keluar bersama dan pulang sekolah bersama, hanya kita berdua..."

"Tetapi Junya tak punya banyak teman di kelas."

“……Jadi kau berpikir akan lebih baik bila kita bertiga tetap bersama, Kazu-kun?"

"Tidak, itu..."

Kazumichi yang bingung berhenti sesaat.

"Aku lebih ingin bersama Megumi. Itu memang buruk bagi Junya, tetapi...'

"Nfufu. Aku tahu itu. Lagipula aku menyukai Kazu-kun~."

"Ah-hey. K-kita tak bisa melakukannya disini. Junya sebentar lagi harusnya datang."

"Tetap saja, aku tak masalah dengan itu. Ditambah lagi, sekarang hanya ada kita berdua, dan aku tak bisa mundur lai,jadi────mm…chuu.”

Megumi, dengan bibirnya yang bersentuhan dengan bibir Kazumichi, mengarahkan tangan laki-laki yang luar biasa itu ke bawah roknya, lalu───

“~~~~~~~~~~~!”

Tubuhku yang daritadi terhenti di depan pintu, bergerak pergi dengan sendirinya lalu meletakkan tanganku di balik tembok koridor.

Awal September.

Saat itu di gedung sekolah masih panas dan lembab.

Meski begitu, tanganku gemetaran.

Rasa dingin menyelimuti tubuhku.

Rasanya sulit sekali untuk bernafas.

Aku teringat dengan jelas bahwa memang ada tempat yang hanya untuk mereka berdua, dimana tidakmungkin dimasuki oleh selain mereka.

Aku tak bisa mengingat bagaimana aku pulang setelah itu.

Aku meninggalkan tasku di kelas, dan aku meninggalkan Kazumichi dan orang lainnya yang sedang menungguku.

Untuk pertama kalinya, aku meninggalkan gedung sekolah dan pulang ke rumah sendirian.

"Hey, Junya. Berapa lama mereka membuatmu beberes hari kemarin? Aku menunggumu lama sekali."

Di hari selanjutnya, Kazumichi dan Megumi bicara padaku, tapi aku tak bisa melihat wajah mereka dengan senang.

Aku merasa bersalah karena berpapasan dengan mereka di jalan.

Muak karena selalu dimanja oleh dua orang yang tak pernah mengatakan apapun.

Dan yang terpenting, aku merasa terasingkan karena menyadari bahwa kami tak bisa lagi memiliki hubungan yang sama seperti sebelumnya.

Perasaanku bercamur aduk. Pandangan mereka yang berdiri di belakangku membuat isi perutku naik.

"A-apa kau baik-baik saja? Koga-kun, kau terlihat sakit."

Megumi akhirnya memanggilku begitu, meski di depanku.

Itu adalah sinyal yang jelas darinya bahwa dia ingin membuka sedikit jarak dari pertemanan masa kecil.

"Tak masalah, Maeda-san."

Aku juga memanggilnya dengan nama belakangnya.

Hingga sejak dimana aku mengingatnya, aku selalu memanggilnya 「Megumi」.

Kukira itu sulit, ternyata memanggilnya dengan nama belakangnya lebih mudah dibanding yang kupikirkan.

Dan Megumi menerima panggilan itu. Percakapan kami lalu berlanjut.

"Apa yang harus kulakukan...apa kau ingin ke uks?"

Tapi aku bisa merasakan bahwa dia benar-benar khawatir karena wajahku yang pucat.

Hanya itulah hal itulah yang masih sama, Megumi yang baik hati dan lemah lembut.

"TIdak, aku benar tak apa. Aku hanya tak cukup tidur. Haha."

Aku tak tahu apakah aku melakukannya dengan baik, tapi aku tersenyum pada mereka. Untuk pertama kalinya pada hari ini, aku menghadap wajah mereka.

Di waktu yang sama, aku melihat kilas balik tentang apa yang kulihat kemarin setelah sekolah.

"...Urghh....!"

Aku memegang mulutku dengan panik. Asam lambungku naik dan tenggorokanku terasa panas.

Itu menyakitkan.

"Hey, Junya, bukankah ini sangat buruk? Sepertinya kau harus pergi ke uks──”

"Kubilang aku baik-baik saja!"

Aku marah dan berteriak pada Kazumichi, yang juga khawatir denganku entah apa alasannya.

"A-ah, ma...maaf..."

Merasa takut karena perasaan yang rumit dan tak terkendali ini, aku melanjutkan untuk meluruskan semuanya.

"Hah...tapi sungguh, kalian tak perlu lagi mengkhawatirkan diriku. Bagaimana mengatakannya... Aku selalu dipedulikan oleh kalian berdua, jadi, maafkan aku. Itulah yang kupikirkan."

"Eh? Peduli denganmu, apa maksudmu?"

"I-itulah...kau tahu, aku selalu mengikuti kencan kalian dan hal lainnya. Aku... anu...sebenarnya, aku mengganggu kan? Kalian tak perlu lagi mengkhawatirkan diriku, okay? Lagipula, kalian ingin lebih sering berduaan, kan...?"

Itulah hal terbaik yang bisa kukatakan.

Aku sangat ingin mereka menyangkalnya.

Aku masih ingin agar mereka tetap mengajakku.

Melihat situasi semacam itu, aku tak tahu apa yang harus kukatakan pada diriku. Kupikir aku benar-benar bodoh. Aku sangat tahu bahwa itu menyedihkan, dan rasanya aku ingin mati, tapi.

Meski begitu, aku telah bersama teman-teman terbaikku yang sudah kuanggap seperti keluarga.

──Itu benar. Kami sudah berada dalam hubungan yang tak diinginkan namun tak terpisahkan untuk waktu yang lama, jadi tak ada gunanya mengkhawatirkan itu sekarang.

Hanya itu yang ingin kukatakan.

Aku tak peduli jika itu hanya omong kosong.

Aku hanya ingin bilang itu pada mereka.

"Entahlah..."

Tapi kemudian Kazumichi menatap Megumi yang berada di sampingnya, yang sedang terlihat bersalah, namun juga sedikit bahagia.

"Baiklah kalau begitu... aku akan mengikuti apa yang kau katakan."

3-2=1

Jadi, aku ditinggal sendirian.

Setelah sekolah, hujan turun dengan lebat.

Tanpa payung di tanganku, aku melihat ke langit yang hujan di luar jendela kelas, sedndirian.

Aku menyadari tak ada teman sekelasku disana.

Mulai hari ini, aku tak lagi pulang bersama Megumi dan Kazumichi.

Aku bangkit dari kursiku dan berjalan dalam gedung sekolah yang kosong, menuju ke loker sepatu yang sunyi.

Aku mengganti sepatuku dan memandang ke langit dari bawah atap pintu masuk.

Hujan yang lebat, diambah dengan awan yang tebal, tak menunjukkan tanda-tanda mereda.

"Sepertinya hujan tak akan berhenti...apa kalian membawa payung?"

Aku bicara sendiri sambil berbalik.

Kata-kata yang keluar secara tak langsung menggambarkan cerita tentang hubungan kami, yang telah kehilangan terlalu banyak hal hingga sampai pada titik itu.

“……..!”

Orang-orang yang biasanya bersamaku sudah pergi tak lama lalu.

Hanya tinggal aku sendirian.

Harusnya aku memahami hal itu, tapi aku terlalu malu hingga aku menganggap bahwa mereka masih disana.

Aku merasakan penderitaan yang tak berujung.

Aku berlari ke keluar diatas lapangan yang diguyur derasnya hujan.

Kakiku tersandung lumpur, dan aku terjatuh.

Aku mencoba untuk bangun, tetapi aku tak mampu mengumpulkan kekuatan untuk melakukan itu.

Tak ada lagi orang yang akan mengulurkan tangan padaku.

Lagipula, aku yakin Kazumichi dan Megumi sudah pulang sekarang. Tentu saja, mereka sedang bermesraan tanpa adanya diriku lagi dalam benak mereka.

Aku mengeruk tanah berlumpur itu dengan jari-jariku.

“… Kenapa. Kenapa jadi seperti ini."

Kami sudah bersama sejak SD, sejak kelas satu. Aku benar-benar menganggap mereka seperti keluarga.

Lalu, mengapa?

Mengapa ketika mereka berdua berpacaran, lalu inilah yang terjadi?

Ketika masih kecil, Kazumichi selalu bilang.

──Ayo kita terus bersama, kita berempat. Maksudku, tentu saja. Itu adalah janji!

Tak pernah sekalipun aku melupakan perasaan itu, perasaan yang membuat hatiku hangat.

Tapi aku yakin hanya akulah yang masih percaya dengan sumpah kekanak-kanakan seperti itu.

Mungkin sejak saat itu, hanya akulah anak yang berhenti tumbuh.

"Hiks.....ughhhh.....huuuuuuuu......!"

[TL note : dia lagi nangis]


Aku bahkan menangis tersedu-sedu. Oh, aku sangatlah menyedihkan. Aku benci diriku yang terlalu kekanak-kanakan.

Dan juga, teman terbaikku yag telah bersamaku selama ini telah berpisah. Jika mereka bahagia, harusnya akupun begitu. Tak masalah jika pada akhirnya aku sendirian.

“…Jika begitu, mengapa, mengapa aku....jadi begini....!"

Hujan yang membasahiku seketika berhenti.

Sepatu seseorang yang sedang berjongkok bisa terlihat oleh pandanganku.

Aku melihat siapa itu tanpa menyeka air mataku.

"Ada apa, Junya?"

Teman baikku yang lain ada disana.

Dia berdiri disana dengan memegang payung dan terdapat senyum yang lembut di wajahnya, seperti yang biasanya dia lakukan.

Berdiri di sampingku seperti yang pernah terjadi di masa lalu.

"S-Shin...Shintarou..."

Mungkin dia merasa kasihan melihat wajah tangisku, Shintarou merendah dan mengelus punggungku dengan pelan.

"Aku mengerti...semuanya telah jadi seperti ini, aku harusnya berada di pihakmu setelah semuanya. Aku tak punya bukti yang pasti, jadi aku tak bisa mengatakannya terburu-buru, terlebih pada Junya. Maafkan aku."

Shintarou sudah menyadari ini cukup lama.

Perasaan antara Kazumichi dan Megumi.

Jadi dia menjaga jarak dengan mereka, tapi sebagian juga karena kelasnya jauh.

Tapi aku tak benar-benar mengerti maksudnya 「mengatakannya terburu-buru.」

…Tidak, aku sudah mengetahuinya.

Selama ini, aku pura-pura tak mengetahui itu.

"Shintarou... aku... aku sebenarnya..."

"Aku sudah tahu."

Shintarou mengatakan dengan lembut dan nada yang hangat.

"Junya juga menyukai Meguni sejak lama, kan?"

"Huaaaaaaaa..........hiks.....hiks....~~~~~!"

Seperti yang kupikirkan, inilah rasanya 「jatuh cinta」.

Aku telah jatuh cinta pada Megumi untuk waktu yang cukup lama.

Jadi aku lebih syok dari yang sepantasnya ketika mereka berdua pacaran lalu pergi.

Bukannya aku berharap mereka semua laki-laki.

Hanya saja jika aku tak memandang temanku sebagai lawan jenis. Jika saja diantara kami tak ada yang saling jatuh cinta.

Kami akan tetap menjadi empat orang teman baik.

Tapi kupikir itu adalah hal yang tak terhindarkan. Hal yang alami untuk jatuh cinta pada seseorang, dan tentu saja itulah arti dari dewasa.

Namun.

Meski begitu.

Aku tahu itu hanyalah ide yang kekanak-kanakan.

Setelah semuanya, aku.

sedikit lebih lama.

sebentar lagi saja.



Aku berharap kita bisa bersama lagi seperti sebelumnya, hanya kami berempat.

"Hey, Junya. Untuk semua yang telah terjadi."

Shitarou mengatakannya dengan lembut, mengelus punggungku ketika aku masih menangis seperti anak kecil.

"Ayo kita nongkrong bareng sesekali."

3-2+1=2

Shintarou datang lagi padaku.

Mulai saat itu, aku mulai sering berkunjung ke kelasnya Shintarou.

Kazumichi masih datang ke kelasku setiap istirahat dan bicara padaku seperti biasanya, tetapi kami tak pernah pergi bersama ke kelasnya Shntarou.

Dengan begini, jarak antar kami menjadi semakin menjauh.

Tentu saja, aku tak membenci mereka semua. Aku juga yakin mereka berpikiran sama sepertiku.

Hanya saja waktu yang kami habiskan bersama menjadi lebih sedikit.

Mungkin mereka ingin menghargai waktu ketika mereka bersama, jadi...sulit bagiku untuk bersama mereka.

Tak lama kemudian, aku juga berteman dengan seseorang yang terkenal di kelasnya Shintarou, Miyabuchi Seiran.

Ketika kami kelas tiga.

Aku berada di kelas yang sama dengan Shintarou dan Seiran.

Ketika itu, kami bertiga, Shintarou dan Seiran, seperti geng empat orang teman masa kecil yang biasanya seringkali nongkrong bersama.

Aku yang bisa mengambil tindakan seperti ini dan merencanakan berbagai hal menunjukkan bahwa aku masihlah seperti seekor singa bila di dalam rumah dan seperti tikus ketika berada di jalanan.

Ditambah dengan Seiran yang memiliki kecerdikan, seseorang yang dewasa dan serba bisa sejak hari itu.

Shitarou yang lemah lembut, Seiran yang dewasa, dan diriku.

Geng tiga orang ini menjadi sesuatu yang berharga yang baru bagiku.

Mulai sekarang, kelompok tiga orang ini akan dimasuki oleh seorang gadis, itu harus.

Aku tak akan mencari hubungan yang melewati hubungan pertemanan.

Setidaknya, aku berjanji....bahwa aku tak akan mencari pacar, terlebih lagi dari seorang dalam kelompok ini.

Disamping itu──

"Aku tak butuh pacar. Lebih menyenangkan bila nongkrong dengan teman."

"Heh, beneran? Kau dengan aku sangat mirip! Aku juga berpikiran seperti itu!"

"Hmm. Kesampingkan Junya, Seiran itu populer, jadi itu akan sia-sia."

"Hey Shintarou! Jangan menghina orang lain! Baiklah, dengan ini, kita adalah [persatuan tanpa pacar!].”

"Tunggu sebentar, aku berada di persatuan semacam itu? Baiklah, aku tak terlalu memikirkannya..."

"Itu menarik. Jadi, Junya, sebagai ketua, apa kau punya pemikiran untuk membawa persatuan kepada pesta pembukaan atau yang semisalnya?"

"Hmm...bagaimana jika kita melewati gunung dengan sepeda? Yeah, itu adalah ide yang bagus dan kedengaran sangat remaja!"

"Sialan. Kau sangatlah bodoh, kalau begitu ayo kita pergi sejauh mungkin!"

──Aku akan lebih bahagia jika aku bisa menghabiskan waktu dengan mereka.

Meski aku tak punya pacar, aku masih berpikir itu adalah hal sangat aneh, bodoh, dan menyenangkan.

Jika salah satu dari mereka ada yang mendapat pacar di kemudian hari.

Tentu saja, aku akan memberi ucapan selamat pada mereka dan menerima mereka lagi.

…Tetapi aku berharap agar hari yang seperti itu datang dalam waktu yang jauh, sangat jauh jika memungkinkan.

Akhirnya, ketika kami masuk ke SMA yang sama.

Kami akan punya dua orang gadis di dalam kelompok.




0

Post a Comment